KIAT-KIAT MENJADI PEMATERI

Tags

KIAT-KIAT MENJADI PEMATERI

Pemateri, adalah figur yang selalu dibutuhkan dalam forum-forum ilmiah. Baik itu berupa pengkaderan, seminar, dan sebagainya. Pemateri memaparkan dan menjelaskan materi bersangkutan sebelum dilakukan dialog antara pemateri dan peserta. Pada proses tersebut, pemateri dapat belajar dari pertanyaan peserta, sementara peserta juga dapat informasi baru atau perimbangan terhadap informasi sebelumnya.
Sebuah organisasi kepemudaan atau organisasi kemahasiswaan, baik itu organisasi ekstra maupun intra kampus, selayaknya memiliki beberapa pemateri yang kapabel. Sehingga dalam prosesnya, lembaga tersebut bisa mengurangi ketergantungan pada pemateri luar.
Semakin banyak pemateri yang kapabel, itu semakin baik. Sebab akan terjadi kompetisi antar pemateri. Selain itu, ada jaminan ketersediaan pemateri jika kegiatan pengkaderan atau forum ilmiah lain diadakan.
Berikut ini beberapa kiat-kiat untuk menjadi pemateri

1. Niat Tulus
Untuk menjadi pemateri, tentu dimulai dari niat. Semakin tulus niat seseorang, semakin berberkah jalan yang akan dilalui. Sebab ketulusan adalah kunci keberkahan. Niat ini harus selalu diperbaharui. Bukan hanya ketika pertama akan membawakan materi, tetapi juga bagi pemateri yang sudah tingkatan advanced pun harus senantiasa mengontrol niatnya.
Ketika setitik hasrat untuk dikatakan cerdas menjadi motivasi, ataupun ada setitik kesombongan merasa cerdas saat membawakan materi, maka akan menjadi hijab dan membuat hilangnya pengetahuan baik secara permanen atau sementara. Hal itu sering kita sebut sebagai “LUPA”.
Dapat dibayangkan ketika membawakan materi, poin-poin penting yang akan disampaikan justru dilupakan. Maka tujuan dalam membawakan materi tidak akan tercapai. Ketika seseorang berbicara kemudian semua peserta terdiam, dapat saja mengakibatkan timbulnya kesombongan atau amarah (karena tidak dipedulikan peserta). Seorang pemateri tentu harus mampu mengendalikan dirinya pada kondisi seperti ini. Ketulusan terkadang tercemari oleh fulus. Untuk mentaktisinya, seorang pemateri harus ikhlas membawakan materi, soal diberi amplop oleh panitia atau tidak itu urusan lain. Jika tidak diberi amplop, itu berarti kita telah diberi kesempatan belajar dan beramal. Jika diberi amplop, maka kita dapat rezki halal dari belajar. Usahakan memakan hasil keringat kita yang halal, semoga berkah.
Poinnya, ketulusan harus dijaga sebelum, sedang dan setelah membawakan materi. Berlaku dari tingkat beginner hingga expert.


2. Melatih Kejujuran
Jujur berarti menyesuaikan realitas ide dengan realitas diluar ini. Misalnya jika sepatu kita katakan bola berarti kita telah berdusta atau tidak jujur. Akan ada imbal balik. Yaitu terhijabinya kita pada realitas. Sehingga bahkan sesuatu yang jelaspun akan sulit terpahami. Namun sebaliknya, dengan ketulusan serta kejujuran, seseorang yang kurang pengetahuan pun disaat membawakan materi terkadang mampu menjawab pertanyaan berat yang dia tidak pernah sangka sebelumnya.
Semakin jujur seseorang, maka semakin besar kemungkinan ia dia tercerahkan dengan pengetahuan hudhuri.
Poinnya adalah, kejujuran membuka pintu hakikat realitas sehingga membantu pemateri dalam memahami dan menjelaskan sesuatu.

3. Belajar Logika dan berhenti berkhayal
Logika sebagai ilmu berpikir akan sangat bermanfaat dalam memahami kebenaran. Logika memuat prinsip berpikir benar. Pemateri dapat menyusun alur berpikirnya, menguji keabsahan pendapatnya dan orang lain melalui logika. Logika dapat membantu dalam memahami substansi sesuatu. Sehingga dalam suatu diskusi atau wacana, seseorang langsung dalam mengerti, menilai dan menginterpretasi suatu preposisi dengan mudah.
Apapun jenis materi yang akan dibawakan, logika adalah suatu alat yang sangat bermanfaat, baik pemateri maupun peserta. Menanggalkan hukum logika dapat membuat susunan preposisi dan argumentasi dibantah dengan mudah.
Satu hal yang penting, jika seseorang menguasai suatu materi kemudian disaat ia bawakan, ia melupakan salah satu poin, maka barangkali penyebabnya adalah ia sering berkhayal. Berkhayal yang dimaksud disini adalah berkhayal yang bukan-bukan.
Menghadirkan sesuatu yang tidak benar dalam alam ide kita dapat menghilangkan sesuatu yang benar, terjadilah lupa. Masih ada penyebab lain dari lupa, seperti terlalu fokus pada pikiran lain, atau terlalu banyak hijab ruhani. Solusinya adalah, kalau terlalu fokus pada pikiran lain, maka sempatkan waktu untuk mengingat kembali materi yang akan dibawakan. Kalau terlalu banyak hijab, berarti harus banyak beristigfar dan berkonsentrasi saat berzikir.
Poinnya adalah, belajar logika, banyak istigfar dan konsentrasi saat berzikir.

4. Banyak membaca
Membaca berarti memperluas wawasan, memperdalam pengetahuan dan mempertajam analisis. Selain itu, kita bisa menambah referensi. Hal yang penting adalah, kita bisa mendapatkan pisau analisis dalam membedah sesuatu. Dengan banyak membaca, kita bisa mengkomparasi beberapa pendapat sebelum menggagas pendapat kita sendiri.
Jika pemateri kurang membaca, hampir dapat dipastikan, materi yang dibawakan akan mengarah pada narsisme. Cerita (sisi baik saja) pengalaman hidup. Kurang ilmiah. Terkesan ego yang kuat. Analisis selemah argumentasi dan proposisinya. Jadinya, materi yang dibawakannya jadi ajang curhat, bukan forum ilmiah. 
5. Menentukan Materi, Poin Utama dan Membuat Diagram Alur 
Materi yang dibawakan tentu materi yang dipahami isi maupun alurnya. Tentu, seorang calon pemateri harus mendengarkan dulu materi dari pemateri sebelumnya. Ini berlaku jika ada materi yang selalu berulang dan perlu ada regenerasi pemateri.
Namun jika ada materi yang sama sekali tidak pernah dibawakan seorang pemateri, hendaknya ia meminta tujuan instruksional yang disodorkan panitia. Waktu dapat digunakan untuk mencari referensi kemudian menyusun alur materi yang akan ia sampaikan.
Kasus pertama diatas adalah pemateri tingkatan beginner (pemula). Seorang calon pemateri harus pernah mendengarkan materi tersebut, berdiskusi, menyusun alur, dan mempersiapkan referensi sebelum membawakan materinya.
Sedangkan kasus kedua diatas adalah pemateri tingkatan Intermediate (menengah) dan expert (mahir). Seorang pemateri yang sudah sering membawakan materi lain, hendaknya menyusun diagram alur materi yang sama sekali belum pernah ia bawakan. Hal ini memudahkan sistematika pembawaan materi nantinya.
Poinnya adalah, tentukan materi yang dikuasai untuk dibawakan. Jika belum dikuasai, gunakan waktu yang terbatas untuk menyusun alur materinya.

6. Berdoa
Sangat baik memulai materi dengan “menembak” para peserta dengan doa. Agar kiranya para peserta dapat memahami tujuan instruksional materi serta tidak bias dalam memahaminya. Selain itu, berdoa juga bermanfaat untuk mengingatkan kembali pemateri bahwa setinggi apapun tingkatannya sebagai pemateri, ilmu pengetahuan adalah milik Tuhan yang Dia berikan kepada orang-orang yang tulus dan jujur.
Berdoa juga berarti mengkondisikan jiwa, menenangkan hati serta membangun komunikasi metafisik dengan peserta. Sehingga, sikap grogi yang kadang melanda pemateri bisa dihindarkan.
Poinnya, segala sesuatu yang baik hendaknya dimulai dengan doa dan diakhiri dengan doa, termasuk membawakan materi.

7. Melatih kemampuan berbicara
Kemampuan berbicara disini berarti kemampuan menyusun preposisi dan argumentasi. Kemampuan ini diperoleh melalui latihan secara konsisten. Latihannya bisa dilakukan dikelas, saat sesi tanya jawab dengan guru/dosen. Bisa pula saat rapat-rapat di organisasi. Juga bisa dengan mencari teman diskusi yang relevan untuk dijadikan “sparring partner” dalam melatih kemampuan berbicara.
Perhatikan nada suara kita. Sebab terkadang saat terbawa emosi, nada suara akan meninggi. Sangat penting menggunakan bahasa standar. Gunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Gunakan istilah yang mudah dipahami. Membawakan materi bukanlah untuk menciptakan kekaguman orang akan kemampuan kita merangkai kata dan menggunakan kata ilmiah yang asing. Namun membawakan materi berarti berusaha mentransformasi pengetahuan kita semaksimal mungkin dan mencegah bias pemahaman.


8. Melatih retorika
Apabila materi telah dikuasai, kemampuan berbicara juga sudah mantap, maka yang perlu dilatih adalah retorika.
Menjadi pemateri berarti menjadi pusat perhatian. Hal-hal keliru dapat saja mengganggu konsentrasi peserta.
Cermin, bisa menjadi alat bantu dalam melatih retorika. Perhatikan gerak tangan, mimik serta gerak tubuh anda saat membawakan materi. Tentu selain, gaya bahasa yang digunakan.
Bergeraklah seperlunya. Diam seperti patung pasti membosankan, namun hiperaktif seperti cacing kepanasan justru menjadi lelucon bagi peserta.
Poinnya, perhatikan gaya anda di cermin. Kritik diri anda dan minta bantuan orang untuk menilai anda.


9. Penguasaan Forum
Kuasai diri sebelum menguasai forum. Tentu antara moderator/instruktur dengan pemateri sudah harus saling memahami. Mulai dari alokasi waktu hingga teknis sesi tanya jawab.
Karakter tiap materi berbeda-beda. Ada materi yang membutuhkan analisa tajam tanpa melibatkan rasa. Ada juga materi yang cenderung provokatif ketimbang argumentatif. Begitupun peserta. Ada peserta yang mengantuk, bersemangat, bercabang pikirannya, dan sebagainya.
Disini dituntut skill pemateri. Jika forum cenderung jenuh membosankan, pemateri dapat saja berkreasi (tentu dengan seizin moderator/instruktur) untuk merefresh kondisi forum. Apabila kondisi forum semakin memanas, pemateri haruslah mampu mendinginkan suasana.
Poin utamanya, pemateri harus memainkan situasi forum sesuai karakter materi dan psikologi peserta untuk memaksimalkan daya tangkap peserta terhadap materi yang dibawakan.
10. Memperluas ruang untuk membawakan materi
Perbanyak teman, pengurus lembaga dan mencitrakan diri (baik melalui alamiah atau terkondisikan, yang penting menjaga ketulusan niat) akan memperluas kesempatan membawakan materi.
Sesekali kita perlu bertebal muka untuk melamar jadi pemateri. Tentu setelah kita membuktikan kemampuan kita sendiri. Namun yang lebih baik lagi jika suatu tema atau judul materi disebutkan, pikiran orang akan mengarah kepada kita sebagai pemateri yang kapabel. Tentu citra itu (bukan citra untuk kepentingan politis) dibangun melewati proses dan hendaknya dijaga dengan cara terus meningkatkan model penyampaian materi, memperdalam isi materi dan menyajikan materi sesederhana namun sebaik mungkin.
Poinnya, artis selalu butuh panggung untuk tampil. Memperbanyak koneksi ke EO akan menyebabkan jadwal konser bertambah.

11. Pengalaman adalah guru terbaik
Semakin sering membawakan materi maka semakin dikuasai materi tersebut. Meski terkadang penyajian materi sebelumnya dengan judul sama, lebih maksimal daripada setelahnya. Hal ini bisa jadi disebabkan kondisi forum yang tidak bersemangat atau spiritualitas pemateri lagi turun.
Namun kita bisa belajar dari itu semua. Kita semakin tahu kelemahan sendiri, berarti peluang untuk memperbaiki juga semakin besar. Kita semakin kenal beragam karakter peserta, beragam karakter materi, kenal banyak pemateri dan sebagainya.
Poinnya, semakin lama pisau diasah, semakin tajam hasilnya.


12. Tantangan berat Pemateri
Seorang pemateri, apalagi berbicara tentang hal ideal misalnya agama dan nilai, tentu punya beban tersendiri. Betapa tidak, kita dapat bayangkan jika seorang pemateri meminta peserta melakukan A namun ia sendiri melakukan yang berlawanan dengan itu.
Menjadi pemateri berarti menjadi sikap dan prilaku. Namun tantangan ini jangan dijadikan beban. Namun dijadikan konsekwensi atas pengetahuan sekaligus berkah atas pengetahuan itu sendiri.
Poinnya, pemateri harus menyesuaikan prilaku dan perbuatannya seperti yang ia sendiri katakan.
Demikian beberapa kiat menjadi pemateri. Menjadi pemateri tidaklah rugi. Sebab ia bisa berkomunikasi dengan banyak orang, belajar dengan banyak orang, terkadang dapat rezki halal, dan paling tidak, sertifikat atau piagam pemateri bisa dijadikan sarana dalam sertifikasi.
Selamat mencoba


Andi Rahmat Munawar
Sengkang, 29 November 2012

4 komentar

ijin share ke FB dan Twitter kak, smoga dapat bermanfaat bg para newbie

yakin usaha sampai

silakan dinda...semoga bermanfaat

Yah, menunggu postingannya selalu Pak.

Topada Salamaki.


EmoticonEmoticon