Angkatan Pertama LK II HMI Cabang Makassar Timur (2000) - Sekedar Romantisme

Tags

Sekedar Romantisme semasa mengikuti LK II

Setelah menyelesaikan makalah, dengan referensi minimal 20 buku (kalau bukan 50 buku), minimal 20 lembar (diluar sampul, kata pengantar dan daftar pustaka), dengan harap-harap cemas membawa rekomendasi dan makalah ke panitia. Bersiap menjadi peserta LK II angkatan pertama HMI Cabang Makassar Timur tahun 2000.

Selanjutnya menunggu giliran di screening oleh kanda SC. Dulu, kadang ketika para senior berdiskusi dan yunior mendekat, sang senior akan berkata, "Sudah LK II?, kalau belum, sana bicara sama tembok". Screening, waktu untuk membuktikan bahwa sang yunior sudah layak untuk berdiskusi dengan senior. Itupun kalau mampu.

Beberapa pos SC harus dilewati, sesuai tema screening. 1)NDP, 2)Ke-HMI-an, 3)Keislaman, 4)Keorganisasian. 5)Keilmuan, 6)Kemahasiswaan. 7)Makalah. Satu peserta melawan dua SC. Itu pengalaman saya saat di screening kanda Yusran dan kanda Ibrahim. Saya disuruh memaparkan isi makalah saya. Di podium, layaknya seorang pejabat yang berpidato, saya paparkan argumentasi penguat pada makalah saya. Tentu saya harus kerja keras mengendalikan adrenalin agar tetap tenang meski argumentasi saya dibantai habis-habisan. Dan saya masih ingat, bang Yusran menyuruh saya menguatkan pisau analisis, sejak screening hingga dalam forum.

Saya masih ingat, kak Adi yang mengscreening pada dimensi keilmuan, mengusir calon peserta karena kerangka berpikirnya bermasalah. Soalnya, Kak Adi bertanya tentang filsafat ilmu, si calon peserta (tidak perlu disebut asal cabangnya, nanti jadi isu SARA), malah si calon peserta menjawab tergantung apa yang ia pikirkan. Sampai ke baca-baca warisan neneknya.

Alhamdulillah, saya lulus Screening pada peringkat kedua dari sekitar 60an peserta. Bersama Ugi' (sugiatno migano, tetangga kamar di ramsis, FH 99), Enre (Sospol 97), Ali Said, Hasbullah Khatib (Sospol 98), Mahyuddin (FH 98) dll, kami memasuki ruangan dengan percaya diri. LK II bintang-bintang, begitu narsisnya kami dulu. Berdasar cara berpikirnya, ada yang sangat filosofis, sangat sosiologis, sangat sosialis, sangat islami dan suka mengerjai temannya. Setiap menjelang materi masuk, (kecuali pemateri tertentu), kami rapat untuk memblejeti pemateri yang masuk nantinya. Walhasil, seorang professor berhasil dibuat ngambek sampai tidak bersedia menerima cenderamata dari panitia. Langsung pergi begitu saja bagai pesawat tempur.
Setelah materi selesai, terdengar bunyi mesin ketik saat malam hingga subuh. Dipaksa berpikir keras, cepat dan tepat. Sebab besok pagi-pagi, resume materi dikumpul. . Saat peserta LK II menenteng mesin ketik dan puluhan buku saat mengikuti LK II. Peserta LK II dilatih untuk rajin membaca, mampu menganalisa, mampu menulis dan patuh pada senior.Ya itulah suasana LK II tempo dulu. Pagi, resume materi sebelumnya dikumpul. Terus tunggu pemateri. Di sela materi yang masuk, diadakan Persentase makalah dan FGD. Setelah itu, malamnya kembali mengetik mengerjakan resume, sekitar 2-5 lembar spasi 2 kertas kwarto.

Beberapa SC yang masih saya ingat, Kak Zul sebagai Koster (tak disangka, ternyata saya sempat 2 kali menjadi koster), Kak Andri, Kak Yus (sospol), Kak Ibe Perikanan, Kak Ollong (Abdul Syukur Ahmad, Kehutanan 96), Kak Nila FKM, kak Adi (Perikanan), kak Hambali (Perikanan) dengan rekoder andalannya, dan tentu saja sang maestro.....pereda segala macam kerusuhan dan kekacauan, bang Agus Amri yang teramat tampan. Sekarang, Bang Agus teramat rajin mengampanyekan mencuci di malam minggu sebagai sebuah keniscayaan sejarah kaum proletar :)

Alhamdulillah kami semua lolos, meski bukan sebagai yang terbaik (karena banyak yang lebih hebat). Pengalaman LK II angkatan pertama di HMI Makassar Timur adalah sesuatu yang luar biasa bagi saya. Setelahnya, tiada malam tanpa membaca dan berdiskusi. Otak ini terasa gatal kalau tidak berpikir. Lama baru saya sadari, bahwa keikhlasan kakanda-kakandaku di HMI Maktim telah banyak merubah saya pada hal-hal yang positif, seperti lebih banyak membaca dan menulis.

Namun, satu hal yang saya amat sayangkan. Hingga hari ini, Lembar Kader kami belum pernah diterima. Kalau tidak salah ingat, seumur hidup nanti saat menjadi koster LK II Cabang Balikpapan tahun 2004 baru saya melihat Lembar Kader peserta. Lembar Kader yang saya tanda tangani, meski saya sendiri tidak pernah memiliki Lembar Kaderku. Ironi memang. Dan yang lebih parah lagi, saat itu belum ada kamera digital. Sehingga tidak ada dokumentasi untuk menggambarkan ekspresi peserta LK II Bintang-Bintang :)

Bersama peserta LK II 






1 komentar so far

:) tulisan ini sudah kami rekam untuk Bapak Agus Amri SH di SINI

terimakasih
Admin


EmoticonEmoticon