Siti Nurbaya dan Mulan Jameela

Novel karya Marah Rusli yang berjudul lengkap "Siti Nurbaya : Kasih Tak Sampai" boleh jadi adalah novel terpopuler di Indonesia. Kalaupun tidak, novel ini berhasil melambungkan nama "Siti Nurbaya" sebagai simbol ketertindasan perempuan Indonesia.

Novel ini bersetting di Sumatera Barat di era kolonial. Baginda Sulaiman, ayah Siti Nurbaya adalah pengusaha kaya. Datuk Maringgih, membuat konspirasi agar Baginda Sulaiman bangkrut dan kemudian berhasil. Sebelumnya Siti Nurbaya telah menjalin kasih dengan Samsul Bahri yang melanjutkan pendidikannya di Batavia.
Setelah Baginda Sulaiman bangkrut, Datuk Maringgih kemudian memaksa agar menyerahkan Siti Nurbaya untuk diperistri agar utang Baginda Sulaiman lunas.
Demi orang tuanya, dengan berat hati Siti Nurbaya menikah dengan Datuk Maringgih. Meski cinta Siti Nurbaya adalah milik Samsul Bahri.
Saya tidak bermaksud untuk membuat sinopsis dari novel tersebut. Poin yang ingin saya sampaikan adalah, pengorbanan cinta Siti Nurbaya demi menyelamatkan orang tuanya yaitu cara menikah dengan lelaki yang mengkonspirasi kejatuhan bisnis ayahnya yang juga bukan pilihan hatinya.
Selanjutnya, Siti Nurbaya dikenal sebagai perempuan korban kawin paksa. Seolah-olah Baginda Sulaiman, ayah Siti Nurbaya rela melakukan hal tersebut. Jadilah Siti Nurbaya sebagai simbol ketertindasan perempuan Indonesia. Hal yang berbeda berlaku pada Kartini.
Pemahaman bahwa Siti Nurbaya adalah korban kawin paksa (bukan korban konspirasi Datuk Maringgih dan bukan pula pengabdian anak pada orang tuanya) menginspirasi band DEWA 19 pada album lagu "Cukup Siti Nurbaya - album Terbaik-Terbaik".
.........
Oh.. cukup Siti Nurbaya
Yang mengalami
Pahitnya dunia
Hidupku kamu dan mereka semua
Takkan ada yang bisa memaksakan jalan
Hidup yang 'kan tertempuh
.........
===============================================================
Hampir semua budaya di nusantara, menjodohkan anak gadis ketika sudah cukup umur. Status sosial, harta warisan, prilaku dan beberapa hal khusus, menjadi pertimbangan orang tua. Tentu kasusnya beda dengan Siti Nurbaya. Dan juga tentu tidak mengabaikan hak dasar perempuan dalam memilih calon pasangan hidupnya. Artinya, ketika orang tua menjodohkan anaknya, bukan selalu berarti membunuh kebebasan anaknya.

Namun, orang tua selalu menginginkan yang terbaik pada anaknya adalah sesuatu yang tidak dapat dibantah.
Orang tua berkewajiban terhadap anaknya hingga sang anak menikah. Meski, memaksakan jodoh pada anak adalah kekeliruan. Artinya, perlu komunikasi yang baik antara orang tua (yang menginginkan kebaikan pada anaknya) dan anak khususnya gadis (yang punya kebebasan dalam memilih jodohnya).

Kebebasan secara berlebih, tidak proporsional justru dapat mendatangkan penderitaan. Juga beban pada keturunan. Banyak orang-orang tua kita yang menikah saat remaja (saat ini dilarang keras,dianggap pernikahan dibawah umur), melahirkan banyak anak dan bahagia hingga kakek nenek. Sebaliknya, banyak anak-anak muda yang pacaran (atas nama cinta), gagal melanjutkan ke pernikahan. Dan banyak pula yang pernikahannya berakhir dengan perceraian. Ternyata, jodoh pilihan orang tua tidak memastikan penderitaan. Sebaliknya, jodoh pilihan sendiri tidak menjamin kebahagiaan.

Di zaman Mulan Jameela saat ini (bukan lagi Siti Nurbaya), orang tua yang memegang adat dan mengusahakan kebaikan anak dan cucunya kelak, dengan cara menjodohkan anaknya, dianggap kolot, kampungan, primitif dan tidak relevan dengan kondisi kekinian. Ada perubahan yang sangat drastis dari zaman Siti Nurbaya ke zaman Mulan Jameela dalam rentang 100an tahun terakhir ini.

Kebebasan perempuan modern, bukan hanya dalam memilih jodoh. Tapi juga dalam hal fashion. Indikator keberhasilan bagi perempuan modern adalah keseksian. Semakin seksi, semakin memikat, maka semakin berhasil. Hal ini membuat perbandingan generasi zaman Siti Nurbaya yang berkebaya dan konde semakin timpang.
.......
kamulah makhluk Tuhan
yang tercipta yang paling sexy
cuma kamu yang bisa 
membuatku terus menjerit, ah ah ah
.......
Akhirnya, dengan kemenangan Mulan Jameela (sebagai ikon kebebasan perempuan modern), para ayah akan selalu khawatir tentang kepantasan calon menantunya yang juga calon suami bagi anaknya dan ayah bagi cucunya. Sementara, perempuan muda yang miskin pengalaman, terancam durhaka karena ngotot mempertahankan cinta monyet pada laki-laki yang belum tentu mampu menjadi suami yang baik dan ayah yang baik bagi anak-anaknya. Menurut anda ?
Ya iyyalah, masa ya iya dong. Mulan aja Mulan Jameela, masa Mulan Jameedong (arm)


3 komentar

yang repot ketika kita tidak segera menemukan formulasi yang efektif, mulai dari pencegahan sampai penanganannya... #lebihberbahayadarinarkoba


EmoticonEmoticon