Balapan di Negeri diatas Awan

Tags

Mereka berlima tumbuh bersamaan, melewati masa kanak kanak yang ceria. Perlahan, mereka menjelang remaja dan menjalani hidup masing masing. Terpisah hingga mereka dewasa, akil balig. Mereka berjanji akan bertemu lagi setelah mendapatkan motor andalannya. Hingga tibalah saatnya mereka untuk mengikuti balapan, mereka kembali di negeri diatas awan dengan motor masing masing. Mereka ingin balapan sebab mereka dewasa dan berakal.

Disebuah balai bambu di negeri diatas awan, kelima pemuda itu berkumpul. Seseorang maju menceritakan pengalamannya. Ia pun mulai berkisah. Saat remaja, saya melihat motor scooter matic. Motor generasi terakhir, yang tak perlu persneling. Ditambah bagasi, motor scooter maticku bisa muat banyak barang, ujarnya dengan bangga. Inilah motor terbaik lagi praktis,  sambungnya.

Disinggung soal perseneling, pemuda yang satupun tersinggung. Ia berdiri menggantikan temannya. Ia pun bertutur. Sebelum tiba disini, saya bertemu dengan orang yang naik moped (motor bebek). Dari dulu, leluhur kita pakai motor bebek. Sangat multi fungsi, Bisa lewati beragam medan. Memang betul masih ada acara pindah pindah gigi. Tetapi itu membuat kita paham proses dan kekuatan. Bukan cuma menarik gas, ujarnya.

Temannya mulai geram, dan mulai berbicara. Hai kalian pemuja scooter matic dan moped, lihatlah motorku naked. Kubikasinya lebih besar dari kalian berdua. Memang benar motor nakedku tidak bisa muat barang banyak seperti kalian. Memang benar, koplingku membedakan motorku dengan motor kalian berdua yang lebih simpel dan praktis. Tetapi kopling, kubikasi dan power besar serta model yang jantan adalah untuk mereka yang lelaki. Kalian berdua juga tidak memahami stabilitas motor pada kecepatan tinggi. Motor kalian berdua motor untuk kecepatan rendah.

Tak mau kalah, yang satu angkat bicara. Bro sekalian, perkenalkan motorku. Namanya, trail. Asli motor segala medan. Suaranya kencang, sekencang tarikannya. Meski kita sama sama jantan, tetapi engkau dengan motor nakedmu hanya cocok dijalan aspal. Sedang kalian berdua, dengan motor scooter matic dan mopedmu adalah motor perempuan. 



He ehm, terdengar suara mendehem memecah suasana. Tiba tiba jadi hening. Saat itulah pemuda kelima yang angkat bicara. Kenalkan ini motorku, namanya superbike. Supernya para motor. Tidak perlu saya jelaskan kelebihan motorku, ucapnya. Silakan nonton TV, balapan paling bergengsi pake motor apa saudaraku semua ?

Semua terdiam, si pemilik motor superbike merasa menang. Merasa terdesak, pemilik motor scooter matic murka. Kalian semua sesat, kafir. Hanya motorku yang sebenar benarnya motor. Motor kalian semua itu sesat, kafir, ujarnya mengulang. 

Si pemilik motor moped ikut marah. Tidak boleh begitu saudara. Motorku lebih baik dari motormu, mengapa kau klaim motor kami berlima semuanya salah ? Mereka berlima berdebat, saling bertengkar bahkan saling memukul. Ini hanya karena merasa motornyalah yang terhebat.

Seorang tua datang melerai. Hai kalian 5 anak muda mengapa bertengkar ? Bukankah kalian semua bersaudara ? Tenanglah wahai anak muda. Tahan emosi kalian. Motor bukan untuk dipertengkarkan, tetapi untuk dikendarai.

Mereka berlima pun tersadar. Mereka khilaf. Betapa indah kenangan masa lalu saat kanak kanak, hilang hanya karena arogansi bermotor. Lebih parah, mereka lupa bahwa mereka sedang ingin balapan. Pak tua pun terus menenangkan mereka hingga kelimanya menjadi pendengar.

Pak Tua duduk dikelilingi kelima pemuda itu. Ia mulai bercerita. Nak, saya dulu pun seperti kalian. Arogan dengan satu jenis motor. Namun setelahnya saya sadar. Bukan motor yang penting. Tetapi tujuan dan pengendara. Motor hanyalah kendaraan. Kalian berlima hendaknya fokus pada tujuan, yaitu garis finish. Kalian juga harus fokus pada diri kalian. 

Meski kubikasi motormu besar, namun tak kau nyalakan mesinnya, maka engkau tetap ditempat. Perjalanan tak kau mulai dengan menyalakan mesinnya, maka mustahil sampai garis finish. Demikian pula motormu yang berkubikasi rendah, sambil melihat pemilik moped dan scooter matic, tetapi jika kalian berdua konsisten pada kecepatan maka garis finish dapat kalian gapai. Kalian berlima, sambil melanjutkan, berpeluang menjadi finish pertama sekaligus finish terakhir. Bahkan, kalian berlima juga berpeluang untuk kecelakaan, bila tidak hati hati mengendarai motor kalian.

Si pemilik trail pun nyeletuk memotong pembicaraan pak tua. Kalau begitu pak tua berarti semua motor sama saja, ucapnya ketus. Dengan tenang pak tua menjawab. Tujuan motor adalah kendaraan yang digunakan pengguna untuk sampai tujuan. Pada titik itu, semua motor sama. Namun tiap motor punya keunikan, kekhasan tersendiri. Pilihlah motor yang kalian anggap paling kuat, paling cepat sampai tujuan. Tetapi jangan habiskan waktumu untuk menyalahkan motor orang lain disaat kalian bahkan belum memulai balapan.

Kalian terlalu cepat untuk mengenal jenis jenis motor. Semestinya, kalian pelajari dulu tentang diri sendiri, kemudian mempelajari garis finish. Lalu mempelajari definisi motor. Syarat minimal motor itu adalah punya ban, mesin, stir, dan rangka. Motor kalian berlima memenuhi syarat itu. Sehingga tidak ada motor sesat, motor kafir. Kecuali jika motor kalian tidak pakai mesin, itu namanya sepeda. Kecuali jika bannya empat trus ganti stir, itu namanya mobil.

Si pemilik motor superbike angkat bicara. Jadi, meski motor saya adalah motornya para juara, bukan jaminan bahwa saya akan memenangkan balapan ini ya pak tua ?. Pak tua mengangguk. Namun di gigi satu, pada motormu setara dengan gigi 4 atau 5 pada motor yang lain anakku jawabnya dengan bijak.

Semua pemuda itu akhirnya paham. Bahwa tiap orang harus memilih motor yang akan dikendarai. Sebab bingung memilih motor tak akan menyebabkan orang akan memulai balapan. Jika tidak mulai balapan, mereka tentu takkan finish. Mereka kembali saling menyayangi dan menghormati pilihan masing masing. Berlaku sportif, saling mendorong dan mendoakan semoga semua temannya bisa finish bersamaan. Untuk itu fokus pada tujuan semula, yaitu mencapai garis finish.

Namun si pemilik scooter matic merasa bahwa ia telah dijamin finish duluan. Ia tetap menyalahkan keempat temannya. Bahkan tak segan menghalalkan darah keempat saudaranya. Baginya, membunuh orang kafir karena tidak naik motor scooter matic itu sah sah saja. Tak peduli bahwa mereka dulunya sahabat. Ia memang bebal, keras hati dan tertutup hatinya serta percaya diri pemilik tropi pemenang juara balap.

1 komentar so far


EmoticonEmoticon