Showing posts with label Renungan. Show all posts
Showing posts with label Renungan. Show all posts

Permata bukan sekadar perhiasan !!!

Demam batu permata akhir akhir ini menuai berbagai tanggapan. Mulai yang positif, hingga yang terkesan mendiskreditkan. Namun yang pasti, hobi yang kembali muncul ini, telah menjadi budaya yang egaliter. Permata tidak lagi identik dengan raja, dukun dan orang orang tertentu lainnya. Ia menjadi milik semua masyarakat yang menginginkannya. Entah itu pejabat, pengusaha, orang biasa bahkan anak anak.

Di sosial media beredar berbagai tulisan yang ingin mempertegas bahwa Akik atau permata, tak lebih dari sekadar perhiasan. Ada semacam kekhawatiran (atau mungkin tepatnya phobia) akan syiriknya orang lain gara gara permata. Padahal permata bukanlah barang baru. Ia digunakan jauh sebelum kelompok sempalan lahir. Bahkan jauh sebelum para Nabi pendiri agama besar dilahirkan dimuka bumi. Dan beberapa Nabi disebutkan mengenakan cincin permata. Dan ternyata, permata juga punya manfaat pada kesehatan.


Belajar Merasakan Energi pada Batu Permata
Sebenarnya mudah saja untuk merasakan energi pada Batu permata. Hal ini bukan persoalan kesaktian, sama sekali bukan. Ini adalah persoalan kepekaan. Intinya, bagaimana syaraf kita mampu merasakan energi pada batu permata.

Untuk belajar merasakan energi, yang pertama harus dilakukan adalah merasakan organ organ tubuh. Pada saat konsentrasi, kita akan mampu mendengar detak jantung, aliran darah, posisi paru paru, lambung, usus besar, usus kecil, hati dan seterusnya.

Kedua, kita melatih kepekaan syaraf. Biasanya tapak tangan terdapat syaraf yang sensitif, sehingga tepat untuk merasakan energi pada batu permata.

Ketiga melakukan sampling. Menurut pengalaman kami, Kecubung es memiliki hawa energi yang cenderung paling sejuk sedang Bacan yang paling hangat. Sehingga tentu kecubung es cocok dipakai saat panas (terutama bagi rider yang suka touring siang siang) dan bacan cocok dipakai didaerah dingin.

Idocrase memiliki hawa yang hangat mirip Bacan
Keempat, meletakkan batu di tapak tangan dan merasakan perubahan yang terjadi pada tubuh. Entah itu pada aliran darah, detak jantung, otot, syaraf atau listrik statisnya. Perubahan yang terjadi itu bisa jadi detak jantung menguat, darah mengalir lancar, atau lainnya. Batu jenis Black Jade dari Aceh, bila diletakkan di tapak tangan, akan terasa efeknya pada (maaf) pangkal kelelakian. Sehingga dipercaya menambah keperkasaan lelaki :)

Black Jade Aceh berfungsi penetral racun dan penambah keperkasaan
Dengan melatih kepekaan syaraf, kita bisa mengetahui pengaruh penggunaan permata pada tubuh kita. Jadi, bukan hanya melihat sisi estetiknya sebagai perhiasan, tetapi juga sisi kesehatannya.

Permata, Pengobatan, Murah Rezki dan Panjang Umur : Bagaimana Rasionalisasinya ?
Pengobatan menggunakan media batu permata telah dilakukan ratusan atau mungkin ribuan tahun silam. Bangsa Tiongkok telah mencatat sejarah tersebut. Selain itu, bangsa Mesir, Persia, India juga punya tradisi yang kurang lebih sama meski tidak sedetail Tiongkok.

Berhubung proses terciptanya permata dengan kandungan mineralnya yang beragam, menyebabkan kandungan hawa dan energinya pun tak seragam. Bila dipakai dalam jangka waktu yang lama, tentu akan mempengaruhi pemakainya. Ya memang hal yang dipakai dapat mempengaruhi pemakainya. Sebagai contoh, jika seseorang memakai baju dinas tentu psikologinya berbeda saat dia pakai baju koko atau baju yang lain.


Energi yang ada pada batu permata beragam. Ada yang mempengaruhi darah (melancarkan/ memperlambat) peredaran darah. Sehingga ada yang cocok bagi yang suka begadang dan mengidap tekanan darah rendah (yang memperlancar peredaran darah). Contohnya badar besi. Bahkan Badar besi (Hematit) dari dulu dikenal sebagai batu darah. Dengan lancarnya peredaran darah, tentu membuat pemakainya akan lebih bersemangat dalam bekerja. Ada pula yang cocok bagi pengidap tekanan darah tinggi (yang memperlambat peredaran darah).

Badara Cera' (red jasper) sejak dulu kala digunakan untuk menyembuhkan mimisan oleh leluhur
Batu jenis Badara Cera', dahulu kala sering dicelup diair lalu diminum airnya untuk mengobati mimisan. Selain diikat dan dijadikan permata, juga disimpan dalam bentuk bongkahan. Ada juga jenis batu tertentu yang membantu kinerja sel sel tubuh, sehingga dapat meningkatkan kesehatan. Contohnya Ocean Jasper. Logikanya, (terlepas dari faktor takdir) orang sehat punya peluang hidup lebih lama. Sehingga orang orang dulu menyebut bahwa permata tersebut dapat memanjangkan umur.

Cek juga : Nephrite Zebra

Nefrit Zebra
Ada juga jenis batu tertentu yang mampu mempengaruhi psikologi pemakainya sehingga selalu merasa nyaman. Perasaan nyaman ini sangat dibutuhkan bagi mereka yang berdagang. Bisa kita bayangkan bila ada 2 toko yang menjual barang yang sama. Toko pertama penjualnya selalu bermuka masam sedang toko kedua penjualnya selalu senyum ramah karena hatinya selalu nyaman dan bahagia. Maka tentu sang pembeli akan memilih di toko yang penjualnya selalu tersenyum.
Badar besi, cocok bagi mereka yang kurang semangat. Tetapi kurang pas bagi mereka yang terkena hipertensi
Logika sederhananya adalah, orang yang hatinya selalu nyaman (manyameng kininnawa) memiliki peluang mendapatkan rezki yang lebih besar (masempo dalle). Batu jenis Blue Safir salah satu contohnya.

Penutup
Pada dasarnya, permata dengan kandungan mineralnya bila digunakan dalam jangka waktu lama, dapat mempengaruhi tubuh manusia. Tinggal menyesuaikan dengan kebutuhan dan energi pada batu permata itu sendiri.

Adapun pada sisi teologis, kemusyrikan terjadi bila menafikan eksistensi Tuhan Sang Maha Pencipta, Sebab dari Segala Sebab. Sehingga kita berpandangan bahwa energi (kekuatan/Quwwah) yang ada pada batu permata sesungguhnya bersumber pada Tuhan (Laa Hawla Walaa Quwwata Illa Billah = Tiada daya dan upaya kecuali dari Allah). Sementara batu permata hanya perantara dan fasilitas yang memiliki manfaat sebagaimana ciptaan Tuhan lainnya seperti makhluk hidup dan benda mati.

Balapan di Negeri diatas Awan

Mereka berlima tumbuh bersamaan, melewati masa kanak kanak yang ceria. Perlahan, mereka menjelang remaja dan menjalani hidup masing masing. Terpisah hingga mereka dewasa, akil balig. Mereka berjanji akan bertemu lagi setelah mendapatkan motor andalannya. Hingga tibalah saatnya mereka untuk mengikuti balapan, mereka kembali di negeri diatas awan dengan motor masing masing. Mereka ingin balapan sebab mereka dewasa dan berakal.

Disebuah balai bambu di negeri diatas awan, kelima pemuda itu berkumpul. Seseorang maju menceritakan pengalamannya. Ia pun mulai berkisah. Saat remaja, saya melihat motor scooter matic. Motor generasi terakhir, yang tak perlu persneling. Ditambah bagasi, motor scooter maticku bisa muat banyak barang, ujarnya dengan bangga. Inilah motor terbaik lagi praktis,  sambungnya.

Disinggung soal perseneling, pemuda yang satupun tersinggung. Ia berdiri menggantikan temannya. Ia pun bertutur. Sebelum tiba disini, saya bertemu dengan orang yang naik moped (motor bebek). Dari dulu, leluhur kita pakai motor bebek. Sangat multi fungsi, Bisa lewati beragam medan. Memang betul masih ada acara pindah pindah gigi. Tetapi itu membuat kita paham proses dan kekuatan. Bukan cuma menarik gas, ujarnya.

Temannya mulai geram, dan mulai berbicara. Hai kalian pemuja scooter matic dan moped, lihatlah motorku naked. Kubikasinya lebih besar dari kalian berdua. Memang benar motor nakedku tidak bisa muat barang banyak seperti kalian. Memang benar, koplingku membedakan motorku dengan motor kalian berdua yang lebih simpel dan praktis. Tetapi kopling, kubikasi dan power besar serta model yang jantan adalah untuk mereka yang lelaki. Kalian berdua juga tidak memahami stabilitas motor pada kecepatan tinggi. Motor kalian berdua motor untuk kecepatan rendah.

Tak mau kalah, yang satu angkat bicara. Bro sekalian, perkenalkan motorku. Namanya, trail. Asli motor segala medan. Suaranya kencang, sekencang tarikannya. Meski kita sama sama jantan, tetapi engkau dengan motor nakedmu hanya cocok dijalan aspal. Sedang kalian berdua, dengan motor scooter matic dan mopedmu adalah motor perempuan. 



He ehm, terdengar suara mendehem memecah suasana. Tiba tiba jadi hening. Saat itulah pemuda kelima yang angkat bicara. Kenalkan ini motorku, namanya superbike. Supernya para motor. Tidak perlu saya jelaskan kelebihan motorku, ucapnya. Silakan nonton TV, balapan paling bergengsi pake motor apa saudaraku semua ?

Semua terdiam, si pemilik motor superbike merasa menang. Merasa terdesak, pemilik motor scooter matic murka. Kalian semua sesat, kafir. Hanya motorku yang sebenar benarnya motor. Motor kalian semua itu sesat, kafir, ujarnya mengulang. 

Si pemilik motor moped ikut marah. Tidak boleh begitu saudara. Motorku lebih baik dari motormu, mengapa kau klaim motor kami berlima semuanya salah ? Mereka berlima berdebat, saling bertengkar bahkan saling memukul. Ini hanya karena merasa motornyalah yang terhebat.

Seorang tua datang melerai. Hai kalian 5 anak muda mengapa bertengkar ? Bukankah kalian semua bersaudara ? Tenanglah wahai anak muda. Tahan emosi kalian. Motor bukan untuk dipertengkarkan, tetapi untuk dikendarai.

Mereka berlima pun tersadar. Mereka khilaf. Betapa indah kenangan masa lalu saat kanak kanak, hilang hanya karena arogansi bermotor. Lebih parah, mereka lupa bahwa mereka sedang ingin balapan. Pak tua pun terus menenangkan mereka hingga kelimanya menjadi pendengar.

Pak Tua duduk dikelilingi kelima pemuda itu. Ia mulai bercerita. Nak, saya dulu pun seperti kalian. Arogan dengan satu jenis motor. Namun setelahnya saya sadar. Bukan motor yang penting. Tetapi tujuan dan pengendara. Motor hanyalah kendaraan. Kalian berlima hendaknya fokus pada tujuan, yaitu garis finish. Kalian juga harus fokus pada diri kalian. 

Meski kubikasi motormu besar, namun tak kau nyalakan mesinnya, maka engkau tetap ditempat. Perjalanan tak kau mulai dengan menyalakan mesinnya, maka mustahil sampai garis finish. Demikian pula motormu yang berkubikasi rendah, sambil melihat pemilik moped dan scooter matic, tetapi jika kalian berdua konsisten pada kecepatan maka garis finish dapat kalian gapai. Kalian berlima, sambil melanjutkan, berpeluang menjadi finish pertama sekaligus finish terakhir. Bahkan, kalian berlima juga berpeluang untuk kecelakaan, bila tidak hati hati mengendarai motor kalian.

Si pemilik trail pun nyeletuk memotong pembicaraan pak tua. Kalau begitu pak tua berarti semua motor sama saja, ucapnya ketus. Dengan tenang pak tua menjawab. Tujuan motor adalah kendaraan yang digunakan pengguna untuk sampai tujuan. Pada titik itu, semua motor sama. Namun tiap motor punya keunikan, kekhasan tersendiri. Pilihlah motor yang kalian anggap paling kuat, paling cepat sampai tujuan. Tetapi jangan habiskan waktumu untuk menyalahkan motor orang lain disaat kalian bahkan belum memulai balapan.

Kalian terlalu cepat untuk mengenal jenis jenis motor. Semestinya, kalian pelajari dulu tentang diri sendiri, kemudian mempelajari garis finish. Lalu mempelajari definisi motor. Syarat minimal motor itu adalah punya ban, mesin, stir, dan rangka. Motor kalian berlima memenuhi syarat itu. Sehingga tidak ada motor sesat, motor kafir. Kecuali jika motor kalian tidak pakai mesin, itu namanya sepeda. Kecuali jika bannya empat trus ganti stir, itu namanya mobil.

Si pemilik motor superbike angkat bicara. Jadi, meski motor saya adalah motornya para juara, bukan jaminan bahwa saya akan memenangkan balapan ini ya pak tua ?. Pak tua mengangguk. Namun di gigi satu, pada motormu setara dengan gigi 4 atau 5 pada motor yang lain anakku jawabnya dengan bijak.

Semua pemuda itu akhirnya paham. Bahwa tiap orang harus memilih motor yang akan dikendarai. Sebab bingung memilih motor tak akan menyebabkan orang akan memulai balapan. Jika tidak mulai balapan, mereka tentu takkan finish. Mereka kembali saling menyayangi dan menghormati pilihan masing masing. Berlaku sportif, saling mendorong dan mendoakan semoga semua temannya bisa finish bersamaan. Untuk itu fokus pada tujuan semula, yaitu mencapai garis finish.

Namun si pemilik scooter matic merasa bahwa ia telah dijamin finish duluan. Ia tetap menyalahkan keempat temannya. Bahkan tak segan menghalalkan darah keempat saudaranya. Baginya, membunuh orang kafir karena tidak naik motor scooter matic itu sah sah saja. Tak peduli bahwa mereka dulunya sahabat. Ia memang bebal, keras hati dan tertutup hatinya serta percaya diri pemilik tropi pemenang juara balap.

Sepotong kisah tentang pemilihan ketua lembaga mahasiswa

Suatu ketika, seorang yunior mengirim pesan lewat inboks FB saya. Setelah berbasa basi ucapkan salam dan kabar, ia langsung menanyakan tentang strategi pemenangan pada pemilihan lembaga mahasiswa. Saya cuma menanyakan dua hal. Pertama, jika terpilih mau apa ? Kedua, jika tidak terpilih mau apa ? Tak ada lagi pesan saya terima setelah saya kirimkan pertanyaan itu. Padahal kedua pertanyaan saya itu adalah pertanyaan standar. Selalu saya tanyakan pada siapapun yang "ingin maju" sebagai ketua disebuah lembaga. 

Mulai muncul beberapa pertanyaan dalam benak. Apakah anak sekarang cuma beraninya lewat inboks, bukannya datang baik baik untuk bertemu ? Apakah pertanyaan saya "terlalu kejam" sehingga melukai hatinya yang rapuh, lembek dan cengeng ? Serapuh itukah hatinya sehingga perasaannya lebih terasah ketimbang nalarnya yang bagiku terkesan buntu ? 

Padahal masih ada pertanyaan yang lebih substansial yang mengantri dibenakku. Mengapa engkau merasa layak untuk menduduki jabatan tersebut ? Kapasitas apa yang engkau miliki ? Visi misi berlembagamu seperti apa ? Apa yang akan kau beri pada lembaga bila terpilih dan tidak terpilih ? Apakah kompetitormu adalah musuhmu yang harus dikalahkan dengan berbagai macam cara ? Apakah engkau memilih " kekalahan" daripada "kemenangan" yang diperoleh dari strategi yang licik ? Mampukah engkau menahan diri untuk tidak menggunakan strategi yang tidak etis ?

Yunior saya mungkin melihat saya sebagai orang yang menguasai strategi pemenangan sehingga berani menanyakan cara pemenangan. Sebenarnya, saya tidak menganggap itu penting dikuasai walaupun itu mudah. Bagi saya, pertanyaan pertanyaan substansial diatas harus dituntaskan dulu baru berbicara strategi pemenangan.

Efek samping demokrasi

Memenangkan sebuah pemilihan, hanyalah selisih dari hasil usaha tim kawan dengan tim lawan ditambah/dikurangi faktor X.Intinya bahwa, bagaimana agar suara kita lebih banyak dengan cara apapun.

Sebenarnya mudah untuk memenangkan sebuah pemilihan. Yang sulit adalah, bagaimana membawa visi misi yang pas dengan kondisi lembaga, kapasitas calon ketua dan pengurus dan tentunya metode pemenangan yang elegan. 

Sudah menjadi kebiasaan orang Indonesia yang lemah jiwanya, menganggap kompetitornya sebagai musuh. Bila menang, langsung mengabaikan kompetitornya. Bila kalah, selalu merasa dicurangi. Dan proses pemenangan dianggap "perang suci". Visi misi, pengembangan lembaga dan hal hal yang berkaitan dengan kepentingan bersama, tidak terlalu dianggap penting.

Bila seseorang berani mencalonkan diri menjadi ketua pada sebuah lembaga, patut diapresiasi. Memang lembaga butuh orang untuk menjalankan roda organisasi. Namun, jangan sampai kapasitas yang tidak mumpuni melampaui semangat untuk mengabdi pada lembaga. Jangan sampai juga, seolah olah memperjuangkan lembaga, namun memperjuangkan ego untuk berkuasa. Menjadi seorang pemimpin, tidak cukup hanya penguasaan strategi taktik. Tetapi juga kemapanan emosi dan kecerdasan nalar. Akan menyedihkan bila mahasiswa lebih memprioritaskan perebutan posisi pada lembaga ketimbang memperkuat fondasi intelektual dan emosionalnya.

Sekadar saran untuk adik adik mahasiswa, hendaknya memperkuat fondasinya dulu. Baik secara intelektual maupun emosional. Banyak banyaklah bergaul dengan berbagai karakter manusia. Agar lebih dewasa dan bijak dalam mengambil keputusan. Hal tersebut sangat dibutuhkan seorang pemimpin. Ambisi biasanya menjatuhkan orang. Apalagi bila ambisi berada pada orang yang tidak punya kapasitas. Bila berhasil, ia akan menghancurkan lembaga. Bila gagal, ia akan memecah belah lembaga. Buatlah dirimu berarti, baik sebagai ketua, pengurus lembaga atau bukan. 

Renungan Kematian

Kematian adalah perpisahan ruh dan raga yang merupakan pintu ke alam lain. Kematian adalah niscaya bagi setiap yang bernyawa. Sehingga tidak semestinya takut pada kematian itu sendiri. Meski diberitakan bahwa saat berpisahnya ruh dan raga itu akan terasa sakit, namun bukankah itu mesti dilalui ? Seberat apapun masalah tentu dapat dilalui seiring dengan waktu. Yang menjadi masalah adalah sejauh mana kemampuan mempertahankan keyakinan saat sakit yang maha dahsyat di sakratul maut.

Proses kematian hanya punya satu persoalan, yaitu mempertahankan keyakinan saat merasakan sakit tersebut. Namun masalah tidak sampai disitu. Masalah berikutnya adalah bahwa kematian itu menyisakan duka pada orang yang dicintai. Menyisakan urusan jenazah pada keluarga dan kerabat yang masih hidup hingga proses penguburannya. Dilanjutkan lagi dengan urusan pertanyaan dalam kubur. Itu belum termasuk pertanyaan bagaimana nasib keluarga yang ditinggalkan

Oh betapa sulitnya melalui itu semua. Tapi kita tetap harus mati sampai ajal yang ditentukan datang.

Setelah itu, kita masih harus menunggu proses penghitungan amal dan dosa pada kondisi yang tidak menyenangkan. Dimana jarak matahari dan ubun ubun hanya sejengkal. Oh betapa sulitnya melalui itu semua

Mungkin saja amal kita banyak, namun ada orang yang pernah tersakiti dan belum memaafkan. Mungkin saja amal kita banyak, namun ada utang dan janji yang belum terlunaskan. Mungkin saja amal kita banyak, namun kita gagal mendidik anak agar menjadi saleh. Bagaimana mungkin melewati itu semua dengan selamat, jika ternyata dosa kita lebih banyak dari amal saleh kita

Oh betapa sulitnya melalui itu semua. Tapi kita tetap harus mati sampai ajal yang ditentukan datang.

Bukankah indah meninggal dalam keadaan tenang dan tersenyum?
Bukankah indah tidak menyulitkan orang yang ditinggalkan ?
Bukankah indah jenazah kita diantar oleh banyak keluarga dan sahabat kita?
Bukankah indah jika kubur kita diluaskan dan diterangi cahaya?
Bukankah indah jika malaikat tak menyiksa di alam kubur?
Bukankah indah jika penghisaban dilalui dengan cepat?

Oh betapa sulitnya mencapai kemuliaan itu
Kupasrahkan diriku pada kuasaMu wahai yang Maha Menghidupkan lagi Maha Mematikan
Tak ada perhiasan yang layak kubanggakan jika kelak menghadapMu wahai yang Maha Mengampuni lagi Maha Menyayangi

Teori Lidi Versus Teori Mairo

Sewaktu SD, kita diajarkan tentang pentingnya persatuan. Bapak Ibu guru kita biasanya mencontohkan dengan lidi. Seorang murid disuruh kedepan untuk mematahkan sebatang lidi, dan murid lainnya disuruh untuk memperhatikan secara seksama. Prak, dengan mudah lidi itu patah. Murid sekelas pun tertegun. Bapak Ibu guru mengumpulkan beberapa batang lidi dan menyuruh lagi murid lainnya untuk mematahkan sekaligus, namun (seperti yang kita prediksi) ternyata lidi itu tidak bisa patah. Guru mulai menjelaskan. Bahwa sebatang lidi mudah dipatahkan dan banyak lidi tidak mudah dipatahkan. Itulah gambaran sederhana tentang pentingnya persatuan.

Teori Lidi ini seolah tak terbantahkan, hingga ikan teri (Teori Mairo) menggugurkannya. Lidi, dengan bersatu menjadi kuat, tidak demikian halnya dengan ikan mairo. Ikan teri, sekali gigit habis. Ia bersatu untuk cukup sekali dihabisi. Teori Lidi dan Teori Mairo keduanya menggunakan prinsip konsentrasi. Namun Teori Lidi menjelaskan konsentrasi yang berhasil sedang sebaliknya Teori Mairo justru menjelaskan tentang konsentrasi yang gagal.

Dalam sejarah perang, penumpukan kekuatan pada satu titik, pernah dipraktekkan Jerman Perang Dunia II. Tank dimasa itu tak lebih dari pengawal pasukan infanteri. Namun Heinz Guderian, seorang panglima Nazi Jerman mengusulkan agar tank menjadi satuan pasukan tersendiri. Terbukti diawal dan pertengahan Perang Dunia II, pasukan Tank Jerman tampil dominan terhadap pasukan sekutu yang menyebar tanknya. Kisah sang Jenderal Heinz Guderian cukup menjadi contoh Teori Lidi.

Di era tiga kerajaan di China kuno, Perdana Menteri Cao Cao bersiap menyerang negeri Wei yang bersekutu dengan Liu Bei. Liu Bei adalah seorang mayor desersi Cao Cao sehingga menjadi buronan kelas kakap. Meski demikian, Liu Bei mendapat simpati rakyatnya karena keberpihakannya pada rakyatnya. Pasukan gabungan Liu Bei dan Wei tidaklah cukup menandingi pasukan Cao Cao. Sementara Cao Cao tengah mempersiapkan serangan final ke jantung pertahanan Wei menggunakan angkatan lautnya. Ternyata keberuntungan tidak dipihak Cao Cao. Tiba-tiba arah angin berubah, sehingga dengan mudah pasukan gabungan Liu Bei dan Wei dapat membakar semua kapal-kapal Cao Cao yang saling terikat satu sama lain. Jumlah menjadi tak berguna, ia dibakar massal. Kisah ini dapat disaksikan di sekuel kedua Red Cliff. Kisah ini contoh sempurna tentang Teori Mairo.

Cuplikan film Red Cliff II
Tulisan ini sama sekali tidak bermaksud menggurui, cuma ingin melengkapi pelajaran dari guru waktu SD yang tidak tuntas tentang hubungan persatuan dan kekuatan sebuah kelompok/komunitas. Semoga bermanfaat.

Status, Chat & Komen, Menunjukkan Kondisi dan Kualitas Jiwa

Generasi kita dimanjakan dengan perkembangan teknologi informasi. Sosial Media pun menjamur perlahan mengganti ruang-ruang sosial kita. Melalui fasilitas chat dan komen, kita dapat berinteraksi tanpa harus menghiraukan jarak dan waktu. Akhirnya, interaksi di sosial media menjadi realitas tersendiri.

Yahoo Massenger
Dalam berinteraksi, sangat besar kemungkinan tidak koneknya komunikasi. Banyak hal yang bisa mempengaruhi, antara lain : Kondisi jiwa, kualitas pengetahuan, latar belakang pendidikan, pengalaman dan sebagainya. Boleh jadi, kita membuat sebuah status dengan maksud "menyindir" seseorang, namun yang "tersindir" orang lain. Ini adalah konsekwensi logis, sebab disosial media, sebuah status yang dibuat berarti telah menjadi milik publik, tak peduli siapapun dia.

Pada kondisi diskusi, sulitnya komunikasi nyambung akan membuat perasaan "greget", atau "gemes". Disinilah kondisi jiwa teruji. Akan sangat mudah untuk mengumpat, memarahi atau menghina saat kondisi ini datang. Apalagi lawan diskusi kita adalah orang yang kita tidak kenal.

Sebagian orang, senang menggunakan akun dummy. Akun dengan identitas palsu yang digunakan untuk "mengerjai" akun jujur. Akun dummy ini pada mulanya digunakan oleh gamers online. Namun dalam perkembangannya juga digunakan oleh "agama debaters" alias tukang debat agama. Biasanya mereka mengajukan permintaan pertemanan pada akun-akun yang dicurigai. Kemudian ia akan mendeteksi status, chat dan komen akun sasaran. Sebagai upaya mendeteksi siapa lawannya (yang lugu) untuk dikafirkan dan dihalalkan darahnya. Memang hari ini, masih ada orang beragama seperti orang bar-bar. Gampang membunuh atas nama agama tapi pintar desain photoshop.

Tampilan Twitter
Di lain sisi, ada juga yang sering menampilkan status galau. Seolah ingin memproklamasikan pada dunia tentang kegundahan hatinya. Ada juga yang sedang "on". Lagi saleh-salehnya dan ingin mengajak atau memperlihatkan kepada para pemirsa sosmed bahwa dirinya lagi saleh. Berdoa pada Tuhan disitus jejaring sosial. Ada juga yang sekedar ingin memberi tahu kondisinya. Misalnya sakit, kecewa, lagi kerja, bete dan sebagainya.
Tampilan Facebook
Tentu kesemua itu sah-sah saja, selama tidak melanggar Undang-Undang. Tetapi yang pasti, status, chat dan komen kita di situs jejaring sosial akan menunjukkan kondisi dan kualitas jiwa kita.

Bocoran Soal Ujian Nasional

Bocoran Soal Ujian Nasional, adalah harapan bagi mereka yang kurang percaya diri. Berharap nilai yang bagus namun kurang berusaha. Adalah kurang bijak jika selalu mengharap bocoran soal. Itu sikap yang kurang terpuji.
Percaya dirilah, bahwa anda mampu menjawab soal-soal ujian nasional dengan baik. Tidak mungkin anda selama 3 tahun di SMU mempelajari bahasa Inggris tapi pas Ujian Nasional ternyata soal bahasa Mandarin. Mustahil itu. Pasti soal yang naik pernah dipelajari. Oleh karena itu, tidak ada alasan untuk gentar, takut, was was dan tidak percaya diri menghadapi ujian.
Sekali lagi, jangan berharap bocoran soal ujian nasional. Selain kurang baik untuk perkembangan jiwa, juga bertentangan dengan hukum.