TIPS MENGELOLA INTERMEDIATE TRAINING HMI

Tags

Sekedar berbagi tulisan sederhana, dengan harapan bisa bermanfaat untuk kaderisasi diorganisasi yang pernah saya lalui, yaitu HMI. Di prioritaskan bagi yang telah ikut LK II. 

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi kader, mempunyai tiga jenjang pengkaderan formal. Pertama Basic Training yang sering disebut Latihan Kader (LK) I, kedua Intermediate Training (LK II) dan ketiga Advance Training (LK III). Secara umum, pada AD/ART HMI disebutkan secara umum format pengkaderan dan materi-materi serta indikator penilaian. Namun, pada kenyataannya dilapangan bahwa, ada kreatifitas pengurus dan panitia dalam menterjemahkan aturan tersebut. Pada kesempatan ini, penulis ingin berbagi pengalaman ketika mengelola Intermediate Training dengan harapan bisa memberi sumbangan pemikiran untuk pengembangan kedepan. Tulisan ini dimaksudkan untuk melengkapi/memperjelas tentang pengkaderan yang telah tertuang dalam AD/ART HMI.

suasana LK II HMI Cab. Majene

Secara umum peran koordinator steering (koster) sebagai berikut :

  1. Memberi masukan nama-nama calon steering yang kapabel kepada pengurus untuk di SK kan. Calon steering nantinya akan membantu secara administrasi, pengelolaan forum, pengawalan peserta.
  2. Berkonsultasi dengan pengurus cabang tentang gagasan-gagasan utama yang akan diterjemahkan menjadi tema
  3. Tema dijabarkan menjadi TOR (Term Of Reference) dan susunan materi. Materi terbagi menjadi a)Materi standar LK II (sesuai dalam konstitusi) b)Materi pelengkap (mendukung tema LK II) c)Materi Tools (perangkat analisa)
  4. Menyusun jadwal LK II. Perlu dipertimbangkan a)jadwal untuk screening b)jadwal pengumuman hasil screening c)jadwal materi d)jadwal persentase makalah dan FGD e)alokasi waktu secara umum.
  5. Tiap Materi ditetapkan Tujuan Instruksionalnya agar tidak melenceng dari Tema. Kemudian memilih pemateri yang dianggap kapabel.
  6. Koster membagi SC yang lain. a)SC tulang punggung, antara 3-5 orang. Fokus dipengkaderan sepanjang waktu, mulai Screening hingga penutupan. Memiliki kualifikasi untuk menscreening, menjadi Instruktur, mengelola persentase makalah dan FGD, dan semua peran SC. SC tulang punggung ini kedepan bisa diplot menjadi koster. b)SC pelengkap, jumlah tergantung dari ketersediaan SC yang ada. Sebaiknya alumni LK II dari HMI Cabang tetangga diambil untuk mempertinggi pengalamannya agar kelak bisa menjadi SC tulang punggung.
  7. Memastikan Screening berjalan lancar
  8. Memastikan Pemateri hadir. Kalau pemateri berhalangan, segera mencari alternatif pemateri lain. Kalau tidak ada alternatif, Koster yang mengisi. Kalaupun Koster berhalangan, waktu kosong diisi dengan kegiatan lain seperti Persentase Makalah/FGD.
  9. Memastikan penilaian secara obyektif dan diumumkan saat penutupan
  10. Memastikan peserta yang lulus mendapat Lembar Kader
SCREENING
Berhubung calon peserta lebih banyak daripada jumlah peserta yang akan diterima LK II, maka perlu diadakan penyaringan atau screening. Ini penting agar yang ikut LK II adalah orang yang siap dan layak. Fenomena umum di HMI :

  • Ada senior yang menitipkan yunior kurang berkualitas. Kalau diloloskan karena segan atau takut sama senior tertentu, akan menjadi awal dari kerusakan HMI. Bayangkan kalau orang yang tidak paham NDP, tidak tahu bacaan shalat, tidak bisa bikin makalah mau ikut LK II ? Kemudian selepas LK II mereka akan jadi pengurus cabang ?? 
  • Mental Keroyokan calon peserta. Satu tidak lolos screening, semua mau pulang. Pakai acara mengancam Koster dan mengamuk lagi. Ini harus dihilangkan di HMI. Bukan kebersamaan pada kebodohan yang perlu dijaga di HMI, tapi kebersamaan untuk berkembang dalam bentuk keseriusan belajar dan berproses. 

Dalam Screening, hendaknya Koster mempertimbangkan
  • Jumlah calon peserta dan alokasi waktu screening tiap calon peserta
  • Jumlah materi screening dengan jumlah SC yang menscreening
  • Alokasi waktu screening secara umum
  • Agar tabah jika senior-senior tukang titip merepresi koster jika kader andalannya yang tidak berkualitas tidak diloloskan.
  • Pengumuman kelolosan calon peserta setelah selesai screening. Terkadang, otak kriminal calon peserta yang tidak lolos screening jalan. Sehingga mengupayakan tindak kekerasan (setelah lobinya untuk dibijaksanai gagal)

Persentase Makalah dan FGD
Intermediate Training harus diatur jadwalnya sedemikian rupa, sehingga semua peserta LK II mempunyai kesempatan untuk persentase makalah. Selain itu, untuk materi-materi tertentu, setelah materi itu usai, harus ada alokasi waktu untuk FGD. Tujuannya agar peserta dapat lebih mempertajam pemahamannya pada materi itu. 
Koster harus memperhatikan ketersediaan SC dalam pembagian kelompok ketika melaksanakan FGD. Ada baiknya Koster briefing singkat. Membagi SC dalam kelompok yang tersedia. Kemudian, membagi peserta ke dalam  kelompok. Kemudian peserta dalam kelompok dibagi lagi Ketua dan Sekretarisnya.


Kelompok dalam FGD ada baiknya tidak permanen, jadi dirolling. Agar interaksi antar peserta bisa lebih menyeluruh. Tugas Ketua dan Sekretaris kelompok pun sebaiknya dirolling, agar peserta lain punya kesempatan sama.
SC hanya memantau, mengarahkan dan menilai keaktifan peserta selama FGD.

Penilaian
Koster menunjuk SC yang khusus administrasi. Sebaiknya 2 atau 3 orang, agar lebih mudah. Administrasi penilaian peserta dimulai sejak Screening. Jadi ketika SC lain melakukan Screening, ada SC yang mengumpulkan. Apabila jumlah SC terbatas, maka dapat dirangkap.
Penilaian dilakukan pula untuk menilai sikap peserta. Misalnya main domi, marah-marah kalau terlambat makanan sementara tidak bayar uang registrasi dan sebagainya. Akumulasi penilaiannya akan masuk pada kolom Afektif.
Penilaian keaktifan peserta di forum, Persentase Makalah dan FGD, juga pada simulasi (jika ada) akan masuk pada psikomotorik
Sedangkan tes, orisinalitas makalah, serta kecerdasan peserta akan masuk pada kolom Kognitif di lembar kader nantinya

(arm)

2 komentar

Siapa yg buat ini, kebetuln sya di fhoto itu jadi peserta

yang buat itu yang lagi pegang mic dinda hehee


EmoticonEmoticon