Orang Sakti dan Bela Negara

Kemerdekaan Indonesia, adalah hasil perjuangan segenap elemen bangsa. Mulai dari tokoh agama, tokoh adat, ormas, parpol, laskar rakyat, eks Peta, eks KNIL hingga pelajar. Perjuangannya pun beragam. Ada yang lewat jalur politik. Ada jalur perang fisik. Ada yang mendukung secara halus. Adapula yang membantu logistik dan lain sebagainya.

Khusus untuk tentara pelajar, dizaman dahulu mereka kehilangan masa masa romantisnya. Di usia yang demikian belia, harus berpisah dengan keluarga, tidak sempat pacaran, dan harus berjuang mempertaruhkan nyawa melawan penjajah. Dapat dibandingkan dengan pelajar sekarang yang telah mampu merekam sendiri adegan p*rnonya.

Belum lagi kondisi geopolitik dunia yang kian memanas. Indonesia sebagai negara kaya SDM yang sedang dijarah kekayaan alamnya, tidak menutup kemungkinan kedepan akan diserang secara militer bangsa asing. Apalagi bila terjadi kekurangan pangan dunia. Otomatis, terjadi perebutan lahan subur.

Pada kondisi damai, adalah saat membangun sekaligus waspada. Membangun manusia dan infra struktur. Membangun sistem, hukum, sosial dan tentunya militer. Olehnya, TNI sebagai tulang punggung bela negara mesti ditunjang dengan peralatan yang sesuai kondisi zaman. (semoga Sukhoi 35 dan persenjataan termutakhir lain kelak dimiliki TNI)

Oleh karena itu, sesuai dengan UUD 1945, tiap warga negara wajib membela negara. Membela tumpah darah kita. Membela warisan leluhur kita. Membela masa depan anak cucu kita. Dari segala macam ancaman dari luar.

Untuk itu, kesadaran bela negara harus ditingkatkan dengan beragam cara. Mulai dari pengetahuan teoritik hingga praktek. Para pemuda mesti lebih mengenal dan mengidolakan para pahlawan daripada artis atau pemain bola. Ibu-ibu mesti lebih tahu cara survival dan mendukung perjuangan daripada gosip artis. Tayangan TV harus mampu membangkitkan nasionalisme, bukan mengumbar hujatan dan menjadikan anak bangsa pemimpi layaknya sinetron.
Penegakan hukum yang berkeadilan, adalah juga bentuk bela negara. Sebab tanpa itu, kesadaran kebangsaan dan nasionalisme akan tergerogoti. Perlakuan yang tidak adil terhadap rakyat kecil dan perlakuan istimewa pada orang orang tertentu membuat orang muak terhadap pemerintahan dan institusi yang terkait.

Pengelolaan kekayaan alam sebesar besarnya untuk kemakmuran rakyat, itu juga bentuk bela negara. Pelestarian budaya untuk menanamkan rasa cinta pada bangsa sehingga tidak bermental inlander, tidak bermental budak. Bangga sebagai bangsa Indonesia, bangga sebagai bangsa yang besar, juga bentuk bela negara.

baca juga : mental inlander

Memaksimalkan produksi dalam negeri sehingga meningkatkan pendapatan negara dan mensejahterakan petani dan pengusaha lokal, juga bentuk bela negara. Anak anak muda yang membuat film lokal, juga bentuk bela negara. Minimal tidak melulu mengkonsumsi film hollywood, bollywood dan hongkong.

Salah satu adegan dalam trailer Captain America : Winter Soldier
Film produksi hollywood ini berkisah tentang orang sakti versi modern
yang setia membela negaranya
Hakikatnya, bela negara adalah berbakti, berkorban untuk negara. Pada titik ini, konsep negara tidak sempit hanya pemerintah. Tetapi melibatkan unsur negara yang lain, yaitu penduduk, wilayah dan kedaulatan. Kita bosan, orang saling berdebat dan bully. Tetapi kontribusi nyatanya untuk negara masih dipertanyakan.
Rencana pemerintah untuk membentuk 100 juta kader bela negara menuai beragam reaksi. Ada yang pro dan ada yang kontra. Ada yang membicarakan sisi partai politiknya. Ada yang membicarakan sisi militerisasinya. Ada yang membicarakan sisi anggarannya. Namun tak ada satupun (kecuali tulisan ini mungkin) yang membicarakan keterlibatan orang sakti dalam bela negara.

Mungkin kita masih ingat salah satu adegan film "Lebak Membara". Yaitu saat seseorang memanjat pagar (diperankan oleh H.I.M. Damsyik) ditembak oleh tentara Jepang tetapi tidak mempan. Kemudian tanpa sadar, jimatnya tersangkut di pagar. Nanti kemudian peluru menembus dadanya saat ingin menurunkan bendera Jepang baru ia sadar bahwa jimatnya terlepas. Film fiksi yang bersetting zaman pendudukan Jepang ini, memotret sisi nasionalisme dan bela negara pada saat itu.

Rencana mau turunkan bendera jepang
Ditembak tidak mempan, tetapi jimat tersangkut dipagar hehe :)
Sistem perang semesta yang dianut negara ini sesungguhnya sangat menggentarkan bangsa asing. Bayangkan, dengan pulau yang tersebar plus jumlah penduduk ratusan juta, menyerang Indonesia adalah sebuah pekerjaan besar. Tetapi perang semesta, APABILA dimaknai sempit, maka akan membonsai potensi bela negara itu sendiri. 

Betapa tidak, banyak orang sakti di Indonesia yang tidak terpublikasi. Mereka bisa jadi anti peluru, mampu menghilang, bisa terbang, bergerak cepat laksana flash gordon dan berbagai spesifikasi unik lainnya. Tetapi mereka bisa jadi tidak bisa diatur baris berbaris. Mereka bisa jadi malas disuruh push up beberapa set. Mereka bisa jadi TERSINGGUNG bila dibentak apalagi ditempeleng. Namun, mereka bisa jadi lebih cinta negeri ini daripada mereka yang ingin membubarkan KPK. Mereka mungkin lebih dapat dipegang kata katanya daripada mereka yang suka berjanji tentang kesejahteraan rakyat. Mereka mungkin lebih cinta tanah air daripada mereka yang membakar hutan. Mereka mungkin tidak pernah mendengar istilah "doktrin", tetapi boleh jadi mereka lebih siap menyerahkan nyawanya untuk bangsa daripada mereka yang meminta fee tiap proyek. Mereka bisa jadi tidak hafal Pancasila. Tetapi boleh jadi mereka lebih memaknai Pancasila ketimbang mereka yang berteriak bahwa "Garuda di dadaku". Mereka bisa jadi "pasukan khusus khas Indonesia". Mengapa tidak ??? Bukankah bela negara kewajiban semua warga negara, termasuk orang sakti ???

Lantas mengapa harus semuanya baris berbaris jika ada yang bisa terbang ? Mengapa semua harus push up kalau ada yang anti peluru ? Kenapa harus dibentak bila tutur sopan cukup menggerakkan mereka? Kenapa harus belajar bela diri impor jika ada bela diri lokal ? Untuk ini, mungkin perlu pengecualian dalam memahami bela negara.


EmoticonEmoticon