Sekedar Curhat tentang Pengalaman mengelola grup FB tema budaya dan sejarah

Tags

Tulisan ini mungkin adalah kumpulan curhat. Ya kumpulan curhat tentang diskusi sejarah dan budaya di dunia maya. Saya tuliskan sebagai "tanda mata" bahwa setidaknya saya pernah beraktivitas dalam ranah tersebut.

Awalnya saya bersentuhan dengan internet saat Pelatihan Internet ditahun 1999 yang diadakan oleh Himpunan dikampus. Saat itu, orang yang menggunakan HP masih dihitung jari. Sedang pengguna "PAGER" disaat itu sudah dianggap keren dan hebat. Kartu perdana saat itu harga 600-700an ribu. Harga HP jauh dari terjangkau untuk mahasiswa seperti saya. Warnet pada saat itu masih mahal, sekitar 5000-7000/jam. Operating System masih pakai Windows 95. Sedang Windows 98 masih jarang yang pakai. Di saat itu Spek Komputer dengan memori 64 MB bisa disetarakan dengan 1-2 GB saat ini. Namun perkembangan teknologi informasi dalam dasawarsa ini sungguh luar biasa. Semua bergerak dengan cepat. Dan tentunya, secara tidak sadar, saya bersama jutaan masyarakat dunia telah memasuki era teknologi digital, era teknologi informasi, era internet, yang nantinya mempengaruhi pola interaksi masyarakat.

Tak lama, warnet bertebaran dan menjadi lahan bisnis baru. Pengguna internet bertambah drastis. Media chat, situs jejaring pun berkembang. Saya ingat ditahun 2005-2006, diskusi panas tema agama disalah satu room di Yahoo Grups. Berdiskusi di internet menjadi hal yang baru bagi masyarakat yang memasuki era baru. Saat itu saya sempat berpikir, dengan gaya hidup baru ini, budaya lokal akan semakin terkikis dan akhirnya hilang.

Saya termasuk orang beruntung, sebab pernah berada dilingkungan orang cerdas. Di saat itu, kita hanya cukup duduk manis di warung kak tina dan mendengarkan orang-orang cerdas berdiskusi. Jadilah saya pendengar sejati sambil mempelajari cara menyusun argumen serta pola pikir yang sangat ramai itu. Hingga suatu saat saya berkenalan dengan Facebook di awal tahun 2010.

Saat itu telah ada beberapa grup Sejarah dan Budaya. Saya pun tertarik untuk membuat grup Facebook dengan tema yang beda dan menggabungkan demokrasi intelektual yang pernah saya dapatkan dikampus saat dicerahi orang-orang cerdas disekitar saya. SAya juga terispirasi dengan salah seorang dosen Unhas yang mengatakan bahwa kita tidak perlu seperti Orde Baru, yang menyaring informasi dari luar. sebab kita adalah masyarakat demokratis. yang bisa kita lakukan adalah memperkaya pilihan orang lain tentang budaya kita sendiri. hingga hari ini, saya belum membantah pendapat dosen tersebut. Iya benar, kita tidak boleh melarang orang lain untuk tahu sesuatu. Namun sebaiknya kita memperkaya pilihan orang untuk tahu sesuatu, selanjutnya biarkan orang memilih apa yang mereka anggap benar

Pada mulanya saya mengkritik pengguna internet yang menyalahgunakannya. Namun saya berpikir, tidak sebaiknya orang dilarang untuk main poker atau judi di internet misalnya. Namun sangat bisa kita menawarkan sejenis pengetahuan yang baru bagi mereka sambil kita juga ikut belajar tentang sejarah dan budaya kita. Kita pahami, bahwa sistem pendidikan kita sangat kurang memediasi sejarah dan budaya lokal dalam kurikulum. Jadilah sekolah menjadi penghasil ilmuwan yang lupa sejarah dan budayanya sendiri. oleh karena itu, mari kita jalankan diskusi sejarah dan budaya secara demokratis.

pada awalnya, saya angkat topik sejarah terbentuknya kabupaten disulawesi selatan. ada yang ramai diskusinya adapula yang tidak. intinya SAYA INGIN MENGANGKAT SEMUA BUDAYA DISULAWESI SELATAN TANPA ADA YANG MERASA LEBIH JAGO DARI YANG LAIN. dalam proses itu saya banyak belajar. membaca beberapa naskah kemudian membandingkanya.mendapat beberapa teman yang juga memiliki kegelisihan yang sama hingga akhirnya......

nampaknya ada orang yang komplain dengan saya. ada yang menganggap tokoh sejarah bak dewa yang tak boleh dikritisi. yang siapapun lawannya dimasa lalu adalah penjahat,penjajah atau pengkhianat. Padahal, saya hanya bermaksud menawarkan perspektif lain. malah mulai ada gejala intimidasi. sungguh tidak seperti harapan saya. akhirnya saya sampai pada kesimpulan. bahwa daripada saya berkorban didunia sejarah dan budaya pada dunia maya namun tidak mendapat yang sepantasnya, maka ada baiknya saya undur diri. tentu setelah saya berkarya dan membantu orang lain berkarya. Paling tidak, saya telah berbuat semampu saya daripada orang-orang yang mengkritik saya. Mungkin "terimakasih" tak pernah cukup kepada mereka yang telah membagi ilmunya kepada saya.


EmoticonEmoticon