Kearifan Karaeng Pattingalloang

Karaeng Pattingalloang lahir pada tahun 1600 dan wafat pada tanggal 17 September 1654 di Kampung Bonto Biraeng. Menurut sumber lain, beliau wafat tanggal 15 September 1953. Beliau pernah menjadi Tumabbicara Butta Gowa yang pada saat itu antara Gowa dan Tallo menganut prinsip 1 rakyat 2 raja (se're ata rua karaeng)


I Mangadacina Daeng Sitaba Karaeng Pattingalloang, adalah salah satu raja cendekiawan di nusantara. Beliau menguasai banyak bahasa asing. Menggandrungi ilmu pengetahuan, yang di era itu melalui pelaut Eropa beliau memantau perkembangan teknologi di Eropa. Beliau juga memiliki visi pemerintahan dan politik luar negeri yang sangat baik.


Di eranya, kerajaan Makassar (Gowa-Tallo) mencapai zaman keemasan. Kerajaan Makassar menjadi kerajaan terkuat dinusantara dengan wilayah kekuasaan dan koordinasi yang luas. Di sisi ekonomi, dengan dijadikannya pelabuhan Makassar sebagai pusat perdagangan dan transit, maka Makassar berkembang menjadi kerajaan maritim yang sangat maju dizamannya.
Beliau meninggalkan suatu Teori Keruntuhan Negara, yakni merumuskan 5 Faktor Penyebab Runtuhnya Negara yang meliputi:

1.Punna taenamo naero nipakainga' Karaeng Manggauka
(Apabila Kepala Negara/Pemerintahan tidak mau dinasehati)

2.Punna taenamo tumangngasseng ri lalang Pa'rasangangnga
(Apabila tidak ada lagi Cendekiawan/Intelektual di dalam negeri);

3.Punna meajai gau lompo ri lalang Pa'rasanganga
(Apabila sudah terlampau banyak kasus besar dalam negeri);

4.Punna angngallengasengmi soso' Pabbicarayya
(Apabila banyak hakim dan pejabat negara/pemerintahan suka makan sogok);

5.Punna taenamo nakamaseyangngi atanna Manggauka.
(Apabila Kepala Negara tidak lagi menyayangi rakyatnya).

Dapat dipahami bahwa, jika penguasa tak mau lagi dinasehati maka penguasa tersebut telah berbuat zalim yang melampaui batas. Otomatis hal tersebut akan memicu perlawanan masyarakat maupun perangkat negara dalam bentuk pemberontakan.


Adapun ketiadaan cendekiawan dalam sebuah negara menyebabkan kurangnya gagasan-gagasan visioner dalam pembangunan negara. Akibatnya, sebuah perkembangan negara akan stagnan dan akhirnya semakin lama semakin melemah.

Kejadian-kejadian besar dalam sebuah negara, misalnya wabah penyakit atau bencana alam, dapat mengurangi populasi penduduk secara drastis.  Jika hal itu berlangsung terus menerus maka perekonomian negara akan merosot dan akhirnya jatuh.

Sementara, apabila hakim/pejabat negara menerima sogokan, menyebabkan keputusannya tidak obyektif. Sehingga melahirkan ketidakadilan pada masyarakat yang pada gilirannya menyebabkan ketidakpuasan dan pemberontakan.


Jika penguasa tak lagi menyayangi rakyatnya, maka penguasa akan menindas rakyatnya. Maka rakyat punya dua pilihan yaitu melawan atau meninggalkan daerahnya. Jika rakyat melawan, terjadi pemberontakan yang menyebabkan ketidakstabilan pengelolaan negara. Jika migrasi penduduk dalam jumlah besar terjadi sehingga populasi merosot drastis, maka roda pemerintahan tidak berjalan dengan baik.

Pesan Karaeng Pattingalloang beberapa ratus tahun lalu, masih relevan untuk dijadikan pelajaran untuk generasi kita saat ini. Demi upaya penguatan kebangsaan.

3 komentar

tokoh panutan. ibarat sebuah bola lampu beliau selalu ditinggikan untuk menerangi sekelilingnya, alfateha buat beliau...

alfateha buat beliau..
tokoh cendikia yg hebat ...

tokoh yang patut diteladani


EmoticonEmoticon