(Mantan) Caleg Juga Manusia

Tags

Pemungutan suara telah usai, saat ini proses penghitungan menuju penetapan calon terpilih. Namun, hasil hitung cepat lembaga survei serta rekapitulasi sementara tim pemenang sudah memberi gambaran, siapa yang akan terpilih nantinya. Tentu ada caleg yang terpilih, dan ada yang tidak terpilih. Itu hukum alam. Tentu ada yang berbahagia, ada yang berharap cemas dan ada yang kecewa.

Beberapa bulan lalu saya mengikuti proses seleksi. Tentu bukan pemilihan umum. Tetapi pemilihan khusus. Kita sebut saja Pemikhu :), sebab yang memilih hanya 5 orang yang terdiri dari akademisi dan profesional. Saya sebagai calon inkamben tentu punya pengalaman, baik pekerjaan maupun organisasi. Sekitar 24 rekomendasi organisasi yang saya kantongi. Mulai dari seleksi administrasi, kesehatan, tertulis hingga psikotes saya lalui dengan baik. Tak ada rekomendasi dokter sehubungan dengan kesehatan. Namun saya harus jatuh karena "tanggapan masyarakat" yang alasannya kurang rasional. Bukannya mengkritisi kinerja, kapabilitas dan pengetahuan saya, kelima orang itu justru menyerang pribadi saya dan menunjukkan bahwa kurangnya jiwa intelektualitas dibalik sandangan gelar akademiknya. Yang paling menyakitkan bukan tidak lolosnya, tapi adanya oknum yang menikam dari belakang. Bukan hanya kecewa, namun saya sempat mengalami depresi. Tidak percaya ternyata orang yang saya percaya ternyata suka menikam dari belakang. Pertanyaan paling saya hindari saat itu ketika teman bertanya : "Apa kabar?" Sebab satu sisi saya tidak suka bohong bahwa kabar saya sedang tidak baik. Dan disisi lain saya juga tidak ingin mencederai pertanyaan basa basi teman yang lama tidak berkomunikasi. Terlepas dari itu, perhatian kecil teman-teman saya adalah sesuatu yang sangat berarti ditengah keterpurukanku. But Live Must Go On.

Beberapa teman saya mencoba bertarung sebagai caleg. Lebih banyak lagi caleg yang saya tidak kenal yang juga ikut bertarung. Segala macam strategi dimainkan untuk mencapai kemenangan. Namun tentu ada yang menang dan kalah, ada yang bahagia dan ada kecewa. Saya sangat memahami kekecewaan, ketika berharap besar namun gagal. Saya pun sangat memahami, jika orang yang kita percayai ternyata menikam dari belakang. Tentu tidak bisa terlukis dengan kata-kata. Namun sayang, media mulai memberitakan tentang caleg gagal yang mulai gila dan depresi. Atau menagih kembali kebaikan-kebaikan yang pernah ia lakukan.

Ilustrasi
Saya ingin katakan pada semua orang, jangan lukai perasaan caleg yang gagal dalam pertarungannya. Kekecewaan tidak lolos saja itu sudah butuh waktu lama untuk kembali menstabilkan jiwa. Apalagi jika pengorbanan dan perjuangan berat telah dilalui. Sebab caleg juga manusia yang punya perasaan. Bisa bahagia, marah, senang dan kecewa.

Saya tidak ingin mengatakan kepada caleg yang gagal : "Sabar, ambil hikmahnya". Sebab saya bukan kaum hikmais yang menjadikan kata "hikmah" sebagai candu. Sebab dulu, saya pun kurang senang jika orang mengatakan : "ambil hikmahnya". Tetapi saya ingin mengatakan kepada semua caleg yang gagal, ayo evaluasi semuanya. Apa yang kurang dari apa yang telah kita lakukan. Jangan melihat dari satu sudut pandang saja. Lihatlah dari berbagai sudut pandang, biar lebih bijaksana. Mempertahankan keegoisan (melihat dari satu sudut pandang saja) saat dilanda keterpurukan, bukan sesuatu yang bijaksana. Tapi kita harus bangkit. Meski hati terasa pedih sakit dan teriris, tapi harus tetap kuat.

Ya harus kuat. Sebab dengan jiwa yang kuat, kita bisa melewati masa-masa sulit ini dan menjadi modal untuk memasuki masa masa berikut yang semoga lebih baik. Saya tidak bermaksud sok bijaksana, namun saya ingin berempati pada caleg gagal. Setidaknya sebagai sesama manusia yang pernah mengalami kegagalan (atau digagalkan). Saya juga tidak bermaksud memberikan motivasi, sebab saya bukan motivator macam Mario Teguh. Sekali lagi, saya hanya mencoba berempati dan mengajak semua orang agar tidak mencela caleg yang gagal. Sebab caleg juga manusia, punya malu, harga diri, dan semangat untuk bangkit dari keterpurukannya. Seperti saya beberapa bulan lalu.

(arm 14 April 2014)


EmoticonEmoticon