Puasa Perspektif Pappaseng Petta La Tenri Bali

Tags

Di bulan ramadhan, umat Islam di wajibkan berpuasa selama sebulan. Puasa lebih dari sekadar menahan lapar dan haus di siang hari. Tetapi lebih dari itu, juga melatih kualitas jiwa agar terbentuk akhlak pribadi yang lebih baik. 

Sekaitan nilai-nilai akhlak pribadi tersebut, menarik untuk membahas pappaseng atau pesan dari Batara Wajo pertama, Petta La Tenri Bali sebagai berikut.

Ajjaq nasalaiko nyameng kininnawa sibawa lempu. Naiya riasengnge nyameng kininnawa, ri salaiwi ri padanna tau na makurang caiq na, maega addampenna. Tennapoadang padanna tau tennaponyamengnge, tessitinajae ininnawa. Naiya riasengnge lempu, tekkacinna-cinnai, tennaeloreng majaq padanna tau, nametau ri Dewata Seuwae.

Terjemahan bebas

Janganlah engkau kehilangan nyameng kininnawa dengan lempu. Adapun yang dimaksud dengan nyameng kininnawa (adalah apabila) dipersalahkan (oleh) sesamanya manusia, (maka) kurang amarahnya. luas permaafannya. Tidak mengatakan kepada sesamanya manusia (sesuatu) yang tidak disenangi/tidak berkenan, (yaitu) yang tidak sepantasnya menurut pertimbangan. Adapun yang dimaksud lempu adalah, tidak gampang menginginkan sesuatu, tidak menghendaki keburukan kepada sesamanya manusia, dan takut pada Tuhan yang Maha Esa.



Ada dua poin utama dalam kutipan pappaseng diatas. Yaitu nyameng kininnawa dan lempu. Untuk itu kita mengurai satu persatu.

Nyameng kininnawa

> Bila dipersalahkan (maka) > Kurang amarahnya/mampu mengontrol dirinya. (efeknya adalah) 

  • perbuatan > tidak mendendam, tidak membalas, memaafkan
  • perkataan > berkata sepantasnya sesuai pertimbangan > sehingga bila marah, memilih diam sampai marahnya reda barulah dapat berkata yang pantas.
Nyameng Kininnawa lebih mengarah pada kondisi mental, yaitu pikiran dan perasaan seseorang agar lebih terkontrol ketika berada pada situasi yang tidak menguntungkan. Yaitu dipersalahkan. Tentu jika dipersalahkan adalah sesuatu yang tidak menyenangkan. Disini Nyameng kininnawa hadir sebagai konsep orang Bugis untuk tetap stabil dan menjaga harmoni.

Ketika seseorang kehilangan Nyameng kininnawa nya, maka ia akan mudah marah. Saat marah, kadang kata kata yang diucapkan tidak terkontrol sehingga membawa penyelesalan. Oleh karena itu, orang Bugis memilih diam saat marah sambil berusaha mengendalikan dirinya. Diam juga sebagai penanda bagi orang lain bahwa yang bersangkutan sedang marah.

Amarah yang dituruti, bukan hanya membuat kata-kata menjadi tidak terkontrol. Tetapi juga mempengaruhi sikap dan tindakan yang menyakiti sesama. Untuk mencegah hal tersebut, maka kebesaran hati untuk memaafkan adalah cara terbaik.

Lempu

  • > Tekkacinna-cinnai > tidak mudah menginginkan > mengendalikan hasrat dan keinginan
  • > Tennaeloreng majaq padanna tau > tidak menghendaki keburukan pada sesamanya manusia 
  • > Nametau ri Dewata Seuwae > takut kepada Tuhan yang Maha Esa.

Tekkacinna-cinna berasal dari kata dasar cinna yang berarti hasrat/keinginan. Makna cinna bersifat netral. Namun ketika mendapat imbuhan KA diiringi pengulangan menjadi Kacinna-cinna, maka maknanya menjadi negatif. Bisa dibandingkan dengan kosa kata bahasa Bugis lain. Seperti Illau (minta) menjadi Kailla-illau. Ita (melihat) menjadi Kaita-ita. Inreng (pinjam) menjadi Kainreng-inreng. Jokka (pergi) menjadi Kajokka-jokka. Inga (dengar) menjadi Kainga-inga

Imbuhan "Teq" yang merupakan penyingkatan dari Teya (tidak) merupakan penegasian. Tekkacinna-cinna berarti menegasikan atau ketiadaan keinginan yang berlebihan. Misalnya, jika seseorang macinna (menginginkan) pada harta, itu masih wajar. Tetapi kalau kacinna-cinna, berarti seseorang kurang atau tidak bersyukur dengan harta yang ia miliki dan masih menginginkan harta milik orang lain. Disinilah salah satu awal keburukan pada sesama.

Untuk mendapatkan harta milik orang lain, seseorang bisa saja kailla-illau (suka minta-minta), kainreng-inreng (suka pinjam pinjam), bahkan kalasi (licik). Bila masih kurang maka maggauq bawang (berlaku sewenang-wenang merampas barang orang lain) 

Oleh karena itu, setelah kata Teqkacinna-cinna dilanjutkan dengan kata Tennaeloreng majaq padanna tau. Orang yang malempu (lurus) selain dia tidak gampang menginginkan sesuatu, ia juga tidak menginginkan keburukan kepada orang lain.

Kemudian dikunci dengan kalimat : "Nametau ri Dewata Seuwae". Sebagai landasan sekaligus tujuan dari Lempu itu sendiri. Jadi adanya kebaikan individu terhadap orang lain, bukan unsur pragmatisme, yaitu mengharap kebaikan serupa. Akan tetapi sebagai wujud kehambaan manusia. Ini menunjukkan bahwa orang Bugis dahulu telah menganut monoteisme sebelum menerima Islam.

Dengan berpuasa, kita belajar menahan keinginan, nafsu dan amarah. Sehingga pada titik tertentu (semoga) kita mampu mengontrolnya. Sehingga dengan berpuasa kita dapat mencapai kualitas jiwa nyameng kininnawa. Puasa melatih empati kita pada sesama, melalui hal yang paling sederhana, mendasar dan universal. Yaitu lapar dan haus. Puasa melatih kejujuran (alempurengta) kita. Yaitu ketika makanan dan minuman serta kesempatan tersedia, namun belum berbuka puasa. Di saat itu, hanya individu dan Tuhannya. Inilah makna lempu yang sesungguhnya. Yaitu bahkan ketika tidak ada orang lain yang menyaksikan perbuatan kita, namun sadar bahwa Allah Swt Maha Melihat yang selaras maknanya dengan Nametau ri Dewata Seuwae

Selamat menunaikan ibadah puasa. Kualitas puasa dalam sebulan ini akan teruji 11 bulan setelahnya. Semoga dengan berpuasa kita dapat meningkatkan kualitas jiwa menjadi lebih baik.

Wallahu a'lam bishsowab





EmoticonEmoticon