Perjuangan Rakyat Mandar Melawan Pasifikasi Belanda

Tanah Mandar dizaman dulu, merupakan konfederasi yang terdiri dari 14 kerajaan. 7 kerajaan dipesisir disebut Pitu Babanna Binanga dan 7 kerajaan dipegunungan yang disebut Pitu Ulunna Salu. Balanipa merupakan kepala persekutuan Pitu Babanna Binanga. Oleh karena itu, Belanda merasa penting untuk memaksakan kehendaknya pada Maraddia Balanipa.


Usaha itu dimulai di tahun 1890, namun ditampik oleh Baso Baroa Tokape Daenna I Tammanganro Maraddia Balanipa. Sehingga berujung pada persengketaan dan akhirnya Maraddia Balanipa dibuang ke Jawa.

Dua bersaudara, Calo Ammana I Wewang Raja Alu sekaligus panglima perang Balanipa dan Kaco Puang Ammana Pattolawali memimpin perlawanan rakyat Mandar ditahun 1905. Tanggal 7 Juni 1905, kedudukan Belanda di Majenne diserang Calo Ammana I Wewang. Serangan yang berhasil menewaskan banyak orang Belanda dan merampas senjata. Kontrolir Belanda segera melarikan diri ke Pare-Pare, sementara klerk Belanda tertangkap dan dibunuh.


Tidak terima atas serangan tersebut, Belanda menyusun rencana serangan balasan pada posisi Calo Ammana I Wewang di Alu. Namun rencana tersebut terbaca, pecah pertempuran tanggal 13 Juni 1905 dan pasukan Belanda dipukul mundur. Untuk kedua kalinya, Belanda dikalahkan.

Untuk ketiga kalinya, Asisten Residen Vermeulen meminta tambahan pasukan Belanda dari Makassar untuk kembali menyerang Calo Ammana I Wewang. Namun tetap saja pasukan Belanda selalu dikalahkan hingga pertengahan tahun berikutnya, 1906.

Selanjutnya, serangan besar-besaran dilancarkan pasukan Belanda terhadap benteng Adolang, Tundung dan Kayu Mangibang. Kali ini, tepat 6 Juli 1906 Kaco Puang Ammana Patolawali gugur sebagai kusuma bangsa.

Pukulan berat pasukan Belanda terhadap Calo Ammana I Wewang menyebabkan pasukannya berkurang dan direbutnya posisi strategis. Terpaksa berperang gerilya untuk melawan pasukan Belanda, hingga akhirnya ditahun 1907, beberapa pengikutnya menyerahkan Calo Ammana I Wewang kepada Belanda di Tinambung. Beliau kemudian dibuang ke Belitung dan baru kembali ke Mandar di tahun 1943.


Demmatande kepala kampung Paladan memimpin perlawanan rakyat Mandar di Pitu Ulunna Salu. Perlawanan ini dipicu atas pajak dan kerja rodi yang merupakan tindakan sewenang-wenang pemerintah Belanda. Perlawanan ini berlangsung antara 1914-1916.

11 Agustus 1914, pasukan Belanda dipimpin Vraagan melancarkan serangan ke Benteng Salubanga, posisi Demmantande. Namun serangan ini gagal, rakyat Mandar memenangkan pertempuran. Leys Coortes memimpin serangan kedua tanggal 9 Oktober 1914 setelah mendapat tambahan perbekalan dan pasukan dari Majene dan Makassar. Sekali lagi, pasukan Belanda dikalahkan. Rakyat Mandar kembali memenangkan pertempuran. Tidak ingin gagal ketiga kalinya, 20 Oktober 1914 kembali melancarkan serangan pada Benteng Salubanga setelah mendapat tambahan pasukan, persenjataan dan amunisi dari Pare-Pare, Makassar, Mamuju dan Enrekang. Tembakan meriam akhirnya menjebol Benteng Salubanga, Demmatande akhirnya gugur sebagai kusuma bangsa.

Namun itu bukan akhir perjuangan rakyat Mandar. Daeng Palenna salah satu komandan Demmatande melanjutkan perang gerilya hingga akhirnya tertangkap ditahun 1916.



(arm. Sumber : Arus Revolusi 45 di Sulawesi Selatan)

4 komentar

Memasuki masa review adsense. Saat menegangkan :)
Kalau ditolak, mungkin dari gambarnya.... wkwkwkwkw

sudahmi kuhapus yang foto original dari situs lain

Kenapaki gk beli domain k, bayangkan 1 tahun ke depan rahmatmunawwar.com mungkin dah diambil oleh rang lain... :)


EmoticonEmoticon