MANUSIA 0,5 DEWA - Presiden Ideal Untuk Indonesia

Indonesia adalah negara yang paling kompleks dimuka bumi. Lebih dari 500an etnis yang tersebar dari ujung Sumatera hingga Papua. Letaknya antara samudra Pasifik dan samudra India menjadi jalur perdagangan dimasa lalu hingga sekarang. Akibatnya, terjadi persentuhan dengan bangsa lain, mulai dari China, India, Arab, Persia, dan Eropa. Sehingga karakter terbuka orang Indonesia yang bagai spons menyerap berbagai kebudayaan luar.
Demikian pula dengan persoalan agama dan keyakinan. Berbagai agama dan keyakinan hadir di Indonesia. Baik dari luar maupun keyakinan lokal (yang sering dituduh orang barat sebagai animisme dan dinamisme).
Ideologi sama saja. Sepanjang sejarah, tercatat berbagai Ideologi pernah masuk ke Indonesia. Seperti Sosialisme dan Liberalisme. Tentu ada ideologi asli yaitu Pancasila. Ideologi yang menyatukan semua keragaman di Indonesia.
Indonesia adalah negara kaya. Mulai dari emas, perak, minyak, bauksit hingga uranium tersedia melimpah. Mulai dari kopi, kelapa, dan berbagai rempah-rempah juga ada. Di laut, mulai garis pantai, hingga ekosistemnya teramat kaya.
INDONESIA SEHARUSNYA MENJADI NEGARA TERBESAR DIDUNIA
Tapi tidak !!!
Kita punya UTANG LUAR NEGERI warisan Orba dan penguasa setelahnya yang melimpah !!!
Utang yang membuat kita tidak bisa banyak bicara di pentas internasional. Utang yang selalu digunakan negara pemodal untuk menekan kita. Utang yang dijadikan alasan untuk merebut kekayaan alam kita dari kita sendiri.
Selain itu, kita punya masalah yang teramat melimpah. Mulai dari administrasi pemerintahan, sistem politik, pengelolaan SDA, agraria, hingga olah raga.

Akankah NKRI dipimpin manusia 0,5 Dewa ?

Kita butuh orang hebat untuk memimpin Indonesia. Butuh manusia setengah dewa untuk membawa Indonesia pada kemajuan. Ciri ciri manusia setengah dewa, Presiden Ideal Untuk Indonesia adalah :
  1. Keras Kepala dalam menegakkan kebenaran
    Ya, keras kepala dalam menegakkan kebenaran. Bukan yang selalu berkompromi terhadap kejahatan. Keras kepala dalam membuat dan menyelenggarakan aturan. Presiden Ideal untuk Indonesia bukanlah ia yang suka tebang pilih dalam penegakan hukum. Bukan pula yang menutup mata terhadap siaran televisi yang tidak mendidik bangsanya. Bukan pula yang pura-pura tidak tahu terhadap radikalisasi beragama yang mengancam keamanan rakyatnya.
    Tapi ia yang tidak takut menghukum dengan keras pada bawahannya, termasuk keluarga dan teman-temannya. Termasuk dirinya, jika ia langgar kebenaran.
  2. Anti Neo-LiberalismeSudah ada beberapa bakal calon presiden antek neo liberalisme tebar pesona. Ia selalu sok miskin. Mencitrakan dirinya dari kelas bawah. Padahal ia membawa agenda neo liberalisme. Agenda untuk menggadaikan sumber daya alam kita pada trans national corporation. Ia perpanjangan tangan kapitalisme gaya baru.
    Presiden Indonesia mestilah  anti neo liberalisme. Ia harus mampu membangun ekonomi mandiri kerakyatan. Bukan tukang ngutang sama IMF dan tengkulak internasional lainnya. Ia bukan tukang impor saat produksi dalam negeri melimpah. Ia berusaha menasionalisasi perusahaan asing yang mengeruk kekayaan alam kita. Tidak seperti penguasa orba, yang memberi keuntungan 82% untuk perusahaan asing dan 18% untuk negara untuk eksploitasi alam Indonesia. Sungguh kebodohan yang teramat sangat.
  3. Milik bangsa, bukan milik suku, profesi apalagi partai (termasuk gedung putih)
    Bukan orang sumatera, bukan orang jawa, bukan orang kalimantan dan sulawesi, bukan orang bali dan nusa tenggara, bukan pula orang maluku dan papua. Ia ORANG INDONESIA ASLI. Ia milik bangsa, bukan milik suku. Ia tidak kampungan seperti politisi yang selalu mau pasangan calon presiden dan wakil presiden dari Jawa dan Non Jawa. Sungguh penghinaan terhadap Bhineka Tunggal Ika.
    Ia bukan Sipil, bukan pula Militer. Tapi ia milik Militer dan Sipil. Ia orang Indonesia. Bukan representasi dari profesi. Bukan sahabat petani, bukan pula tentara. Bukan pengusaha, bukan pula aparat. Ia adalah milik petani, milik tentara, milik ulama, milik pengusaha, milik bangsa Indonesia.
    Manusia setengah dewa, bukan milik partai. Sebab pasti partai lain tidak memilikinya, Kalau presiden milik partai, ujung-ujungnya adalah ada koalisi dan oposisi. Partai koalisi akan kebagian kue jadi menteri. Walau tidak kapabel dan bukan bidangnya. Yang penting kue politik dibagi. Walhasil, tata kelola pemerintahan tidak maksimal.
    Suatu saat ia harus memimpin negara, saat lain ia harus pimpin partainya. Kesetiannya mendua. Antara rakyat dan partai. Manusia setengah dewa adalah ia yang berdiri dari semua partai dan golongan.
    Jika manusia setengah dewa menjadi presiden, IA MENOLAK TUNDUK PADA ASING (termasuk gedung putih). Ia menolak tunduk pada partai politik. Ia memberikan jabatan menteri pada orang kapabel, bukan karena orang itu ketua partai pengusung.
  4. Merakyat, bukan "Sok merakyat"Zaman kita adalah zaman kemajuan teknologi informasi. Zaman dimana citra menjadi sangat penting. Manusia setengah dewa adalah orang yang selalu berada bersama rakyat saat rakyat membutuhkannya. Mengerti permasalahan rakyat berikut solusinya.
    Bukanlah orang yang tepat menjadi presiden, orang-orang yang selalu mau dicitrakan sebagai merakyat. Seolah milik rakyat kecil. Seolah rumah dan mobilnya sederhana sebagaimana kebanyakan rakyat. Ia bukan anak singkong, apalagi anak kingkong.
    Tapi ia anak kandung ibu pertiwi. Ia rakyat jelata sebagaimana kebanyakan rakyat Indonesia. Ia tidak suka berpura-pura merakyat sebagaimana orang kaya yang gila mau jadi presiden lainnya
  5. Efektif dan Efisien dalam berpikir dan bertindak
    Cepat, dan tepat. Tapi tidak gegabah dan tidak lamban. Manusia setengah dewa adalah orang yang spesialis pemecah masalah. Ia mampu memecahkan masalah tanpa harus terjebak dengan birokrasi warisan penjajah yang berbelit belit (Dengan prinsip : jika bisa dipersulit mengapa dipermudah). Ia punya paradigma pelayanan publik, bukan dilayani publik.
Sampai titik ini, mungkin kita akan berpikir itu mustahil. Ya, bisa jadi. Akan tetapi saya ingin katakan. Jangan serahkan suara anda pada antek antek bangsa asing, agen neo liberalisme. Sesama bangsa tapi berwatak penjajah.


EmoticonEmoticon