Serangan Fajar, yang dicaci dan dinanti

Serangan Fajar adalah sebuah istilah untuk menjelaskan politik uang yang dilakukan pada hari H atau malam menjelang pemilih datang ke TPS. Dalam strategi taktik yang tidak mengenal nilai agama, moral dan aturan formal, Serangan Fajar adalah "kartu as" untuk meningkatkan elektabilitas secara instan. Dari perspektif agama, moral dan aturan formal, "serangan fajar" sebagai salah satu variasi politik uang, adalah sesuatu yang hina, dicaci, diganjar dosa dan segala pelabelan negatif. Termasuk resiko hukuman pidana bagi pelakunya.

Pada tulisan ini, saya tidak perlu membicarakan tentang kehinaan, kejelekan, keburukan dari Serangan Fajar. Bukan berarti setuju dengan Serangan Fajar dan Politik Uang, namun ada baiknya jika kita melihat pada perspektif lain.

Dalam teori, pemilu adalah wujud kedaulatan rakyat. Rakyatlah yang menentukan Pemimpin dan wakilnya dalam mengelola negara dan daerah. Sehingga pemilu diidentikkan sebagai upaya perbaikan bangsa dan negara. Mungkin persoalan kesejahteraan masih sangat debatable. Namun yang pasti bahwa, banyak orang tidak bisa merasakan efek langsung pilihannya waktu saat pemilu dengan kesejahteraannya. Banyak mimpi-mimpi kesejahteraan yang dijual saat kampanye yang tidak berefek (atau mungkin tidak terasa) setelah calon terpilih duduk.

Ada uang ada suara, menerima serangan fajar- Siapa yang salah ??

Kedua, pemilih juga manusia. Ia punya perasaan. Tentu tidak menyenangkan jika seseorang tiba-tiba baik kepada kita ketika ada maunya (mau dipilih) kemudian setelah itu "menutup kaca mobilnya jika lewat didepan rumah". Mental pejabat telah melahirkan kesombongan hingga merasa tak pantas lagi berbaur dengan orang kecil. Sehingga ada hubungan yang terputus antara konstituen dan calon yang terpilih. Masyarakat bukanlah sekedar angka yang menentukan keterpilihan yang tidak mempunyai rasa. Ini yang mungkin luput dipikirkan para ahli demokrasi yang terkungkung dimenara gading teorinya.

Saya ingin katakan bahwa, sebagian masyarakat "frustasi" dengan kehidupan. Banyak diantara mereka yang miskin dinegara kaya. Belum lagi pajak membebani masyarakat yang bukannya berkurang, malah semakin banyak item yang harus dipajaki demi peningkatan PAD dan Pendapatan Negara. Memang banyak pemimpin yang kurang kreatif lebih suka membebani rakyatnya dengan pajak untuk membiayai pembangunan ketimbang memaksimalkan sumber daya yang ada.

Kita tidak bisa mengatakan bahwa penggemar Serangan Fajar itu bukan pemilih cerdas. Mungkin sebagian dari mereka adalah "pemburu dollar murni". Namun tidak bisa digeneralisir. 

Merekalah sesungguhnya pemilih cerdas. Bukan professor abal-abal
Mereka muak dibodoh-bodohi. Meski mereka tak sekolah
Mereka muak dibohongi. Karena kejujuran telah diinjak-injak
Mereka muak dicueki oleh kesombongan pejabat
Mereka muak dijanji perbaikan kualitas hidup. 
Mereka muak dimiskinkan dinegara kaya

Maka mereka pun mempertahankan diri
Mereka sadar tidak punya kekuatan untuk melawan dan menyerang
Sebab mereka hanyalah orang kecil yang miskin lagi terlemahkan
Maka serangan fajar pun dinanti
Sebab lusa mereka akan dilupakan lagi
Dan menjalani kehidupan susah lagi
Dan menunggu 5 tahun kedepan untuk dijanji lagi

Mari kita berandai-andai. Andai anda orang miskin yang kurang diperhatikan, tentu ada akan melihat betapa berartinya uang 100ribu. Anda akan malas berurusan dengan hukum dengan melaporkan uang 100ribu itu ke panwaslu. Anda pasti diinterogasi dan dijadikan saksi politik uang. Uang itu akan dijadikan barang bukti. Lalu anda tidak mendapat apa-apa (termasuk uang 100ribu itu) kecuali kebencian orang yang terjerat hukum gara-gara anda. Mau ???



EmoticonEmoticon