Showing posts with label Tips. Show all posts
Showing posts with label Tips. Show all posts

KIAT-KIAT MELATIH KEBIASAAN MEMBACA

KIAT – KIAT MELATIH KEBIASAAN MEMBACA

Membaca adalah salah satu proses belajar selain berdiskusi dan berkontemplasi. Membaca, dalam hal ini buku, artikel, jurnal dan karya tulis lainnya, adalah suatu keharusan bagi masyarakat intelektual. Terutama pada kalangan pelajar dan mahasiswa. Dengan membaca, pengetahuan dapat ditingkatkan, wawasan bertambah luas, analisis bertambah tajam. Sehingga, ketika membaca sudah jadi kebiasaan dan kemudian jadi kebudayaan, maka dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Ada fenomena mengerikan di kalangan mahasiswa. Yaitu, buku (teks) dibuka ketika akan ujian. Sedangkan buku penunjang lainnya, lebih-lebih tak tersentuh. Kita bisa bayangkan, nasib bangsa kedepan apabila generasi mudanya saat ini malas membaca. Namun ketika melihat buku tebal, nyali membaca langsung keok. Sebagian orang tetap memaksa dirinya untuk membaca, rencananya secara tertib ia mulai dari bab satu hingga penutup. Akan tetapi, baru satu dua hingga tiga halaman, selera membaca langsung hilang. Sebagian orang mungkin sulit berkonsentrasi dan berfantasi macam-macam.
Berikut ini sedikit kiat-kiat melatih kebiasaan membaca, semoga bisa memberi manfaat.

1. Baca dulu sebelum membaca
Sebelum membaca buku, tentu kita harus membaca diri kita dulu. Kita harus membagi tema yang sangat menyenangkan, menyenangkan, biasa saja dan kurang menyenangkan. Sebagai misal, tema filsafat terkadang rumit dipahami sehingga digolongkan kurang menyenangkan. Tema sains populer kita golongkan biasa saja. Tema sejarah kita golongkan menyenangkan dan komik adalah tema yang paling menyenangkan. Hindari memaksa diri membaca tema yang kurang menyenangkan. Namun imbangi dengan membaca buku tema berbeda secara bergantian.
Sebagai contoh, kita terlebih dulu membaca tema filsafat. Setelah beberapa menit membaca, mulai terasa sulit dipahami. Maka simpan buku tersebut setelah sebelumnya sudah ditandai batas bacaannya. Ambil buku lain yang tema sedikit lebih ringan. Apabila mulai terasa sulit dipahami, ambil buku lain yang kita anggap lebih segar.
Jika ada perubahan, maksudnya kita siap kembali membaca buku tema pertama yaitu filsafat, maka tandai batas bacaan terakhir dan ambil kembali buku filsafat yang kita baca tadi. Namun setelah beberapa buku kita baca, kepala terasa berat, segera ambil komik. Buat diri anda bahagia, tertawa dan ceria.


Lantas bagaimana mengelola kebutuhan dan keinginan membaca ?
Kita termotivasi membaca dapat sesuai kebutuhan misalnya referensi skripsi, bahan narasumber dan sebagainya. Keinginan dapat juga memotivasi kita untuk membaca, yaitu wacana favorit, pengayaan wacana dan sebagainya. Apabila buku referensi untuk skripsi (misalnya) kurang menarik bagi kita, namun buku tema lain kita anggap menyenangkan, maka bacalah buku itu bergantian seperti contoh diatas.
Poin pentingnya adalah, buat klasifikasi tema bacaan yang sangat menarik, menarik, biasa dan kurang menarik. Tiap orang punya kecenderungan membaca buku dengan tema yang berbeda. Maka temukan tema yang sesuai kecenderungan anda. Usahakan buat diri anda bahagia ketika membaca. Hilangkan ketegangan dan tekanan saat membaca, maka buku itu akan terasa ringan dibaca.
2. Beli dulu, Baca dibelakang.
Bagi yang hobi shopping, ada baiknya menyisihkan sebagian anggaran bulanan untuk beli buku. Harga buku bervariasi, dari yang harga beberapa belas ribu hingga ratusan ribu bahkan jutaan. Tentu membeli buku disesuaikan antara keinginan/kebutuhan atas buku tersebut dengan kemampuan finansial kita.
Terkadang orang berpikir, nanti butuh buku tertentu setelah ia membutuhkan dan menganggarkannya. Apabila cara berpikir ini diikuti, maka hampir dapat dipastikan, tak akan ada alokasi pembelian buku dan tidak akan ada koleksi buku pribadinya. Semestinya, butuh atau tidak, kita anggarkan pembelian buku setiap bulan. Bagi yang tongpes, cukup mengalokasikan 30-50 ribu per bulan. Itu setara beberapa bungkus rokok yang dibeli dan dibakar tiap harinya. Artinya jika membeli buku sekali sebulan sama saja menahan diri untuk tidak merokok 2-6 hari.
Jika kesempatan ke toko buku sudah ada, soal belakang kita butuh suatu buku atau tidak. Periksalah, siapa tahu ada buku baru yang terbit. Atau bisa jadi, ada buku yang tiba-tiba klop dengan keinginan kita untuk memilikinya. Bila tidak bawa uang, toh kita tinggal bertanya harga dan berusaha cari uang untuk mendapatkannya. Bila bawa uang dan cukup, tinggal dieksekusi.
Poin pentingnya adalah, usahakan memiliki buku. Soal belakang anda membacanya sekarang, nanti, esok, lusa, bulan depan, tahun depan dan kapan saja anda mau membacanya. Yang paling penting adalah anda memilikinya dulu. Sebab dengan memiliki buku tersebut, akan menjadi motivasi untuk membacanya. Selain itu, bisa jadi ketika mencari buku itu ditoko buku, kita tidak menemunkannya lagi. Alias buku itu tidak terbit lagi.
3. Baca dibelakang dulu baru kedepan.
Tentu orang selalu melihat sampul/cover sesuatu termasuk buku. Namun sebaiknya jangan langsung tergoda atau tidak tergoda. Sebab sampul itu sangat tergantung kreativitas desainer, otomatis termasuk karya seni. Sedangkan seni itu subyektif sifatnya. Pemilihan warna, jenis huruf, gambar, tata letak yang dikreasikan desainer bisa jadi membuat kita tertarik memiliki buku itu. Tapi setelah memilikinya, kita menyesal. Sebaliknya, bisa jadi karya desainer pada sampulnya kurang menarik, namun sebenarnya isi buku itu kita butuhkan atau kita inginkan.
Segera lihat sampul belakangnya, dan baca tulisannya. Apakah kita tertarik atau tidak ? Apabila buku itu tidak tersegel, bukalah bagian daftar pustakanya. Dan cek, adakah yang menarik bagi kita.
Poin pentingnya adalah, pahami mainstream utama buku tersebut. Keindahan sampul itu nomor kesekian, isi buku yang utama.

4. Bila buku sulit dipahami
Mungkin ada orang yang telah berjam-jam membaca namun ia tidak memahami sedikit pun. Sebaliknya, ada orang yang Cuma sebentar membaca, namun ia sudah memahami garis besar isi buku tersebut.
Sebenarnya sederhana saja memahami isi buku
- Untuk memahami buku, harus ada pengetahuan sebelumnya.
Sebagai contoh, seseorang yang belum pernah atau jarang mendengar, berdiskusi tentang filsafat, tentu kesulitan membaca buku filsafat. Hal ini disebabkan tidak adanya atau kurangnya pengetahuan dasarnya. Oleh karena itu, sangat tepat bagi seseorang membaca buku yang temanya sudah ia kenal sebelumnya.
- Ibnu Sina mesti membaca 40 kali Organonnya Aristoteles sebelum ia mengomentarinya. Itu menunjukkan kesungguhan Ibnu Sina dalam memahami pikiran Aristoteles. Jika kita ingin memahami isi buku, maka bacalah berulang-ulang. Kita akan temukan sensasi yang berbeda ketika pertama membaca dan untuk kesekian kalinya.
- Cari waktu yang tepat. Apakah sore, atau malam hari. Biasanya, cuaca dan hawa mempengaruhi daya tangkap ketika membaca. Siang hari yang panas cenderung membuat perasaan sumpek, yang menyulitkan membaca.
- Usahakan tubuh anda rileks. Tubuh yang lelah biasanya mempengaruhi semangat membaca. Tubuh yang segar membuat kita bersemangat membaca.
- Bila masih sulit memahami isi buku dan bila anda seorang muslim, ada baiknya berwudhu dulu sebelum membaca
- Apabila masih sulit memahami isi buku tersebut, dirikan shalat sunat dan kirimkan pahala alfatihah pada penuli buku itu.
- Jika masih sulit dipahami, maka tidurlah dengan kondisi ada wudhu sambil memeluk buku itu. Siapa tahu, penulis buku itu berkenan mengajar anda lewat mimpi :)
5. Buat catatan kecil dan cari teman diskusi
Ketika membaca, jangan lupa siapkan selembar kertas, stabilo dan pulpen. Tandai halaman yang anda anggap menarik. Bukan dengan melipat sisi kertas buku. Bukan pula dengan mencoretnya. Namun dengan menulis halaman dan paragraf, atau ditandai dengan stabilo. Dengan demikian buku kita lebih rapi.
Namun yang penting sebenarnya adalah poin-poin penting, atau pertanyaan yang tidak terjawab. Catat hal-hal tersebut dan cari teman diskusi. Terkadang teman diskusi kita (meski membaca buku yang sama) memiliki perspektif yang berbeda sehingga membantu kita mengayakan pemahaman kita pada isi buku tersebut.
Semakin sering isi buku itu didiskusikan, maka semakin permanen ia tinggal dalam memori kita. Begitupun sebaliknya. Sementara menulis catatan kecil, selain membantu kita mengingat poin-poin penting isi buku juga melatih kita untuk menulis resensi nantinya.
6. Disiplinkan diri
Niatkan dalam hati bahwa tiap hari kita akan membaca. Buat skedul misalnya tiap jam 08.00 malam. Tidak perlu memaksa diri membaca terlalu lama. Cukup 10 menit perhari. Apabila sudah berjalan seminggu dan konsisten, naikkan kadarnya. Menjadi 15 menit perhari. Begitu seterusnya, sehingga membaca telah menjadi kebiasaan dan menjadi hal yang menyenangkan.
Poin pentingnya adalah mengulang proses membaca sehingga menjadi kebiasan dan menyenangkan.


7. Jangan takut membaca
Kadang, melihat buku tebal menyiutkan nyali membaca. Apalagi yang tebal 400-500 halaman. Apalagi jika buku itu berkolom dua dan berfont kecil. Wah, menyurutkan semangat membaca tentunya. Maka bangun prinsip dalam diri bahwa :
- Buku adalah guru yang paling pasrah, ia dapat mengajari kita dimana saja dan kapan saja. Ia juga bisa dibawa kemana saja.
- Buku adalah guru paling sabar. Ia tidak memaksa kita untuk memahami semua makna yang ada didalamnya sesegera mungkin. Ia selalu rela berada ditangan kita atau di rak buku. Bahkan ia rela berdebu tak tersentuh.
- Yakinkan dalam diri, bahwa ketebalan buku itu bukan masalah, karena membaca sudah menjadi hobi kita.
Selamat mencoba, semoga bermanfaat.

 baca juga : Tips Menyatakan Cinta

Andi Rahmat Munawar
Sengkang,28 November 2012

KIAT-KIAT BELAJAR MENULIS

KIAT-KIAT BELAJAR MENULIS


Pada dasarnya, menulis adalah mengikat makna dalam rangkaian huruf, kata, kalimat, paragraf hingga wacana. Sehingga makna yang disampaikan penulis menjadi lebih awet daripada sekedar bertutur saja.
Banyak orang kesulitan ketika ingin memulai tulisannya. Kami mencoba mengabstraksi dari beberapa bacaan, diskusi dan pengalaman pribadi tentang menulis. Tentu kami berharap ada manfaat yang bisa dibagi dari tulisan sederhana ini. Berikut ini adalah kiat-kiat menulis sederhana.

1. Ide pokok.
Tentu sebuah tulisan harus memiliki ide pokok. Ide pokok inilah yang nanti dikembangkan melalui pengantar, pembahasan dan kesimpulan. Terkadang disaat kita bersantai, minum kopi, atau sedang merenung tiba-tiba ide pokok itu lahir. Jangan biarkan berlalu begitu saja. Itulah awal yang tepat untuk menulis. Mulailah kembangkan ide-ide yang berhubungan dengan ide pokok.

2. Gambaran umum yang akan ditulis
Ide pokok dikembangkan melalui perenungan penulis berisi keterkaitan antar ide-ide yang menopang ide pokok tersebut. Keterkaitan itu akan tersusun menjadi kalimat dan paragraf. Namun penulis tidak perlu menyelesaikan itu dulu, cukup gambaran umumnya saja. Usahakan bawa diri kita masuk dalam tulisan tersebut. Maksudnya, ketika menulis, kita seolah sedang berbicara dan jiwa kita meresapi makna-maknanya.


3. Pengeditan
Satu hal yang sangat penting dalam menulis adalah, biarkan ide-ide itu mengalir secara alami. Menulis sambil mengedit akan menutup munculnya ide-ide penopang. Dalam menulis, tulis apa saja yang kita anggap terkait. Soal belakang, apakah sudah sistematis atau tidak. Yang jelas, biarkan mengalir. Setelah kita selesai menulis, tutup tulisan kita dan biarkan mengendap. Lepaskan diri kita, baik pikiran atau perasaan kita dari tulisan tersebut untuk beberapa saat. Ketika sudah merasa nyaman, kita buka lagi tulisan tersebut dan mulai pengeditan. Dalam proses pengeditan, baca ulang tulisan kita. Biasanya, setelah tulisan itu diselesaikan dan ditutup, akan muncul ide-ide lain sebagai pelengkap. Sehingga kita bisa menambah atau mengurangi tulisan tersebut. Kita juga perlu memeriksa apakah sudah sistematis? Tempatkan kata, kalimat sesuai alurnya. Kritik tulisan kita sebelum orang lain mengkritiknya. Kritik alurnya sebelum orang lain mengkritik alurnya.
4. Apresiasi
Bila kita tidak menghargai tulisan kita sendiri, maka kecil kemungkinan orang lain menghargai tulisan kita. Hargailah tulisan kita sesederhana apapun itu. Toh sudah melewati proses pengeditan kita sendiri. Bagi yang terbiasa membaca buku-buku berat, terkadang sulit untuk menulis. Sebab terkadang membandingkan tulisannya dengan tulisan tokoh-tokoh besar. Tentu ini kesalahan berpikir. Karena tidak adil membandingkan tulisan seorang beginner dan pakar. Toh para pakar, tidak terlahir langsung jadi pakar. Mereka juga melewati proses. Tapi yang pasti memulai menulis telah meniti satu langkah untuk menjadi seorang pakar. Meski tidak semua penulis nantinya jadi pakar. Namun poin pentingnya adalah hargai tulisan kita sendiri, sesederhana apapun itu.
5. Genre
Ada yang menulis lebih dominan mengungkap perasaan, melankolis, meledak-ledak, dan sebagainya. Gaya menulis seperti ini lebih tepat untuk jenis puisi, prosa bebas, agitasi dan sebagainya. Ada juga yang lebih dominan mengungkap isi pikirannya. Menekankan argumentasi, keilmiahan gagasan dan sebagainya. Gaya menulis ini lebih tepat untuk jenis argumentatif, artikel, jurnal dan sebagainya. Ada juga yang lebih dominan bercerita, mencerminkan imajinasinya yang kuat. Gaya menulis ini deskriptif, cocok untuk novel, cerpen dan sebagainya. Lantas pertanyaannya, kita menulis apa ? Jawabnya terserah. Sepanjang kita punya Ide pokok yang kita kembangkan sesuka kita. Lama-kelamaan akan kelihatan genre tulisan kita. Hargai tulisan kita termasuk genre kesukaan kita.


6. Pemilihan kata, idiom dan kalimat
Genre tulisan kita sangat tergantung pada alur tulisan (keterkaitan ide antar kalimat dan paragraf), gaya bahasa serta dominasi unsur perasaan atau pemikiran. Gunakan kata, idiom dan kalimat yang sesuai dengan genre tulisan kita. Bagi penulis satire, penggunaan kata-kata yang bermakna ganda sangat penting. Sebab dalam menyindir, selalu digunakan kata yang bermakna ganda. Sebaliknya bagi penulis yang cenderung ilmiah, lebih menggunakan kata yang bermakna tunggal untuk mencegah misinterpretasi terhadap gagasan tersebut.


7. Menulis dan terus menulis
Jika sudah mulai menulis, jangan berhenti menulis. Menulislah setiap ada kesempatan. Tergantung pada laptop dan komputer berarti mematikan kreatifitas kita. Kita berada dizaman teknologi. Tidak perlu lagi mesin ketik untuk menulis. Fasilitas Cut dan Paste memudahkan kita dalam mengedit. Bagaimana kalau laptop atau komputer tidak ada ? Bawalah kertas dan pulpen untuk mencatat Ide pokok ketika ia muncul. Sebab tidak selalu ide pokok dalam menulis selalu muncul. Semangat menulis harus selalu dijaga. Sebab sekali kendor, butuh waktu dan usaha untuk mengembalikan semangat itu. Jika merasa berat menulis artikel, cukup catatan-catatan tentang peristiwa hari itu. Jika masih malas, minimal melalui media jejaring sosial kita melatih keterampilan berargumentasi pada diskusi di status atau grup.
Jangan tunggu lebih lama lagi, mulailah menulis apa saja yang terlintas dibenak kita. Menulis dan terus menulis. Temukan genre yang kita sukai dan hargai tulisan kita sesederhana apapun itu. Mari mengikat makna melalui tulisan, dan bangun tradisi menulis.

Andi Rahmat Munawar Sengkang, 27 november 2012