Struktur Kerajaan Wajo dan Wilayahnya

Tags

Kerajaan Wajo adalah salah satu kerajaan di Sulawesi Selatan yang eksis hingga era kemerdekaan. Setelah Konfrensi Meja Bundar yang berakibat pada pembubaran RIS, pemerintahan kerajaan menjadi Swapraja yang dikepalai Kepala Pemerintahan Negeri (KPN). Hingga tahun 1957 berubah menjadi Kabupaten.

Berikut ini struktur pemerintahan kerajaan Wajo di masa lalu
1. (1) satu orang Arung Matoa, sebagai kepala pemerintahan

2. (3) tiga orang Paddanreng, sebagai kepala wilayah. Terdiri dari
2.a. Paddanreng Bettempola kepala limpo Majauleng. Merangkap Arung Bettempola sebagai Inanna To WajoE
2.b. Paddanreng Talotenreng kepala limpo Sabbamparu
2.c. Paddanreng Tuwa kepala limpo Takkalalla

3. (3) tiga puluh orang Pabbate Lompo (pemegang panji perang) mendampingi paddanreng tiap limpo
3.a. Pabbate Lompo Pilla untuk limpo Majauleng
3.b. Pabbate Lompo Patola untuk limpo Sabbamparu
3.c. Pabbate Lompo Cakkuridi untuk limpo Takkalalla

4. (30) tiga puluh orang Arung Mabbicara. Terdiri dari 10 orang tiap limpo dengan perincian
4.a Limpo Majauleng. 4 (empat) orang Arung Mabbicara yang menguasai wilayah anak limpo dan 6 (enam) orang Arung Mabbicara yang tidak menguasai limpo disebut Arung Mabbicara Paddoki Roki
- Arung Mabbicara Bettempola
- Arung Mabbicara Ujungkalakkang
- Arung Mabbicara Loa-loa
- Arung Mabbicara Botto
- Arung Mabbicara Paddoki roki (6) orang

4.b. Limpo Sabbamparu. 4 (empat) orang Arung Mabbicara yang menguasai wilayah anak limpo dan 6 (enam) orang Arung Mabbicara yang tidak menguasai limpo disebut Arung Mabbicara Paddoki Roki
- Arung Mabbicara Talotenreng
- Arung Mabbicara Ta
- Arung Mabbicara Palekoreng
- Arung Mabbicara Ciung
- Arung Mabbicara Paddoki roki (6) orang

4.c. Limpo Takkalalla. 4 (empat) orang Arung Mabbicara yang menguasai wilayah anak limpo dan 6 (enam) orang Arung Mabbicara yang tidak menguasai limpo disebut Arung Mabbicara Paddoki Roki
- Arung Mabbicara Aka
- Arung Mabbicara Kampiri
- Arung Mabbicara Menge
- Arung Mabbicara Lempa
- Arung Mabbicara Paddoki roki (6) orang

5. Suro. Yaitu utusan, (3) tiga orang terdiri dari (1) satu orang tiap limpo.

I. Arung Ennengnge. Adalah pejabat utama Wajo terdiri dari (3) tiga orang Paddanreng dan (3) tiga orang Pabbate Lompo
II. Petta i Wajo. Adalah pejabat utama Wajo terdiri dari Arung Ennengnge ditambah Arung Matoa
III. Arung Mabbicara. Adalah semacam majelis atau dewan yang memutus perkara. Terdiri dari 4 (empat) orang kali (3) tiga limpo Arung Mabbicara yang menguasai wilayah anak limpo. Total (12) dua belas Arung Mabbicara yang menguasai wilayah anak limpo.
Dan (6) enam orang tiap limpo Arung Mabbicara yang tidak menguasai wilayah yang disebut Arung Mabbicara Paddoki Roki (6 orang x 3 limpo = 18 orang). Total Arung Mabbicara = (4 x 3) + (6 x 3) sama dengan (30) orang.
IV. Arung PatappuloE. Adalah pejabat yang disebut dalam lontara "paoppang palengengngi tana Wajo". Terdiri dari Petta i Wajo ditambah (30) tiga puluh Arung Mabbicara dan (3) tiga orang Suro

Pejabat Struktural Non Arung PatappuloE
1. Arung Bettempola. Sebagai Inanna To WajoE. Sejak era La Paturusi To Maddualeng di rangkap oleh orang yang sama dengan Ranreng Bettempola. Memiliki kewenangan mengangkat dan memberhentikan Arung Matoa dengan persetujuan Arung PatappuloE.
2. Manciji. Sebagai keprotokuleran.
3. Punggawa Ina Tau. Sebagai Koordinator Arung Lili. Bertugas mengantar Rakyat dan Arung lili menghadap dewan Arung PatappuloE. Berwenang mendorong Arung Bettempola agar segera mengangkat Arung Matoa. Berwenang memobilisasi Arung Lili bila Wajo dalam keadaan perang.
4. Parewa Sara. (Pejabat Agama) bertugas untuk pembinaan dan pemutusan perkara keagamaan serta ritual. terdiri dari
- Qadhi/Kali
- Imam
- Khatib
- Bilal
- Doja
- Amil
Parewa Sara juga terdapat pada beberapa kerajaan bawahan Wajo.

Pengelompokan Wanua
Wanua adalah kerajaan kecil yang menggabung dengan Wajo. Pengelompokannya berdasar kepengikutannya pada Limpo yang dikepalai Paddanreng. Pada awalnya, pembagian distrik berdasar jumlah Limpo yaitu, Majauleng, Sabbamparu dan Takkalalla. Serta ditambahkan Pitumpanua. Selanjutnya tahun 1957 menjadi 10 Kecamatan dan tahun 2003 dimekarkan menjadi 14 Kecamatan.

1. Limpo Majauleng. Kelak menjadi kecamatan Majauleng. Terdiri dari wanua
- Tempe
- Sengkang
- Tancung
- Lowa
- Anabanua
- Gilireng
- Belawa Orai
- Belawa Alau
- Paria
- Rumpia
- Tosora

Dalam perkembangannya berkembang menjadi beberapa kecamatan
Wanua Tempe dan Sengkang menjadi Kecamatan Tempe
Wanua Tancung dan Lowa menjadi Kecamatan Tanasitolo
Wanua Belawa orai dan Belawa alau menjadi Kecamatan Belawa
Wanua Paria, Rumpia dan Tosora tetap menggunakan nama Majauleng

Kepala distrik adalah Ranreng Bettempola. Di masa itu adalah A.Makkaraka Ranreng Bettempola Datu Botto

2. Limpo Sabbamparu. Kelak menjadi kecamatan Sabbamparu dan Pammana. Terdiri dari wanua
- Wage
- Liu
- Ugi
- Pammana

Dalam perkembangannya
Wanua Wage, Liu, Ugi menjadi kecamatan Sabbamparu
Wanua Pammana menjadi kecamatan Pammana

Kepala Distrik adalah Ranreng Talotenreng. Di masa itu adalah A. Makkulawu Ranreng Talotenreng Datu Pattiro

3. Limpo Takkalalla. Kelak menjadi kecamatan Takkalalla, Bola, Sajoanging dan Penrang. Terdiri dari Wanua.
- Akkotengeng
- Penrang
- Peneki
- Bola

Kepala Distrik adalah Ranreng Tuwa. Di masa itu adalah A. Ninnong Ranreng Tuwa Datu Tempe.

4. Wilayah Federasi Pitumpanua. Merupakan wilayah Luwu yang diberikan ke Wajo. Kemudian dikuasai Bone kemudian dikembalikan ke Wajo tahun 1906. Saat ini menjadi kecamatan Pitumpanua dan Kecamatan Keera.

Kepala Distrik adalah putra Ex Arung Matoa Ishak Manggabarani. Yaitu A. Kongkong Dulung Pitumpanua.

Pengelompokan seperti ini terjadi kira kira di masa Arung Matoa A. Mangkona Datu Mario yang menjabat (1933-1949). Namun ada pengelompokan yang sedikit berbeda yang terjadi di masa Arung Matoa sebelumnya yaitu A. Oddangpero Arung Peneki Arung Sengkang Arung Lowa Arung Larompong (1926-1933).

Bettempola
- Sengkang
- Tempe (maniang, manorang)
- Palippu + (Tancung, Bontouse, Labuangpatu)
- Lowa
- Anabanua
- Belawa (orai = waji, wattang, lautang) (alau = macero, menge, timoreng)
- Kalola
- Paselloreng
- Gilireng (Bangko + Arajang)
- Paria (uraiang, lompo, tengnga, laerung, liu, waji, bontodongnga, lagakka)
- Macanang
- Sakkoli
- Walanga
- Rumpia (Uri, Tennga, Lautang, Pao, Sanrangeng, Sarammae)

Talotenreng
- Liu
- Ugi
- Sompe
- Canru
- Wage (orai salo, alau salo, caleko)
- Pammana (Pattemma rilaleng, Wolongeng ri laleng, lagosi)
- Data (mario, taoni, arajang)

Tuwa
- Impa impa
- Empaga
- Penrang
- Doping
- Bola (Lempong, parigi, kading)

Wilayah yang langsung ke pemerintah Wajo (tidak melewati Paddanreng)
- Keera (+ Lalliseng)
- Akkotengeng (totakki, alewadeng, dengengnge, kalosi)
- Peneki (Watampeneki, Bocco, Lagoari, Labuleng, Lamarua, Campi, Labata, Lasetang)

Meski secara umum pembagian wilayah administrasi ini sama, namun ada beberapa perbedaan dan perubahannya kemudian.
Sebagai contoh, Peneki. Sebelumnya diperintah langsung oleh Wajo kemudian dimasukkan dalam distrik Takkalalla yang dikepalai Ranreng Tuwa
Akkotengeng, seperti halnya Peneki.
Data yang pernah masuk wilayah Bettempola kemudian masuk Talotenreng kemudian kembali ke Bettempola dan menjadi bagian kecamatan Tanasitolo
Canru yang disebut sebelumnya kemudian hilang
Penrang yang awalnya menjadi ibu dari Wajo di masa Batara Wajo I La Tenribali kemudian dimasukkan dalam wilayah Takkalalla
Impa impa dan empagae masuk wilayah Tuwa kemudian menjadi bagian kecamatan Tanasitolo yang awalnya merupakan wilayah Bettempola
Keera yang mewakili Pitumpanua

Disini letak kerumitan dari wilayah adat (adat gemenschap) berubah menjadi Kecamatan, dan Desa. Sebenarnya, kontrak panjang (Large Veklaring) yang ditandatangani Arung Matoa La Koro Arung Padali sekitar tahun 1888 bisa dijadikan perbandingan.

Sebagai titik penting perubahan pemerintahan itu sebagai berikut
1888 - Kontrak Panjang antara Pemerintah Wajo dan Kolonial Belanda
1900 - Terpilihnya Ishak Manggabarani sebagai Arung Matoa
1905 - Rumpa'na Bone. Wajo membayar denda perang atas dukungannya pada Bone
1906 - Pengembalian wilayah Pitumpanua (sekarang kecamatan Pitumpanua dan Keera) kepada Wajo
1916 - Pengunduran diri Ishak Manggabarani selaku Arung Matoa
1926 - Terpilihnya A. Oddangpero selaku Arung Matoa
Pembagian wilayah administrasi menjadi 4 distrik dan perubahan tupoksi pejabat adat Wajo
1933 - Wafatnya A. Oddangpero dan terpilihnya A.Mangkona selaku Arung Matoa
Pembagian ulang wilayah administrasi dan tetap 4 distrik
1942 - Datangnya pemerintah Jepang. Tidak melakukan perubahan mendasar hanya mengganti istilah yang digunakan dalam struktur pemerintahan
1945 - Kalahnya Jepang dan kemerdekaan
1946 - Kedatangan tentara NICA, diberlakukan RIS, Kerajaan Wajo menjadi Swapraja.
1949 - Konfrensi Meja Bundar. Bubarnya RIS. Mundurnya A.Mangkona selaku Arung Matoa
1950 - 1957 Swapraja Wajo dipimpin oleh Kepala Pemerintahan Negeri berturut turut
- A. Pallawarukka Pilla Wajo Datu Pammana
- A. Magga Amirullah Sullewatang Ugi
- A. Pallawarukka Pilla Wajo Datu Pammana
1957 - Swapraja Wajo menjadi Kabupaten Wajo dengan A. Tanjong selaku Bupati pertama. 4 distrik wajo dimekarkan menjadi 10 kecamatan
2003 - Kecamatan Takkallalla dimekarkan menjadi Takkalalla dan Bola. Kecamatan Maniangpajo dimekarkan menjadi maniangpajo dan Gilireng. Kecamatan Sajoanging dimekarkan menjadi Sajoanging dan Penrang. Kecamatan Pitumpanua dimekarkan menjadi Pitumpanua dan Keera. Sehingga terdapat 14 Kecamatan di Kabupaten Wajo


EmoticonEmoticon