KIAT-KIAT BELAJAR MENULIS

Tags

KIAT-KIAT BELAJAR MENULIS


Pada dasarnya, menulis adalah mengikat makna dalam rangkaian huruf, kata, kalimat, paragraf hingga wacana. Sehingga makna yang disampaikan penulis menjadi lebih awet daripada sekedar bertutur saja.
Banyak orang kesulitan ketika ingin memulai tulisannya. Kami mencoba mengabstraksi dari beberapa bacaan, diskusi dan pengalaman pribadi tentang menulis. Tentu kami berharap ada manfaat yang bisa dibagi dari tulisan sederhana ini. Berikut ini adalah kiat-kiat menulis sederhana.

1. Ide pokok.
Tentu sebuah tulisan harus memiliki ide pokok. Ide pokok inilah yang nanti dikembangkan melalui pengantar, pembahasan dan kesimpulan. Terkadang disaat kita bersantai, minum kopi, atau sedang merenung tiba-tiba ide pokok itu lahir. Jangan biarkan berlalu begitu saja. Itulah awal yang tepat untuk menulis. Mulailah kembangkan ide-ide yang berhubungan dengan ide pokok.

2. Gambaran umum yang akan ditulis
Ide pokok dikembangkan melalui perenungan penulis berisi keterkaitan antar ide-ide yang menopang ide pokok tersebut. Keterkaitan itu akan tersusun menjadi kalimat dan paragraf. Namun penulis tidak perlu menyelesaikan itu dulu, cukup gambaran umumnya saja. Usahakan bawa diri kita masuk dalam tulisan tersebut. Maksudnya, ketika menulis, kita seolah sedang berbicara dan jiwa kita meresapi makna-maknanya.


3. Pengeditan
Satu hal yang sangat penting dalam menulis adalah, biarkan ide-ide itu mengalir secara alami. Menulis sambil mengedit akan menutup munculnya ide-ide penopang. Dalam menulis, tulis apa saja yang kita anggap terkait. Soal belakang, apakah sudah sistematis atau tidak. Yang jelas, biarkan mengalir. Setelah kita selesai menulis, tutup tulisan kita dan biarkan mengendap. Lepaskan diri kita, baik pikiran atau perasaan kita dari tulisan tersebut untuk beberapa saat. Ketika sudah merasa nyaman, kita buka lagi tulisan tersebut dan mulai pengeditan. Dalam proses pengeditan, baca ulang tulisan kita. Biasanya, setelah tulisan itu diselesaikan dan ditutup, akan muncul ide-ide lain sebagai pelengkap. Sehingga kita bisa menambah atau mengurangi tulisan tersebut. Kita juga perlu memeriksa apakah sudah sistematis? Tempatkan kata, kalimat sesuai alurnya. Kritik tulisan kita sebelum orang lain mengkritiknya. Kritik alurnya sebelum orang lain mengkritik alurnya.
4. Apresiasi
Bila kita tidak menghargai tulisan kita sendiri, maka kecil kemungkinan orang lain menghargai tulisan kita. Hargailah tulisan kita sesederhana apapun itu. Toh sudah melewati proses pengeditan kita sendiri. Bagi yang terbiasa membaca buku-buku berat, terkadang sulit untuk menulis. Sebab terkadang membandingkan tulisannya dengan tulisan tokoh-tokoh besar. Tentu ini kesalahan berpikir. Karena tidak adil membandingkan tulisan seorang beginner dan pakar. Toh para pakar, tidak terlahir langsung jadi pakar. Mereka juga melewati proses. Tapi yang pasti memulai menulis telah meniti satu langkah untuk menjadi seorang pakar. Meski tidak semua penulis nantinya jadi pakar. Namun poin pentingnya adalah hargai tulisan kita sendiri, sesederhana apapun itu.
5. Genre
Ada yang menulis lebih dominan mengungkap perasaan, melankolis, meledak-ledak, dan sebagainya. Gaya menulis seperti ini lebih tepat untuk jenis puisi, prosa bebas, agitasi dan sebagainya. Ada juga yang lebih dominan mengungkap isi pikirannya. Menekankan argumentasi, keilmiahan gagasan dan sebagainya. Gaya menulis ini lebih tepat untuk jenis argumentatif, artikel, jurnal dan sebagainya. Ada juga yang lebih dominan bercerita, mencerminkan imajinasinya yang kuat. Gaya menulis ini deskriptif, cocok untuk novel, cerpen dan sebagainya. Lantas pertanyaannya, kita menulis apa ? Jawabnya terserah. Sepanjang kita punya Ide pokok yang kita kembangkan sesuka kita. Lama-kelamaan akan kelihatan genre tulisan kita. Hargai tulisan kita termasuk genre kesukaan kita.


6. Pemilihan kata, idiom dan kalimat
Genre tulisan kita sangat tergantung pada alur tulisan (keterkaitan ide antar kalimat dan paragraf), gaya bahasa serta dominasi unsur perasaan atau pemikiran. Gunakan kata, idiom dan kalimat yang sesuai dengan genre tulisan kita. Bagi penulis satire, penggunaan kata-kata yang bermakna ganda sangat penting. Sebab dalam menyindir, selalu digunakan kata yang bermakna ganda. Sebaliknya bagi penulis yang cenderung ilmiah, lebih menggunakan kata yang bermakna tunggal untuk mencegah misinterpretasi terhadap gagasan tersebut.


7. Menulis dan terus menulis
Jika sudah mulai menulis, jangan berhenti menulis. Menulislah setiap ada kesempatan. Tergantung pada laptop dan komputer berarti mematikan kreatifitas kita. Kita berada dizaman teknologi. Tidak perlu lagi mesin ketik untuk menulis. Fasilitas Cut dan Paste memudahkan kita dalam mengedit. Bagaimana kalau laptop atau komputer tidak ada ? Bawalah kertas dan pulpen untuk mencatat Ide pokok ketika ia muncul. Sebab tidak selalu ide pokok dalam menulis selalu muncul. Semangat menulis harus selalu dijaga. Sebab sekali kendor, butuh waktu dan usaha untuk mengembalikan semangat itu. Jika merasa berat menulis artikel, cukup catatan-catatan tentang peristiwa hari itu. Jika masih malas, minimal melalui media jejaring sosial kita melatih keterampilan berargumentasi pada diskusi di status atau grup.
Jangan tunggu lebih lama lagi, mulailah menulis apa saja yang terlintas dibenak kita. Menulis dan terus menulis. Temukan genre yang kita sukai dan hargai tulisan kita sesederhana apapun itu. Mari mengikat makna melalui tulisan, dan bangun tradisi menulis.

Andi Rahmat Munawar Sengkang, 27 november 2012



EmoticonEmoticon