Struktur Parewa Sara di Wajo abad 17

Setelah Musu Selleng (bgs) atau Bundu Kasallanga (mks) usai, Arung Matowa Wajo La Sangkuru Patau Mulajaji meminta pada Sultan Alauddin agar diberi Anreguru. Hal itu dilakukan agar orang Wajo dapat mempelajari Islam lebih dalam. Maka, Sultan Alauddin pun mengirim Datok Sulaiman (yang saat itu berada di Luwu) agar ke Wajo.


Sesampainya di Wajo, terjadi dialog antara Arung Matowa La Sangkuru dengan Datok Sulaiman tentang tauhid. Setelah itu, dilanjutkan dengan penjelasan umum kenabian dan hal hal umum. Seperti makanan yang diharamkan dan dosa dosa besar. Arung Matowa beserta hadat Wajo melakukan ritual mandi di telaga "Takkumelawe" sebagai bentuk sumpah janji untuk setia pada ajaran Islam.


Setelah Datok Sulaiman bermusyawarah bersama Arung Matowa dan Hadat Wajo, maka dibentuklah struktur Parewa Sara. Parewa Sara adalah pejabat yang bertugas mengurusi persoalan syariat. Dalam struktur itu terdiri satu orang Qadhi (Petta KaliE) yaitu Datuk Sulaiman sendiri. Mengingat Kerajaan Wajo terdiri dari 3 limpo (distrik) maka struktur pegawai sara pun mengikuti struktur pemerintahan. Qadhi membawahi 2 orang Khatib dan 2 orang Bilal. 1 Pangulu Limpo, 1 Amele, tiap limpo
Berikut ini perbandingan antara Struktur pemerintahan dengan Struktur Parewa Sara




EmoticonEmoticon