Showing posts with label Iptek. Show all posts
Showing posts with label Iptek. Show all posts

Mengenal Ekofeminisme

Ekofeminisme (Ecofeminism) adalah salah satu dari sekian ragam pemikiran feminis yang dikenal. Bersama Feminisme Liberal, Feminisme Radikal, Feminisme Sosialis, Feminisme Psikoanalisis dan Gender, Feminisme Eksistensialis, Feminisme Multikultural dan Global, serta Feminisme Postmodern, Ekofeminism memperkaya gagasan-gagasan feminisme. Ekofeminisme adalah aliran pemikiran feminis yang melihat ada keterkaitan antara alam dan perempuan dalam perspektif perlakuan budaya patriarki.

Istilah Ekofeminisme pertama diperkenalkan ditahun 1974 oleh Francoise d'Eaubonne dalam bukunya Le Feminisme ou la mort. Gagasan yang diusung adalah pandangan bahwa ada hubungan langsung antara opresi terhadap perempuan dan opresi terhadap alam. Menurut Karen J.Warren bahwa modus berpikir patriarki yang hirarkis, dualistis dan opresif telah merusak perempuan dan alam. Perempuan dinaturalisasi dengan digambarkan sebagai binatang. Sebaliknya alam difeminisasi dengan digambarkan seperti perempuan.

Pendapat Ekofeminisme

Beberapa asumsi pokok dalam ekofeminisme seperti yang digambarkan Karen J.Warren sebagai berikut :
1. Ada keterkaitan penting antara opresi terhadap alam dan opresi terhadap perempuan
2. Pemahaman terhadap alam dalam keterkaitan ini adalah penting untuk mendapatkan pemahaman yang memadai atas opresi terhadap alam dan opresi terhadap perempuan
3. Teori dan Praktek feminis harus memasukkan perspektif ekologi
4. Pemecahan masalah ekologi harus memasukkan perspektif feminis (366-367 : 1998)

Dalam perkembangannya, pemikiran ekofeminisme terbagi lagi beberapa varian antara lain : Ekofeminis Spiritual, Ekofeminis Sosialis, dan Ekofeminis Sosial-Konstruksionis. Beberapa tokoh ekofeminisme antara lain, Vandana Shiva, Starhawk, Susan Griffin, Dorothy Dinnerstein, Mary Daly, Marie Mies, Karen J. Warren dan tentu saja pencetusnya yaitu Francoise D'Eaubonne.


Referensi :
Feminist Thought : Pengantar paling komprehensif kepada arus utama pemikiran feminis
(Rosemarie Putnam Tong)

Paradigma Pelayanan Publik

Paradigma Pelayanan Publik
1.        Old Public Administration
Gagasan dasar dari pandangan ini ada dua yaitu 1) pemisahan antara politik dan administrasi, dan 2) pentingnya efisiensi. Denhart & Denhart (6 : 2007)
two key themes that served as a focus for the study of public administration for the next half century or more. First, there was the distinction between politics (or policy) and administration. Second, there was concern for creating structures and strategies of administrative management that would permit public organizations and their managers to act in the most efficient way possible.

Pemisahan ini memberi ruang kepada politisi untuk merumuskan kebijakan sedangkan para administrator bekerja lebih efisien dalam implementasi kebijakan. Mengutip Wilson, Septiani (2012) mengatakan, Wilson menuntut agar para administrator publik selalu mengutamakan nilai efisiensi dan ekonomis sehingga mereka harus diangkat berdasarkan kecocokan dan kecakapan dalam bekerja ketimbang keanggotaan atau kedudukan dalam suatu partai politik  


2.        New Public Management
Pada konsep ini, pimpinan didorong untuk menemukan cara-cara  baru dan inovatif untuk memperoleh hasil yang maksimal atau melakukan privatisasi terhadap fungsi-fungsi pemerintahan. Konsep New Publik Management dapat dipandang sebagai suatu konsep yang ingin menghilangkan monopoli pelayanan oleh instansi dan pejabat-pejabat pemerintah yang tidak efisien.
In the New Public Management, public managers are challenged either to find new and innovative ways to achieve results or to privatize functions previously provided by government. They are urged to “steer, not row,” meaning they should not assume the burden of service delivery themselves, but, wherever possible, should define programs that others would then carry out, through contracting or other such arrangements. The key is that the New Public Management relies heavily on market mechanisms to guide public programs.  (Denhart & Denhart, 13 : 2007)

Untuk lebih mewujudkan konsep New Publik Management dalam birokrasi publik, maka diupayakan agar para pemimipin birokrasi meningkatkan produktivitas dan menemukan alternatif atau cara-cara pelayanan publik berdasarkan perspektif ekonomi. Mereka didorong untuk memperbaiki dan mewujudkan akuntabilitas publik kepada pelanggan, meningkatkan kinerja, restrukturisasi, lembaga birokrasi publik, merumuskan kembali misi organisasi, dan prosedur birokrasi,dan melakukan desentralisasi proses penegembalian kebijakan.
Pada paradigma ini, masyarakat dipandang sebagai pelanggan, atau costumer bukan sebagai sesuatu yang harus dilayani. Orientasinya jelas yaitu untuk mendapatkan keuntungan maksimal dalam pengelolaan organisasi.

3.        New Public Service
Paradigma ini lahir dari kritik dua paradigma sebelumnya, yang menghendaki adanya pergeseran peran pemerintah pada konteks Government menjadi Governance. Kita dapat mendefinisikan governance sebagai keterlibatan dari otoritas publik. Kata pemerintahan acap kali digunakan merujuk pada struktur dan institusi pemerintahan. Adapun governance cenderung diartikan menjadi bagaimana otoritas publik dilibatkan, bagaimana warga negara diberi suara, serta bagaimana kebijakan dibuat berdasarkan pada isu-isu yang menjadi konsentrasi dari publik.
Jika pada paradigma Old Public Administration (OPA) mengedepankan sisi politik, paradigma New Public Management (NPM) mengedepankan sisi ekonomi, maka paradigma New Public Service mengedepankan pada sisi demokrasi. Masyarakat, tidak dilihat sebagai sesuatu yang harus dikuasai secara politis, atau dilihat sebagai konsumen yang harus dilayani berdasar kemampuan ekonominya. Namun, masyarakat dilihat sebagai citizenship, yaitu sebagai masyarakat yang harus dilayani tanpa harus dibedakan.
Dasar teori NPS adalah tentang Citizenship, Komunitas, Civil Society dan organisasi yang berkemanusiaan. Seperti yang dikatakan oleh Denhart & Denhart (44 : 2007)
Theorists of citizenship, community and civil society, organizational humanism and the new public administration, and postmodernism have helped to establish a climate in which it makes sense today to talk about a New Public Service. Though we acknowledge that differences, even substantial differences, exist in these various viewpoints, we would suggest there are also similarities that distinguish the cluster of ideas we call the New Public Service from those associated with the New Public Management and the Old Public Administration.

Mengurai prinsip NPS seperti pendapat Denhart & Denhart, Sri Yuliani (3-4 : 2007) menyebutkan tentang prinsip pertama yaitu Serve Citizen, not Costumers sebagai berikut :
Dalam New Public Management, masyarakat pengguna jasa publik disamakan dengan ‘customer’ sebagaimana istilah dunia bisnis untuk menyebut pengguna produknya. Customer adalah konsep dalam teori ekonomi liberal yang memahami manusia sebagai ‘economic man’ (makhluk ekonomi) yang tindakannya dimotivasi oleh dorongan untuk memaksimalkan pemenuhan kebutuhan materialnya. Manusia dilihat sebagai individu  yang dapat mengambil keputusan secara otonom dan suka rela. New Public Management berpendapat pemerintahan yang digerakkan oleh customer-driven menekankan akuntabilitas, inovasi, pilihan pada pelayanan, dan pengurangan pemborosan, karena itu lebih unggul dibanding pemerintahan birokratis. Tujuan utama administrasi publik adalah memberikan pelayanan dengan kualitas terbaik sehingga memuaskan customer sebagaimana dunia bisnis.
New Public Service memandang publik sebagai ‘citizen’ atau warga negara  yang mempunyai hak dan kewajiban publik  yang sama. Tidak hanya sebagai customer yang dilihat dari kemampuannya membeli atau membayar produk atau jasa. Citizen adalah penerima dan pengguna pelayanan publik yang disediakan pemerintah dan sekaligus juga subyek dari berbagai kewajiban publik seperti mematuhi peraturan perundang-undangan, membayar pajak , membela Negara, dan sebagainya. New Public Service melihat publik sebagai warga negara yang mempunyai hak dan kewajiban dalam komunitas yang lebih luas. Adanya unsur paksaan dalam mematuhi kewajiban publik menjadikan relasi Negara dan publik tidak bersifat sukarela. 

Adapun tentang prinsip kedua yaitu Seeks the Public Interest atau mengutamakan kepentingan publik, Sri Yuliani berpendapat :
New Public Management melihat publik sebagai terdiri dari individu-individu yang dapat membuat keputusan berdasarkan kepentingan pribadinya. Pilihan atau keinginan individu lebih utama dibanding pilihan atau keinginan kolekstif. Karena itu tanggungjawab administrasi berkenaan dengan kepentingan publik menjadi tidak relevan dalam New Public Management.  Menurut paradigma yang terinspirasi oleh teori pilihan publik ini, “public interest”  sebagai konsep atau suatu yang ideal menjadi tidak bermakna, karena dalam ranah pasar , pilihan individu lebih utama daripada tindakan kolektif yang berlandaskan nilai-nilai bersama. Asumsi bahwa kepentingan pribadi merupakan basis paling tepat bagi pengambilan keputusan membuat kepentingan publik menjadi tidak relevan dan tidak mungkin untuk dirumuskan

Sedangkan prinsip ketiga NPS seperti yang dirumuskan Denhart&Denhart yaitu Value Citizenship over Entrepreneurship atau Kewarganegaraan lebih berharga daripada kewirausahaan yang dijelaskan oleh Sri Yuliani ( 5: 2007)
Prinsip ini berimplikasi pada peran pemerintah dan relasinya dengan masyarakat.  Peran pemerintah di masa lalu lebih bersifat mengarahkan masyarakat melalui fungsi-fungsi yang bersifat langsung dan pengendalian  seperti fungsi pengaturan atau regulasi, pemberian layanan, menetapkan aturan dan insentif. Kehidupan masyarakat modern yang makin kompleks menuntut peran pemerintah bergeser dari fungsi controlling ke agenda setting, fasilitasi, negosiasi atau “brokering” solusi untuk memecahkan problem-problem publik

Prinsip berikutnya yaitu Think Strategically, Act Democratically atau Berpikir strategis bertindak demokratis, dijelaskan oleh Denhart&Denhart (43: 2007) yaitu : Policies and programs meeting public needs can be most effectively and responsibly achieved through collective efforts and collaborative processes. Hal ini berarti usaha kolektif dan proses yang kolaboratif akan membuat kebijakan dan program yang dibuat untuk menjawab kebutuhan publik akan lebih efektif dan efisien.
Selanjutnya prinsip Recognize that Accountability Isn’t Simple yaitu tahu bahwa akuntabilitas bukan hal sederhana. Sri Yuliani (6 :2007)
Aparatur publik harus mengutamakan ketaatan pada konstitusi,hukum, nilai masyarakat, nilai politik, standard profesional, dan kepentingan warga negara. Pertanggungjawaban administrasi publik dalam Administrasi Negara Lama bersifat hirarkis dan legal. Administrator tidak boleh banyak melakukan diskresi. Mereka hanya melaksanakan kebijakan ,aturan atau petunjuk yang telah digariskan atasan atau pejabat yang dipilih secara politis. Karena akuntabilitas dimaksudkan untuk menjamin bahwa administrator mematuhi standard dan peraturan/prosedur pelaksanaan

Serve rather than Steer, adalah prinsip keenam menurut Denhart&Denhart (43:2007). Prinsip ini berarti administratur diharapkan lebih berpandangan untuk melayani ketimbang mengarahkan. Sri Yuliani menulis (7:2007) :
Aparatur publik dituntut menerapkan kepemimpinan yang berlandaskan nilai kebersamaan dalam membantu warga negara mengartikulasikan dan memenuhi kepentingan bersama bukan sekedar mengendalikan atau mengarahkan masyarakat menuju arah/tujuan baru

Adapun prinsip ketujuh atau terakhir adalah Value People, Not Just Productivity, yang berarti menghargai manusia, lebih dari sekedar produktifitas. Denhart&Denhart menulis (43:2007)
Public organizations and the networks in which they participate are more likely to be successful in the long run if they are operated through processes of collaboration and shared leadership based on respect for all people

Prinsip ini menekankan agar administratur memperlakukan publik sebagai manusia dengan hormat sebagaimana prinsip-prinsip kemanusiaan.

Paradigma Administrasi Publik

Secara harfiah, paradigma berarti pandangan. Paradigma administrasi berarti pandangan tentang administrasi. Paradigma administrasi berkembang sesuai dengan perkembangan manusia. Istilah paradigma dalam administrasi menurut Robert T. Golembiewski (Thoha 18 : 2008) hanya dapat dimengerti dalam hubungannya dengan istilah lokus dan fokusnya. Sehingga paradigma administrasi mulai dari yang paling sederhana hingga yang paling kompleks dapat dimengerti. Namun secara ilmiah, perkembangan administrasi dimulai ditahun 1900 yang hingga saat ini telah melewati lima jenis paradigma antara lain :



1.  Paradigma Dikotomi Politik dan Administrasi (1900-1926)
Goodnow dalam Keban (32.2008) mengungkapkan bahwa politik harus memusatkan perhatiannya pada kebijakan atau ekspresi dari kehendak rakyat, sedang administrasi memberi perhatiannya pada pelaksanaan atau implementasi dari kebijakan atau kehendak tersebut. Pemisahan antara politik dan administrasi dimanifestasikan oleh pemisahan antara badan legislatif yang bertugas mengekspresi kehendak rakyat, dengan badan eksekutif yang bertugas mengimplementasikan kehendak rakyat

2.             Prinsip-prinsip administrasi (1927-1937)
Paradigma ini diusung oleh Willoughby yang menyatakan bahwa prinsip administrasi adalah prinsip administrasi, dalam artian bukan prinsip ilmu lain (Nawawi 105:2009). Paradigma ini lebih menekankan fokusnya pada prinsip-prinsip administrasi yaitu POSDCORB (Planning, Organizing, Staffing, Directing, Coordinating, Reporting and Budgeting) dari pada lokusnya yang dianggap bisa berlaku universal

3.             Administrasi negara sebagai ilmu politik (1950-1970)
Paradigma ini merupakan kritikan dari paradigma sebelumnya yang menolak prinsip administrasi yang universal. Asumsi utama yang dibangun adalah administrasi negara bukanlah sesuatu yang bebas nilai yang dapat berlaku dimana saja. Namun administrasi negara tentu dipengaruhi oleh nilai-nilai tertentu. Pada titik ini terjadi persinggungan antara nilai administrasi negara di satu sisi dan nilai politik disisi lain.
Akhirnya John Gaus dalam Keban (33:2008) secara tegas mengatakan bahwa teori administrasi publik sebenarnya juga teori politik

4.             Administrasi negara (1956-1970)
Paradigma ini mencoba untuk mengkaji kembali secara ilmiah dan mendalam, prinsip-prinsip manajemen yang pernah populer sebelumnya. Menurut James D. Thompson dalam Ismail Nawawi (104:2009) bahwa dalam melaksanakan pengaturan dan keteraturan negara diperlukan ilmu dan teknologi administrasi sebagai sarana berpikir dan bertindak sehingga tugas-tugas kenegaraan dapat membuahkan hasil yang memuaskan semua pihak. Adapun fokus dari paradigma ini adalah perilaku organisasi, analisis manajemen, penerapan teknologi modern, analisis sistem dan sebagainya.

5.             Administrasi negara sebagai administrasi negara (1970-sekarang)
Paradigma ini memiliki fokus dan lokus yang jelas yaitu berfokus pada teori administrasi, teori manajemen dan kebijakan publik. Sedang lokusnya adalah masalah-masalah dan kepentingan publik. Paradigma ini dikemukakan oleh Nicholas Henry.

Hari-Hari Baik dan Hari-Hari Naas

Keteraturan Semesta
Sebelum membincang tentang hari-hari baik dan hari-hari naas, mari kita membincang tentang waktu.

Tuhan menciptakan waktu secara linear tanpa mundur sedikit pun kebelakang. Namun kita pahami tentang waktu sebenarnya adalah periode dari keteraturan semesta. Bumi kita, memiliki membutuhkan waktu 364 hari lebih beberapa jam untuk mengelilingi matahari. Kita sebut waktu untuk berevolusi itu selama 1 tahun. Lalu, kita membagi 1 tahun itu selama 12 bulan. Kalender berbasis revolusi bumi terhadap matahari kita sebut sebagai kalender solar. Sistem kalender romawi (masehi) dan persia berbasis revolusi bumi pada matahari. Kelebihan beberapa jam, jika cukup 4 tahun maka cukup sehari. Makanya, tiap 4 tahun (tepatnya dikelipatan 4, misalnya tahun 2000, 2004, 2008, 2012, dst) ditambahkan waktu sehari dibulan Februari. Menjadi tanggal 29 Februari. Kita sebut sebagai tahun kabisat.

Adapun kalender Hijriah berbasis perputaran bulan pada bumi, atau revolusi bulan terhadap bumi. Kita sebut sebagai kalender lunar. Waktu yang digunakan untuk menyelesaikan satu kali revolusi bulan terhadap bumi adalah 29 hari, 12 jam, 44 menit dan 9 detik. Sehingga selisih 10 hari, 17 jam, 4 menit dan 37 detik dibanding kalender solar.

Bagaimana dengan Saturnus, planet bercincin dengan jarak ke matahari lebih jauh dari bumi ? Saturnus menghabiskan waktu 29 tahun (ukuran bumi) untuk menyelesaikan satu kali revolusinya terhadap matahari. Dengan 56 satelit (bulan), saya menjadi sangsi, andai Saturnus dihuni, maka akan banyak pertentangan masalah kalender, terutama yang berbasis lunar systemnya :)

Bagaimana dengan anggota tata surya kita, macam komet dan berbagai benda angkasa lainnya ? Komet Halley memiliki lintasan lebih panjang dari Komet Encke sehingga berevolusi pada matahari lebih lama. Namun masih ada komet yang mengunjungi tata surya kita dengan waktu revolusi ratusan bahkan ribuan tahun (ukuran bumi).


Tata surya kita hanya segelintir dari ratusan, bahkan ribuan tata surya lain dalam galaksi milky way kita. Sementara galaksi milky way kita ini hanya segelintir dari galaksi lain dalam semesta. Manusia menghitung jarak dengan ukuran kecepatan cahaya (150.000km/det). Jarak satu galaksi ke galaksi lain butuh ratusan tahun cahaya. Betapa luasnya semesta, betapa relatifnya waktu !!!

Tuhan Maha Baik, tentu semua ciptaanNYA baik. Tidak ada yang buruk. Keburukan, lahir dari perbandingan akal manusia, atau kurangnya intensitas kebaikan. Jadi tidak ada keburukan hakiki. Manusia, sebagai bagian dari semesta, tentu sedikit banyaknya dipengaruhi oleh semesta.

Rotasi bumi pada matahari menyebabkan siang-malam. Siang, berlimpah sinar matahari yang mendukung proses fotosintesa pada tanaman. Malam, banyak makhluk menggunakan untuk beristirahat (walau sebagaian digunakan untuk mencari makan). Sehingga banyak menjadikan malam waktu untuk beristirahat.

Revolusi bumi pada matahari menyebabkan musim. Didaerah subtropis, dikenal 4 musim. Sedangkan didaerah tropis dikenal 2 musim (tentu diluar musim penyakit, musim buah-buahan, atau musim kampanye,hehe)

Bulan adalah benda angkasa terdekat dengan bumi. Sehingga otomatis, bulan memiliki gaya gravitasi yang paling kuat diantara benda angkasa lainnya dalam mempengaruhi air. Terjadi pasang-surut akibat revolusi bulan terhadap bumi. Pasang surut air laut ini pada gilirannya mempengaruhi tanaman dan binatang air. Muncullah rutinitas makhluk akibat pengaruh gravitasi bulan. Pada gilirannya mempengaruhi manusia.

Demikian pula dengan pantulan sinar matahari terhadap bulan. Gerakan bulan yang berevolusi menyebabkan pemantulan sinar matahari pada muka bulan bervariasi. Inilah yang dihitung dalam kalender luar. Mulai dari kemunculan (bulan sabit), bulan purnama hingga tepu lotong. Bagi pelaut, pemancing dan penangkap ikan lainnya, terutama di laut, akan sangat dipengaruhi oleh jadwal bulan. Sementara musim hujan/angin barat (bare') dan musim kemarau/angin timur (timo') disebabkan oleh revolusi bumi pada matahari seperti yang disebut tadi.

Tubuh manusia didominasi air. Sekitar 70%-80% tubuh manusia adalah air. Sehingga, sedikit banyaknya, tubuh manusia dipengaruhi oleh gravitasi bulan. Bagi manusia, antara jasmani dan ruhaninya saling berpengaruh. Oleh karena itu, sangat wajar ada waktu-waktu tertentu manusia sangat perlu untuk mengingat Tuhannya. Di lain waktu, sangat pas bagi manusia untuk mencari kebutuhan duniawinya.

Pada penanggalan hijriah yang berbasis bulan, terdapat hari-hari baik dan hari-hari naas. Sebenarnya, hari-hari baik adalah hari yang secara kosmik, sangat pas bagi manusia untuk mencari urusan duniawinya. Sementara yang dimaksud hari-hari naas, adalah hari dimana kondisi alam sedemikian rupa sehingga mudah bagi manusia untuk kehilangan keseimbangan jiwanya. Pada gilirannya gampang mendapat kecelakaan. Kita sebut itu sebagai hari naas. Padahal sebenarnya, hari naas itu adalah hari dimana membutuhkan ingatan pada Tuhan yang lebih banyak. Dan disisi lain, butuh lebih banyak bersedekah dibanding hari lain untuk menciptakan keseimbangan kosmik.

Hari Baik dan Hari Naas
Pernah suatu hari, beberapa teman yang berprofesi petani berdebat. Ada yang ingin menanam padi besoknya dengan alasan bahwa semua hari itu baik. Ada juga yang masih menunggu beberapa hari kedepan dengan alasan menunggu hari baik. Mereka menghubungi saya untuk membantu menetapkan waktu tanam padinya. Tentu ini bukan hal mudah bagi saya yang bukan petani. Hari itu saya cuma menjawab bahwa keduanya benar. Semua hari itu baik (dalam artian pada sisi penciptaan/esoteris) dan ada hari hari tertentu yang lebih baik (dalam artian pada sisi kemanusiaan).
Lontara berisi waktu baik dan naas dalam sebulan

Salah seorang dari mereka menggunakan sistem 5 hari seminggu (bukan 7 hari). Sistem ini disebut Pasa lima-lima. Anehnya, sistem mingguan seperti ini banyak dilakukan masyarakat sebelum hari pasar ditetapkan dinas pasar. Kejadian itu menjadi awal bagi saya untuk mengetahui rahasia waktu.

Bagi orang-orang tertentu yang pengetahuannya melampaui rahasia kosmis, tentu sangat paham pengaruh semesta (dalam hal ini bulan) terhadap bumi dan isinya. Jadi, hal yang wajar saja jika seorang menyusun jadwal hari-hari baik dan hari-hari naas.
Lontara berisi waktu baik dan naas tiap hari dalam sepekan
Tema berkait : Waktu mendirikan rumah menurut lontara bola

Dilema Manusia Modern
Bagi orang-orang dulu, mengikuti jadwal hari baik dan naas dalam kehidupannya bukan hal sulit. Sebab segala macam keterbatasan masa lalu menyebabkan mobilitasnya rendah. Sedangkan kita manusia modern, berada dizaman yang serba cepat. Bagi pegawai/karyawan/siswa yang kalendernya berbasis solar (masehi), tidak mengindahkan lagi kaidah hari baik dan hari naas. Sehingga mobilitas manusia modern membuatnya lebih fokus pada rutinitas ketimbang menciptakan keseimbangan kosmis.

Bagaimana jika, ada rutinitas yang mesti dilakukan sementara bertepatan dengan hari naas? Ia tidak perlu meninggalkan rutinitasnya demi menghindari hari naas. Ia juga tidak boleh gegabah dan mengasumsikan semua hari itu baik (tanpa ada hari naas). Manusia hanya perlu mengingat Tuhan, bersalawat dan atau bersedekah lebih banyak di hari itu.

Tips Membuat Makalah Sederhana

Dalam proses belajar, perkuliahan atau hal hal tertentu, terkadang membutuhkan makalah. Banyak pelajar/mahasiswa bahkan dosen tidak mampu membuat makalah sebagai salah satu karya tulis ilmiah. Bisa jadi karena kurangnya minat menulis, atau tidak tahu caranya.
Berikut ini beberapa tips untuk membuat makalah :

  1. Tentukan gagasan utamanya. Gagasan utama tentu sesuai dengan tema yang ada. Misalnya tugas PPKN membuat makalah berkaitan dengan kebangsaan. Kita cari hal yang menarik. Misalnya tentang gejala disintegrasi bangsa. 
  2. Buat Pohon Pemikiran. Ambil kertas kosong. Tulis Disintegrasi bangsa ditengah-tengah. Kemudian, tulis semua hal yang terlintas dibenak kita. Biarkan pemikiran kita terus mengalir. Hubungkan antar satu ide dengan ide lain sehingga perlahan membentuk narasi
  3. Rumuskan Masalahnya. Masalah, ada hal yang paling penting dalam karya tulis ilmiah, mulai dari makalah hingga disertasi. Masalah yang diangkat adalah ketimpangan antara das sein dan das sollen. Sebaiknya rumusan masalah minimal dua. Jumlah rumusan masalah nantinya akan mempengaruhi jumlah sub bab pada bagian pembahasan, selanjutnya jumlah kesimpulan dan jumlah saran pada bab penutup. Rumusan masalah selalu berbentuk kalimat tanya. Contoh Rumusan Masalah misalnya : a)Bagaimana proses terjadinya disintegrasi bangsa ? b)Bagaimana penanganan dan pencegahan disintegrasi bangsa ?
  4. Rumuskan Judul. Judul menggunakan kalimat yang jelas dan menggambarkan isi makalah. Terutama memberi gambaran tentang rumusan masalah. Misalnya, Penanganan dan Pencegahan Disintegrasi Bangsa
  5. Susun Kerangka. Biasanya makalah sederhana terdiri dari tiga bab. Bab pertama berisi Pendahuluan, bab kedua berisi Pembahasan dan bab ketiga berisi Penutup. Pendahuluan berisi a)Latar Belakang, b)Rumusan Masalah. Bab kedua berisi sub bab sesuai jumlah rumusan masalah. Demikian pula dengan bab penutup. 
  6. Mengembangkan kerangka.  Setelah kerangka telah selesai, kita mulai untuk mengerjakan makalah. Untuk sub bab latar belakang, berbentuk deduksi. Dari umum ke khusus. Jadi penulis memberi semacam pengantar sebelum membahas mengakhiri sub bab latar belakang dengan alasan memilih judul diatas sebagai judul makalahnya.
  7. Referensi.  Setelah pengembangan kerangka, saatnya untuk mencari penguatan argumentatif. Tentu membosankan jika hendak membuat makalah sejumlah 10-15 halaman dan harus membaca 5-10 buku setebal 100-200 halaman demi untuk mengutip. Cara mudahnya adalah, tetap terus menulis. Biarkan mengalir. Setelah selesai, endapkan tulisan kita untuk sementara. Sambil membuka buka buku referensi yang relevan. Pertama, cari definisi atau pengertian dari kata-kata penting yang digunakan. Misalnya definisi "disintegrasi", "bangsa", "konflik" dan seterusnya. Setelah itu, cari beberapa kalimat yang senada dengan gagasan kita di makalah untuk di bab kedua (Pembahasan). Dengan cara seperti diatas, kita tidak perlu menuntaskan beberapa buku tebal (sambil mencari kalimat pamungkas untuk dijadikan kutipan).
  8. Finishing. Perhatikan teknik pemberian halamannya, apakah menggunakan angka romawi atau angka arab. Perhatikan pula posisi angka halaman, apakah di bagian atas atau bawah, di sebelah kiri, tengah atau kanan. Tentu diperhatikan pula aturan standar misalnya margin, font, spasi. Setelah semua aman, pastikan halaman pelengkap seperti sampul, kata pengantar, daftar isi dan daftar pustaka

Contoh Pohon Pemikiran yang belum dikembangkan dan dipertajam

Demikian tips membuat makalah sederhana. Semoga bermanfaat.

Baca juga :

SAMPEL

SAMPEL

Dalam penelitian, ada beberapa jenis data. Antara lain, data eksperimen laboratorium, data eksperimen rumah kaca, data eksperimen lapangan dan data survei. Data survei berkaitan dengan populasi dan sampel. Sehubungan dengan masalah teknis, maka sebagian dari populasi, yang disebut sampel, diambil untuk dianalisis datanya secara kuantitatif.

Dari segi ukurannya, ada dua jenis Populasi, yaitu Populasi  Terhingga dan Populasi Tak Terhingga. Populasi yang tak terhingga jelas tidak dapat dikumpulkan data sampelnya. Sedangkan populasi yang terhingga, tapi berjumlah sangat besar, belum tentu dapat dikumpulkan datanya. Adapun dalam hal penyampelan, sangat penting masalah keterwakilan dari populasi (representativeness). Agar data yang dianalisis nantinya memiliki akurasi tinggi, maka sampel harus benar-benar mewakili dari populasi yang ada.
Untuk memudahkan memahami sampel, ada dua jenis teori penyampelan. Pertama, Sampel Peluang dan kedua, Sampel Non Peluang.
baca : MARGIN ERROR
Sampel Peluang
  1. Sampel Acak Sederhana. Berlaku jika ukuran populasi terhingga dan diketahui. Tiap anggota populasi mempunyai peluang sama untuk dijadikan sampel. Sampel diambil secara acak, tanpa metode tertentu.
  2. Sampel Sistematis. Diperoleh melalui membagi sampel yang ingin didapatkan dengan jumlah populasi, yang kemudian hasil dari itu dijadikan satuan. Sehingga tiap satuan mempunyai sampel. Sebagai contoh, sampel yang diinginkan adalah 100. Sedangkan jumlah populasi adalah 10.000. Maka 10.000 populasi dibagi 100 sampel yang diharapkan didapatkan 100 satuan. Tiap satuan dari 100 satuan, memiliki satu sampel. Misalnya ditetapkan pada urutan 14 (pada satuan 100 pertama), maka berikutnya pada 114 (pada satuan 100 kedua), 214 (pada satuan 100 ketiga) dan seterusnya.
  3. Sampel Bertingkat (Stratified Sample). Sampel bertingkat digunakan apabila peneliti hendak meneliti sampel yang bertingkat. Misalnya ia ingin meneliti Konsumsi bulanan masyarakat pada masyarakat yang a)Penghasilan Rp.5.000.000,-/bulan keatas, b)Penghasilan Rp. 2.000.000,- hingga Rp. 5.000.000,-/bulan, c)Penghasilan dibawah Rp.2.000.000,-/bulan kebawah. Tiap tingkatan (Strata) sampel diambil secara acak, sehingga tiap strata terwakili oleh sampelnya.
  4. Sampel Berkelompok. Digunakan apabila populasi sangat besar, sehingga sebelumnya harus dikelompokkan. Misalnya, seorang surveyor ingin meneliti elektabilitas seorang calon Gubernur di Provinsi Antah Berantah. Provinsi itu terdiri dari 15 Kabupaten/Kota. Satu dari 15 Kabupaten/Kota itu dipilih secara acak sebagai satu kelompok. Sementara Kabupaten/Kota yang terpilih, terdiri dari 8 Kecamatan. Maka 1 dari 8 Kecamatan diambil secara acak sebagai sampel. Dari 1 Kecamatan yang diambil, terdiri dari 18 kelurahan. Maka, selanjutnya diambil lagi 1 dari 18 kelurahan yang ada sebagai kelompok. Dari 1 kelurahan yang terpilih, diambil lagi misalnya 1 dari sekian rumah tangga sebagai sampel. Kelompok yang menjadi acuan penyampelan adalah Kabupaten/Kota, Kecamatan, Kelurahan dan Rumah Tangga.



Sampel Non Peluang
  1. Sampel Kebetulan. Apabila peneliti ingin kecenderungan pemilih pada Pemilu Legislatif di sebuah desa, ia mewawancarai 55 orang pertama yang ia temui didesa tersebut. Ia dapat mewawancarai dimana saja sepanjang masih di desa tersebut hingga jumlah yang ia wawancara sesuai jumlah rancangan sampelnya, misalnya 55 orang.
  2. Sampel Purposif. Pemilihan sampel berdasarkan keahlian dan pengalaman peneliti yang tetap berdasarkan pada keterwakilan populasi.
  3. Sampel Jatah. Digunakan mempertimbangkan komposisi populasi. Misalnya jumlah mahasiswa semester ganjil sebanyak 750 orang, dan mahasiswa semester genap sebanyak 500 orang (ganjil 3 : genap 2). Maka sampel yang diambil, misalnya 300 mahasiswa semester ganjil dan 200 mahasiswa semester genap.

Referensi : Penelitian : Skripsi, Tesis, dan Disertasi karya Prof. Muhammad Arif Tiro (2009)

arm - 2014

Ketika SPERMA beraksi !!!

Artikel sederhana ini 
saya persembahkan untuk 
para lelaki yang serius untuk menikah
dan para calon ayah
dimanapun ia berada

Secara alamiah, lelaki yang telah dewasa (memasuki masa akil balig) memproduksi sperma. Sel sperma diproduksi di testis, dan memancar saat ejakulasi. Setiap ejakulasi, mengeluarkan sekitar 100 juta sel sperma (waoow). Namun hanya satu yang akan berhasil membuahi sel ovum.

Sel sperma berbentuk seperti kecebong, terdiri dari tiga bagian. Pertama, kepala yang terdiri dari acrosome yang menyelimuti bagian kedua yaitu Nukleus, atau inti sel. Bagian kedua yaitu badan, terdiri dari centriole dan spiral. Sedang bagian ketiga yaitu ekor, terdiri axial fillament dan ekor (flagella).

Gerakan ekor memberikan daya dorong pada sel sperma untuk bergerak kedepan. Sehingga, setelah terpancar, memungkinkan sel sperma bergerak menuju sasarannya, sel ovum.
Dari proses pancaran menuju sel ovum, sel sperma seperti memiliki radar yang mampu melacak keberadaan sel ovum. Sehingga, meski tanpa alat penglihatan, sel sperma dapat mengetahui posisi sel ovum dengan tepat. Demikian pula sel ovum, seperti seorang gadis yang memancarkan pesonanya kesegala penjuru. Sehingga keberadaannya selalu menciptakan ketertarikan sel sperma. Apabila dalam satu periode ovum tak dibuahi, ia "menangis" yang kita kenal dengan istilah menstruasi.

Sebagai representasi kualitas maskulin, terlihat dengan jelas, perjuangan sel sperma menuju pembuahan. Didalamnya ada pancaran, aktif, gerak maju/progres, gerak cepat dan inisiatif. Sementara sebagai representasi kualitas feminim mengandung unsur "menunggu", passif, dan reseptif.

Seperti yang dikatakan sebelumnya, bahwa hanya satu sel sperma yang mampu membuahi sel telur. Untuk membuahi, sel sperma harus menembus lapisan membran sel ovum. Kepala sel sperma, yaitu nukleus bertemu dengan inti sel ovum. Akhirnya terjadi pembuahan. Kedua sel melebur (sebagaimana hakikat cinta,yakni peleburan kualitas maskulin dan feminim) kemudian membentuk zigot. Pembelahan sel berlangsung secara terus menerus. Dari dua sel yang bersatu. Lalu membelah menjadi dua, dua menjadi empat, empat menjadi delapan, delapan menjadi enam belas dan seterusnya. Setelah empat puluh hari, Zigot kemudian menjadi segumpal darah. Empat puluh hari kemudian menjadi segumpal daging. Hingga menjadi janin. Terakhir, janin menjadi bayi dan siap untuk menghadapi tantangan didunia.
Sel sperma (sebagai inisiator pembuahan) sangat dipengaruhi oleh konsumsi laki-laki (suami). Dalam kitab suci diberitakan bahwa suami diibaratkan petani (aktif) dan istri diibaratkan sawah ladang (pasif). Idealnya sperma unggul membuahi ovum tangguh untuk menghasilkan zigot super. Kelak, zigot super ini menjadi janin dan bayi super.

Kembali ke sel. Sel, berasal dari protein. Protein terbentuk dari asam amino. Sedangkan asam amino berasal dari senyawa karbon (C),  hidrogen (H), Oksigen (O) dan nitrogen (N). Karbon, adalah hasil pembakaran, wajar di kitab suci disebutkan bahwa manusia dari tanah yang terbakar. Dua atom hidrogen yang bersenyawa dengan Oksigen membentuk air (H2O). Wajar dalam kitab suci disebutkan bahwa manusia dari air. Sedang nitrogen banyak terkandung pada tanah lempung, sebagaimana halnya yang diberitakan di kitab suci.
Sepintas, manusia hanyalah kumpulan sel-sel. Manusia berasal dari sel dan kemudian memproduksi sel. Namun itu hanyalah aspek "basyar" atau lahiriah manusia. Sedangkan disisi lain, manusia juga memiliki aspek batiniah, baik itu roh, jiwa, akal, rasa, hati atau apapun kualitas lainnya. 

Dalam inti sel, terdapat kromosom. Sedangkan kromosom mengandung DNA Deoxyribo Nucleat Acid. DNA merupakan gugus polimer yang mengandung gugus fosfat, gula deoxyribosa & basa nitrogen. Basa Nitrogen terdiri dari Adenin, yang berpasangan dengan Timin. Sedang Guanin berpasangan Sitosin. Konfigurasi inilah yang membawa kode genetik seseorang pada keturunannya. Mulai dari jenis rambut, bentuk wajah, struktur tengkorak, hingga bentuk kuku. Sampai titik ini, kita berkesimpulan bahwa secara lahiriah, manusia mewarisi kode genetik dari orang tuanya

Bagaimana dengan sikap dan prilaku ? Kebanyakan orang mungkin akan menjawab bahwa yang mempengaruhi sikap dan prilaku individu adalah :
  1. Pendidikan anak usia dini (informal)
  2. Pendidikan dalam keluarga (informal)
  3. Pendidikan di sekolah (formal)
  4. Pendidikan di masyarakat (non formal)
Namun, setiap teks memiliki konteks. Tiap simbol memiliki makna. Tiap lahiriah memiliki batiniah. Artinya setiap jasmani memiliki rohani. Keduanya saling mempengaruhi. Kualitas sperma dan ovum, akan mempengaruhi kualitas kemanusiaan seseorang.

Selain 4 pendidikan diatas, seorang individu telah dididik sejak ia masih dalam bentuk sperma dan ovum. Kebaikan dan keberkahan dari makanan yang dikonsumsi suami istri akan mempengaruhi kualitas sel sperma dan ovum.

Setelah itu, janin pun dididik sejak dalam kandungan. Beberapa metode yang dikembangkan misalnya memperdengarkan lagu klasik kepada bayi dalam perut ibunya untuk melatih kecerdasan intelektual bayi.

Terlepas dari itu semua, seorang pemuda yang memiliki visi untuk menikah, penting baginya untuk meningkatkan kualitas spermanya ~ agar menjadi sperma unggul ~ dengan caramenjaga sikap dan prilakunya. Sebab dengan hal tersebut, memungkinkan lahirnya generasi-generasi unggul. Sebagai penutup saya ingin katakan, jadilah lelaki pemilik sperma berkualitas unggul, demi masa depan bangsa dan negara tercinta :) (arm)