Showing posts with label Renungan. Show all posts
Showing posts with label Renungan. Show all posts

Mancing adalah Meditasi



Ketika tetanggaku ditanya mengapa ia rela menunggu berlama-lama untuk mendapatkan seekor ikan pada saat memancing, padahal banyak ikan dijual dipasar, tetanggaku berkata : “Banyak ikan dijual dipasar,tapi tak satupun pasar yang menjual tarikannya ikan”.

Tarikan ikan sewaktu strike, adalah suatu sensasi tersendiri. Sensasi yang membuat kita ingin selalu mengulangnya. Dan sensasi mancing inilah yang menjadi seni, karena didalamnya ada proses, teknik dan hasil.

Seperti halnya sepakbola, orang yang tidak mengerti proses dan seni sepak bola akan berkata “ Mengapa 22 orang berlarian mengejar bola untuk ditendang?”. Seperti halnya banjir, orang yang tidak mengerti proses dan seni banjir akan berkata “Wah banjir lagi, berarti harus sumbang mie instant lagi”. Padahal bagi orang yang mengerti seni dan proses sepak bola, pertarungan untuk memperebutkan bola, umpan satu dua, umpan panjang, tekling dan sebagainya adalah sensasi. Seperti halnya bagi orang yang mengerti seni dan proses banjir akan berkata “Banjir, waktunya dapat duid, ikan dan rekreasi”. Sebab sensasi banjir terletak pada wahana rekreasi gratisnya ditambah melimpahnya ikan.

Kembali ke memancing, memancing terjadi karena adanya kerja sama antara pemancing dan terpancing. Walaupun banyak ikan yang mau dipancing tapi tak ada pemancing, maka pemancingan pun tak terjadi. Begitupun sebaliknya, walaupun pemancing melengkapi dirinya dengan alat pancing termodern tapi ikannya tidak mau dipancing, maka dapat dipastikan bahwa pemancingannya akan menghasilkan kekecewaan sebab ketiadaan sensasi tarikan ikan.

Untuk menghasilkan pemancingan yang sukses maka mestilah menyesuaikan antara pihak pemancing disatu sisi dan terpancing disisi lain. Ikan sebagai person terpancing, hendaklah diketahui rutinitas hidupnya, selera makannya serta taman bermainnya. Misalnya waktu sarapan, lunch dan dinnernya ikan hendaklah diketahui. Begitupun menu favoritnya. Juga tempat favoritnya. Dengan menyelaraskan waktu memancing dengan waktu makan ikan, umpan dengan menu favorit ikan, lokasi (spot) mancing dengan tempat favorit ikan, maka pihak pemancing telah menyiapkan dirinya untuk mendapatkan sensasi pancingan.

Ketika kita duduk memegang jor/stik pancing, terkadang tak lama setelah umpan dilepas langsung disambar ikan. Terkadang juga membutuhkan waktu lama untuk bisa disambar ikan. Ketika para pemancing disamping kita telah mengangkat beberapa ekor hasil pancingannya namun kita belum mengangkat seekorpun, maka sebenarnya kita melatih sisi kesabaran dan mencegah iri hati. Bukankah banyak persoalan didunia ini disebabkan oleh kekurang sabaran dan iri hati ?

Memancing, akan menyadarkan kita bahwa kita adalah puncak pada rantai ekosistem. Betapa Tuhan telah menciptakan kita sebagai predator alami. Seekor udang atau cacing kita pasang di mata kail yang dimangsa ikan. Setelah itu kita pun yang memangsa sang pemangsa. Kitalah pemangsa tertinggi. Dan memancing, merupakan wahana meditasi untuk mendapatkan kesadaran itu. Sebab pengetahuan bahwa manusia sebagai puncak rantai ekosistem umumnya hanya menyentuh sisi kognitif kita, jarang menyentuh sisi afektif.

Memancing, sangat tepat bagi mereka yang berpenyakit tekanan darah tinggi. Agar relaksasi memancing berefek terhadap normalnya tekanan darah yang bersangkutan. Memancing juga tepat bagi mereka yang merasa sering bertindak gegabah, sebab mancing dapat melatih kesabaran. Memancing juga tepat bagi orang yang sering iri hati, agar tidak cemburu atas prestasi pemancing lain yang lebih hebat. Memancing juga tepat bagi orang yang bermental mie instant, karena memancing melatih kita lebih memahami proses.

Namun memancing tidak tepat bagi pria metropolis atau perempuan modis, sebab akan membuat kulit mereka lebih hitam. Sebuah stigma negatif tentang warna kulit yang sangat berbau rasis.

20 Juli 2010

Silakan baca juga :

7 Falsafah Mancing
Teknik Membeli Peralatan Pancing
Pada Lao Teppada Upe (PLTU) dan Rumus Rezki
Teknik Memaksimalkan Mancing di Laut

Dari Zodiak, Gurita Hingga Satelit


Begitu banyak pendukung Spanyol (maaf) yang bergembira atas ramalan si Paul.....Begitu banyak pendukung Belanda, Argentina, Jerman yang kecewa atas ramalan si Paul....ya Paul si Gurita itu....

Paul sang Gurita begitu populer karena kemampuannya memprediksi yang hampir semua benar...
Lembaga Survey begitu populer karena kemampuannya memprediksi dengan tingkat validitas sangat tinggi

Tentu, Gurita tidak punya ilmu statistik yang mampu mengolah angka dan memprediksi...gurita tetaplah gurita...seekor binatang yang hidup dengan instinknya....lantas bagaimana dengan prediksi?

Seringkali batas antara "asal tebak" dengan "ramalan" dibuat sangat tipis hingga kabur sekabur-kaburnya. Pada ramalan bintang misalnya, memang benar bahwa disatu sisi, manusia sebagai bagian dari alam terpengaruh dan mempengaruhi kondisi alam....itu memang benar....
akan tetapi jika mengatakan bahwa keuangan orang yang berbintang aries misalnya sedang sejahtera,tentu mustahil diseluruh dunia semua berbintang aries seperti itu...

Pembodohan itu ditutupi dengan istilah "boleh percaya boleh tidak"....sebuah istilah yang seolah-olah demokratis tapi mengandung pembolehan terhadap kepercayaan terhadap pembodohan...ya ramalan bintang dimajalah itu pembodohan

Dengan kemajuan teknologi,manusia telah bisa membuat roket dan satelit. dengan satelit, manusia bisa melihat bumi dengan jelas,termasuk pergerakan awannya. sehingga ramalan cuaca menjadi hal yang rasional. kecuali jika ada variabel X yang membuatnya berubah.

Dengan ilmu statistik, Lembaga Survey telah mampu memprediksi siapa pemenang dalam Pemilu. sebuah loncatan besar dalam ilmu hitung-menghitung yang tak pasti....

Dengan kebersihan hati, seseorang dapat saja diberikan "petunjuk" oleh yang Maha Memberi Petunjuk....sehingga mampu meramalkan dengan tepat peristiwa masa depan....tapi Ramalan tentu beda dengan tebak-tebakan Zodiak yang asal-asalan....

Manusia selalu punya rasa ingin tahu yang tinggi....termasuk siapa pemenang sebelum pertandingan dimulai. Tapi manusia hidup dalam keterasingannya pada akalnya sendiri....terasing pada nuraninya....sehingga lebih mempercayai seekor Gurita daripada akal dan nuraninya sendiri....parahnya, ini terjadi pada komunitas masyarakat rasional,yang selalu mencela tradisionalisme yang dianggap irasional

Nampaknya, antara RASA INGIN TAHU dan SUMBER PENGETAHUAN diantarai oleh saluran sempit yang tersumbat

Sadarkah kita bahwa ada proses pembodohan pada manusia yang berjalan begitu santun ? Zaman kita adalah zaman keemasan teknologi dicemari oleh seekor Gurita yang menunggangi hobi kita nonton bola...

Teman saya punya pertanyaan aneh : "Siapa yang diuntungkan dengan ramalan gurita?"

13 Juli 2010

PESAN LA WANIAGA ARUNG BILA (SOPPENG)

Bagi mereka yang masih lajang dan masih memilih calon pasangan hidup, tak ada salahnya untuk membaca pesan dari La Waniaga Arung Bila. Beliau adalah salah satu intelektual Bugis dimasa lalu, tepatnya dari Soppeng. Pesan beliau juga tepat bagi siapapun yang belajar mengintrospeksi diri untuk pengembangan kepribadianBerikut ini petikan dari lontara soppeng yang ditransliterasi dan diterjemahkan.

Contoh naskah lontara 
Makkedatopi Arung Bila, eppa tanranna to madeceng kalawing atie. Seuwani, pessu ada napatuju ; maduwanna, matu I ada na sitinaja ; matellunna, duppai ada napasau ; maeppana, molai ada napadapi

Terjemahan
Berkata pula Arung Bila, ada empat tandanya orang yang baik bawaan hatinya :
1) Mengucapkan kata yang benar.
2) Menyebut kata yang sewajarnya.
3) Menjawab dengan kata berwibawa.
4) Melaksanakan pembicaraan mencapai sasarannya

Makkedatopi Arung Bila, eppa tau temmaka riyewa siyabbineng. Seuwani, to liluwe sakka mana; maduwanna, malae olo natanniya olona ; matellunna, mabbeyangnge ana ; maeppana, to maja appongengge na maja pangkaukeng

Terjemahan
Berkata pula Arung Bila, ada empat macam orang yang tidak baik dijadikan teman menanam benih (berumah-tangga) :
1) Yang serakah mencari warisan
2) Selalu mengedepankan diri padahal bukan tempatnya
3) Mengingkari anak
4) Berasal dari orang yang buruk asal usulnya dan buruk perilakunya

Semoga bermanfaat

Disarikan dari buku Pappasenna Arung Bila
Dihimpun oleh H.A.Ahmad Saransi, M.Si dan Dra. A.Bunga Untung

14 Juli 2010