Showing posts with label tradisi. Show all posts
Showing posts with label tradisi. Show all posts

Waktu mendirikan rumah menurut Lontara Bola

Pengetahuan masyarakat Sulawesi Selatan, khususnya Bugis, dituangkan dalam berbagai manuskrip yang disebut "Lontara". Lontara ini berisi berbagai tema. Terkadang, dalam satu naskah sangat sistematis dalam membahas satu tema. Terkadang pula bercampur beberapa tema dalam satu naskah. 
Ada yang membahas tentang sejarah, disebut Lontara Attoriolong. Pembahasan tentang pemerintahan dimasa lalu dituangkan dalam naskah yang disebut Lontara Akkarungeng. Hal hal tematik lainnya seperti tentang cuaca/iklim yang digunakan para petani atau nelayan disebut Lontara Pananrang. Tata cara hubungan suami istri dituangkan dalam naskah yang disebut Lontara Assikalaibineng. 


Lontara yang membahas tentang seluk beluk mendirikan rumah disebut Lontara Bola. Berikut ini terjemah dan transliterasi waktu mendirikan rumah berdasar kalender hijriah



1. Muharram : Ri patettongeng Bola majaa. Maega sarai punna bolae
Mendirikan rumah di bulan Muharram tidak baik. Pemilik rumah akan banyak menderita

2. Syafar : Ri patettongeng Bola. Madeceng lolongang. Nyameng kininnawa punna bolae
Mendirikan rumah dibulan syafar baik. Pemilik rumah akan mendapat kebahagiaan

3. Rabiul Awwal : Ri patettongeng Bola. Majaa. Maega sara ininnawa. i punna bolae. Teppaja ri amatengngi
Mendirikan rumah di bulan Rabiul awal tidak baik. Pemilik rumah akan banyak menderita. Tak henti kematian (menimpa penghuni rumah)

4. Rabiul Akhir : Ri patettongeng bola. Madeceng. Lolongang nyameng kininnawa. punna bolae temmare ulle
Mendirikan rumah dibulan Rabiul akhir baik. Pemilik rumah akan mendapat kebahagiaan

5. Jumadil Awal : Ri patetongeng bola. Madeceng. Lolongenggi Dalle. Masempo. Punna Bolae
Mendirikan rumah dibulan Jumadil Awal baik. Pemilik rumah mudah mendapatkan rezki

6. Jumadil Akhir : Ri patettongeng bola. Majaa tennasalai. Lasa punna bolae. Tennasalai to lasa punna bolae
Mendirikan rumah di bulan Jumadil Akhir tidak baik. Pemilik rumah selalu sakit

7. Rajab : Ri patettongeng bola. Majaa. Ri assigajangigi, rirappa rappangi wi punna bolae
Mendirikan rumah di bulan Rajab tidak baik. (Pemilik rumah) akan baku tikam atau dirampas hartanya

8. Sya'ban : Ri patettongeng bola. Madeceng. Ri amaseiwi ri padanna tau. ri arung. Lolongang nyameng kininnawa
Mendirikan rumah di bulan Sya'ban baik. Di sayangi oleh sesama manusia dan penguasa. Mendapatkan kebahagiaan

9. Ramadhan : Ri patettongeng bola. Madeceng. Lolongang mpulaweng. Punna bolae lolongang to iwi warang mparang punna bolae
Mendirikan rumah di bulan Ramadhan baik. (Pemilik rumah) mendapatkan emas dan mendapatkan harta yang berlimpah

10. Syawal : Ri patettongeng bola. Majaa. Nanre api punna bolae. Ri appa ulorigi. Tettepugi namarussa.
Mendirikan rumah di bulan Syawal. Tidak baik. Pemilik rumah akan kebakaran atau kecurian. Atau belum selesai (rumah) kemudian hancur

11. Dzulqaidah : Ri appatettongeng bola. Madeceng. Riamasei ri padanna tau, arung, ngata punna bolae
Mendirikan rumah di bulan Dzulqaidah baik. Ri sayangi oleh sesama manusia, penguasa dan hamba.

12. Dzulhijjah : Ri patettongeng bola. Madeceng malli tau tedong. Lolongang nyameng kininnawa
Mendirikan rumah di bulan Dzulhijjah baik (pula) membeli kerbau. Mendapatkan kebahagiaan

Naskah lontara diatas ditulis diatas kertas dengan tinta cina dan menggunakan penanggalan hijriah. Hal ini menunjukkan telah adanya pengaruh/hubungan dengan Cina/Tionghoa, Arab (islam) dalam penulisan naskah ini. Pengaruh Cina/Tionghoa lebih pada penggunaan material tinta. Sedang Arab/Islam pada konten.


Naskah Lontara Bola diatas berbasis kalender Hijriah. Selama 12 bulan, terdapat 7 bulan yang baik untuk mendirikan rumah, antara lain Syafar, Rabiul Akhir, Jumadil Awal, Sya'ban, Ramadhan, Dzuqaidah, dan Dzul hijjah. Sedang waktu yang kurang baik untuk mendirikan rumah ada 5 bulan yaitu Muharram, Rabiul Awwal, Jumadil Akhir, Rajab dan Syawal.

Dalam memahami waktu baik dan buruk, perlu sedikit berhati hati. Sebab terjadinya sebuah peristiwa sesungguhnya banyak penyebab. Misalnya dikatakan bahwa mendirikan rumah di bulan Syawal menyebabkan rumah kebakaran atau kecurian, tentu disini harus dipahami bahwa waktu pendirian rumah bukanlah penyebab tunggal. Sehingga serta merta jika mendirikan rumah di bulan syawal pastilah kecurian atau kebakaran. Namun hanya salah satu dari sekian banyak penyebab. Dan tentu orang orang dulu menulis hal seperti itu bukan tanpa alasan. Sehingga butuh kebijaksanaan manusia modern dalam memahami naskah naskah klasik,


Sebagai penutup, sebagai seorang pemula dalam hal penerjemahan bahasa Bugis ke bahasa Indonesia dan transliterasi aksara lontara ke aksara latin, maka kami memohon maaf jika ada kekeliruan. Sebab hanya dengan modal semangat dan ingatan pelajaran bahasa daerah waktu SD yang membuat kami memberanikan diri menyelesaikan tulisan sederhana ini. 


Simbol Zulfikar dari Mamasa

Dahulu di Mamasa, banyak pedagang kain dari India dan Arab. Temuan kain kuno ini, menyimpan simbol Zulfikar, pedang legendaris milik Baginda Ali. Pedang bermata dua ini direpresentasikan menjadi dua bentuk. Pertama, kedua ujung menghadap keatas. Kedua, ujung menghadap atas bawah, mirip gunting.
Kain kuno dari Mamasa ini berbentuk segi empat, yang keempat sisinya terdapat simbol pedang Zulfikar. Ditengahnya, terdapat dua segi empat yang kolomnya terdiri dari empat kali empat. Tiap kolom berisi semacam simbol yang mirip wifik.
Warna dominan ungu yang dihiasi motif sulur dan simbol Zulfikar ini digunakan untuk membungkus keranda mayat. Ada keyakinan tersendiri bagi masyarakat disana yang menyimpan kain kuno ini yang harus kita hormati.





Bangkini Maestro Biola Dari Wajo

Sore itu, dengan penuh semangat, lelaki tua itu menggesek biolanya. Biola lawas keluaran 1732, lebih 300 tahun. Ia memainkan beberapa lagu tradisional klasik, yang tak satupun pernah saya dengar sebelumnya. Pak Bangkini, lelaki kelahiran 1946 berduet dengan anaknya Firdaus yang memainkan mandolion. Firdaus, kini berusia 35 tahun mewarisi bakat bermusik dari ayahnya. Ia pun terampil memainkan berbagai alat musik tradisional Sulawesi.
Pak Bangkini Berduet dengan Anaknya
Setelah memainkan beberapa lagu, Pak Bangkini pun mulai bertutur. Ia bercerita banyak tentang masa mudanya. Menamatkan pendidikan di SR setelah berpindah sebanyak empat kali akibat situasi yang kacau di era 50an. Berkat dorongan gurunya, ia pun menekuni lagu lagu tradisional. 

Belajar musik secara otodidak. Menyimak dengan tekun setiap pementasan musisi, lalu saat rehat, ia pun mulai memainkan alat musik hingga terampil memainkan beberapa alat musik, khususnya biola. Pak Bangkini kemudian bergabung dengan Sanggar seni SEADAT TEMPE, sebagai Sanggar Seni pertama di Wajo. Ia menjadi pemain yang termuda dimasanya. 
Biola Lawas keluaran 1732 milik Pak Bangkini
 Pernah tampil di Polmas tahun 1957 (Polman dulu) atas undangan Andi Selle disebuah acara pernikahan. Beliau juga sering menghadiri berbagai undangan yang kala itu masih naik Bendi, Perahu, atau malah berjalan kaki hingga berkilo-kilo meter. Untuk itu, ia memperhitungkan jarak tempuh dari rumah menuju lokasi undangan yang kadang butuh waktu berhari hari.

Posisi sebagai musisi, membuatnya bisa bertahan hidup dimasa kritis negara ini. Biasanya habis pementasan, ia diberi uang tunai tanda terimakasih. Malah terkadang cuma diberi beras atau padi. Di masa DI/TII, adalah masa dimana orang sangat gampang untuk tewas. Namun sebagai musisi, terkadang ia diminta menghibur TNI dan DI/TII yang kala itu sedang berperang. Bahkan PKI pun sempat mengundangnya. Itu terjadi 3 bulan sebelum G/30S yang Pak Bangkini sendiri terlibat bersama berbagai ormas untuk mengganyang PKI. 
Mandolin milik Pak Bangkini
Ketika kondisi sudah tenang, Pak Bangkini diminta untuk melatih beberapa Sanggar Seni. Bahkan hingga sekarang tak jarang masih ada undangan mewakili daerah. Pak Bangkini juga menyebut banyak akademisi luar dan dalam negeri yang pernah datang kepadanya. Pernah juga diminta menjadi dosen luar biasa disebuah perguruan tinggi negeri di Makassar. Namun, Pak Bangkini menolaknya dengan alasan terlalu jauh.

Satu hal yang mengecewakannya. Saat peneliti asing datang dan memintanya pergi ke Eropa. Sayang undangan dan tiketnya tidak sampai kepadanya. Undangannya diambil alih oleh oknum dengan alasan menyayangkan kondisinya jika bepergian jauh. Padahal, semestinya Pak Bangkini lah mengharumkan nama daerah dan bangsa di Eropa. Mimiknya begitu sedih saat menceritakan hal tersebut pada saya.

Pak Bangkini hidup sederhana bersama keluarga kecilnya di Desa Laerung Kecamatan Majauleng Kabupaten Wajo. Memorinya yang sekuat feeling, terselubung dibalik tubuh kurusnya yang mulai renta. Ia bukan hanya penyaksi sejarah, ia juga pelaku sejarah. Ia bukan hanya maestro biola, tapi juga bank lagu klasik bugis makassar yang tersisa. Dibalik dirinya yang makin menua, namun semangatnya masih seperti anak muda. Ia salah satu pelestari budaya Bugis yang sesungguhnya. 

Prinsip Kerja Ilmu "PAKKUTANA"

PAKKUTANA secara harfiah berarti pertanyaan. Ilmu PAKKUTANA terdiri dari mantra dan gerakan digunakan untuk mengetahui perasaan seorang gadis terhadap lelaki. Sederhananya adalah pertanyaan lelaki (ya atau tidak) pada si gadis tanpa harus mengucap sepatah kata. Biasanya digunakan lelaki saat melakukan pendekatan pada si gadis tersebut. Sehingga jika si gadis memiliki perasaan sama dengan si lelaki, maka si lelaki dapat langsung menyatakan perasaaannya tanpa harus khawatir ditolak. Bila perasaan si gadis belum maksimal, maka si lelaki memiliki pilihan untuk meninggalkan gadis tersebut, atau memperkuat pendekatannya hingga dianggap cukup untuk menyatakan cinta. Bila perasaan si gadis sama sekali tidak ada, maka si lelaki harus menerima kenyataan untuk berjuang keras demi mendapatkan cinta, atau sekalian mencari gadis yang lain.


Ilmu PAKKUTANA ini berbeda dengan ilmu pengasihan. Ilmu pengasihan macam Cenning Rara berusaha membuat seorang gadis yang tidak memiliki perasaan pada lelaki menjadi jatuh cinta. Untung bila sebelumnya si gadis sudah memiliki sedikit perasaan pada si lelaki sebelum Cenning Rara digunakan. Itu berarti Cenning Rara hanya menambah perasaan si gadis pada lelaki. Sementara ilmu PAKKUTANA hanya semacam ilmu deteksi. Untuk mengetahui perasaan si gadis tanpa mesti mengucap satu kata pun.
Jika dibandingkan keduanya, ilmu PAKKUTANA ini cenderung lebih soft ketimbang Cenning Rara. PAKKUTANA membuat lelaki dapat mengetahui isi dalam hati si gadis yang malu untuk berkata-kata. Sehingga beban mental si gadis saat didekati lelaki bisa lebih ringan. Sementara bagi si lelaki, bila memang si gadis membuka hati untuknya, ia dapat segera menembak si gadis. Atau, bila memang si gadis menutup hati untuk dirinya, ia bisa menghindari kemungkinan ditolak. Bukankah ditolak adalah penderitaan bagi lelaki setelah berjuang untuk menyatakan cinta ?

Demi menghormati guru dan sisi metafisik teks tersebut, maka kami tidak menulis teks asli secara utuh disini. Demikian pula cara menggunakannya. Berikut terjemahannya :
Oh ...... Bertanya ..... bila ada keinginanmu (padaku) ,maka peganglah dibagian depanmu. 
Bila tidak ada keinginanmu (padaku) maka peganglah bagian belakangmu 

Setelah lelaki membaca teks asli dan melakukan gerakan tertentu didepan gadis, maka si gadis akan segera mengekspresikan perasaanya pada lelaki tanpa mesti berkata YA atau TIDAK. Si gadis akan memegang bagian tubuh belakangnya, entah betis belakang, punggung, atau belakang kepala apabila si gadis dalam hati berkata TIDAK pada lelaki tersebut. Bila si gadis memiliki perasaan pada lelaki, maka secara otomatis (tanpa mesti berkata AKU MENCINTAIMU) akan menyentuh bagian tubuh depannya.

Ini menjadi kode dan indikator bagi lelaki untuk mengambil keputusan. Jika semangat menggebu gebu si lelaki membuatnya menyatakan cinta (meski si gadis memberi indikasi menolak dengan memegang tubuh bagian belakang), maka ia harus siap ditolak cintanya. Sebaliknya jika si gadis telah memberi indikasi menerima (dengan memegang bagian tubuh depannya) maka waktu yang tepat untuk menyatakan cinta telah tiba.

Kembali ke judul, yaitu tentang prinsip kerja mantera PAKKUTANA. Bagaimana mungkin sebuah teks yang dibaca seorang lelaki (disertai dengan gerakan tertentu) membuat si gadis melakukan sesuatu yang menunjukkan perasaannya tanpa harus mengucap sepatah kata pun ?

Dari teks yang diterjemahkan dalam bahasa Indonesia diatas, ada 2 kata yang sengaja dihilangkan (oh....bertanya...) yaitu nama rahasia. Nama tentu memiliki pemilik nama. Sang pembaca mantera akan menghubungkan dirinya pada si pemilik nama. Kedua pemilik nama saling terhubung kemudian menghubungi si perempuan. Tanpa perempuan sadari (karena bekerja di alam bawah sadar) maka perempuan akan memegang tubuh depan atau belakangnya. Sehingga secara kasat mata, lelaki dapat mengetahui perasaan perempuan melalui indikasi gerakan perempuan.

Sebagai penutup, bahwa segala sesuatu terjadi atas seizin Tuhan.

Prinsip Kerja Mantra Cenning Rara

Sekilas Tentang Cenning Rara
Secara harfiah, Cenning berarti Manis. Rara berarti darah yang identik dengan anak gadis (anak dara). Jadi Cenning Rara adalah  pemikat yang ditujukan kepada gadis. Cenning Rara memiliki teks bacaan (baca-baca/mantra) dan gerakan. Jadi Cenning Rara adalah sejenis ilmu pengasihan.
Cenning Rara digunakan oleh pria, apabila ia sangat menyukai seorang gadis namun cintanya ditolak. Apalagi jika dipermalukan oleh sang gadis.
Cenning Rara dilakukan saat berpakaian dan berdandan. Mulai saat meminyaki rambut dengan minyak kelapa. Pada saat dilakukan, maka teks mantranya dibacakan. Saat menggunakan bedak, teks mantra berbeda kembali dibacakan. Saat menggunakan baju dan celana pun demikian. Juga saat bercermin.
Intinya, Cenning Rara terpaket dalam suatu kesatuan antara teks (bacaan mantra) dan gerakan yang dilakukan sebelum keluar rumah.


Prinsip Kerja Mantra Cenning Rara
Bagaimana mungkin sebuah teks mampu mempengaruhi jiwa seseorang ? Untuk menjawab pertanyaan itu, kita mesti memahami tentang manusia terlebih dahulu. Bahwa manusia adalah makhluk material (jasmani) dan metafisik.
Mungkin kita semua pernah mengalami sebuah kondisi. Dimana kita baru bertemu dengan seseorang, namun rasanya sangat dekat. Bila berjauhan, selalu nyaman mengingatnya. Atau kondisi kedua, dimana kita telah lama kenal dengan seseorang, namun kita tidak merasa nyaman bila bertemu dengannya.
Kondisi pertama menunjukkan bahwa secara metafisik, kita dekat dengan orang tersebut. Sehingga meski baru pertama kenal rasanya sudah seperti lama kenalan. Atau meski berjauhan, selalu mengingatnya secara nyaman.
Kondisi kedua menunjukkan bahwa secara fisik kita dengan dengan orang tersebut, namun jauh secara metafisik. Sehingga meski bertemu dan berdekatan tempat duduk, rasanya tidak nyaman bahkan mungkin sampai pada titik memusuhinya.
Ilmu pengasihan, termasuk Cenning Rara bekerja dengan cara "mendekatkan jiwa pengguna dengan targetnya" sehingga sang gadis yang tidak suka atau tidak tertarik pada sang perjaka menjadi suka dan tertarik sehingga membalas cintanya.
Kembali ke pertanyaan awal, lantas bagaimana dengan teks. Teks sesungguhnya adalah susunan/rangkaian huruf yang merepresentasi makna. Bila teks dirangkai membentuk kalimat yang berisi narasi tentang hajat. Sehingga bila dibaca dengan baik maka akan mempengaruhi jiwa sang pembaca yang pada gilirannya akan mempengaruhi jiwa yang target yang dimaksud.
Bacaan/mantra seiring dengan perbuatan (ada = teks) dan (gau = konteks). Dengan demikian akan memaksimalkan penghayatan terhadap teks tersebut.





Hal yang mempengaruhi Efek Cenning Rara
Bisa jadi seseorang menggunakan Cenning rara dan berhasil, namun pada orang lain justru tidak berhasil. Padahal mantara sama. Berikut ini hal hal yang mempengaruhi keberhasilan efek cenning rara (tentu pada variabel manusianya)
1. Keyakinan sang pengguna
Tujuan apapun yang hendak dicapai pada kondisi tidak yakin mencapainya, akan mengurangi bahkan menggagalkan usaha. Keyakinan juga berarti mensugesti diri agar bisa mencapai tujuan. 
2. Transfer
Saat sang guru mengajarkan ke muridnya (terutama Cenning Rara) bukan hanya teks dan gerakan yang diajarkan. Akan tetapi ditransfer "berkahnya" sebagai kunci untuk mengaktivasi Cenning rara tersebut. Transfer bisa melalui tatapan mata, sentuhan tangan guru ke murid, atau gelombang suara tanpa murid sadari. Sehingga wajar misalnya si A mendapatkan Cenning Rara dari neneknya (ditransfer tanpa disadari) dan ampuh untuk dirinya. Namun saat temannya yaitu si B mendapati catatan teks mantra Cenning Rara (tidak ditransfer) kemudian membaca dan melakukan Cenning Rara tapi tidak aktif atau tetap ditolak oleh pujaan hatinya.
3. Kondisi sang gadis
Berhubung ilmu pengasihan terutama Cenning Rara bekerja diwilayah metafisik manusia, maka tentu variabel yang mempengaruhi adalah kondisi si gadis sebagai target ini. Jika jiwanya lemah, maka akan mudah bagi Cenning Rara untuk bekerja. Tapi jika jiwa sang gadis kuat. Bisa jadi karena tempaan hidupnya. Bisa jadi karena konsistensi ibadahnya. Bisa jadi karena doa orang orang terdekatnya yang makbul dan seterusnya. Sehingga Cenning Rara ini tidak mempan baginya
4. Usaha
Gerakan yang dilakukan saat membaca teks mantra cenning rara (meminyaki rambut, bercermin, memasang baju dan seterusnya) adalah usaha-usaha atau gerakan yang mensinergiskan dengan teks mantra tersebut.
Saat seorang jejaka memasang Cenning Raranya tentu ia harus berusaha mendekat pada sang pujaan hatinya. Seperti halnya seseorang yang cuma mengirim sms kata kata cinta tapi tidak melakukan pertemuan langsung, tentu "mantra cinta" yang terkirim lewat sms akan tak berarti

Bagaimana memandang Cenning Rara dalam kehidupan sehari hari
Sebenarnya ilmu pengasihan, termasuk Cenning Rara melakukan rekayasa perasaan terhadap sang gadis sehingga ia berubah dari tidak suka/hambar atau benci menjadi suka atau jatuh cinta.
Karena merekayasa perasaan orang lain, tentu ini kurang baik. Sebab sama saja memaksa orang lain. Padahal sudah umum orang pahami bahwa dalam dunia percintaan, tak ada paksaan didalamnya.
Sehingga bagi para jejaka yang masih berjuang mencari pasangan hidup, ada baiknya untuk berjuang secara "lebih alami" ketimbang "rekayasa". Cinta yang lahir secara alami lebih permanen ketimbang cinta yang lahir dari Cenning Rara dan ilmu pengasihan lainnya.

5 Rahasia Keunggulan Badik dan Parewa Bessi Sulawesi

Dari asal namanya, Sulawesi, berkaitan dengan Besi. Di zaman kerajaan, Luwu telah mengekspor bijih besi keberbagai daerah di nusantara. Sulawesi memang kaya dengan besi. Sehingga sangat wajar bila di Sulawesi, lahir badik dan parewa bessi lainnya (senjata dari besi) yang berkualitas. Ada badik/parewa bessi yang tidak terdeteksi detektor metal, ada yang tidak bisa ditangkap petugas, ada yang mampu meredupkan dan memadamkan lampu, ada yang bila bertemu lawan langsung bergerak sendiri dan sebagainya. Keunggulan besi dari Sulawesi setidaknya karena beberapa hal berikut :

Badik Luwu, mantap dan nyaman digenggam
1. Material
Besi Sulawesi mengandung meteorit dan nikel. Sehingga tingkat kekerasannya tinggi dan mausso. Ekspor besi dizaman kerajaan telah membuktikan bahwa memang besi dari Sulawesi (Luwu) memiliki kualitas nomor satu.
Jenis besi Malela, dianggap sangat berbisa (mausso) karena materialnya. Namun tidak berarti jenis besi lain tidak mausso. Dalam tradisi tutur ditemukan bahwa besi yang mausso hanya perlu sedikit menggores untuk mampu membunuh lawannya. Untuk menambah kadar mausso sebuah badik atau besi, digunakan hati dan empedu kadal (buccili) dan katak (tuppang).

2. Proses Penempaan
Besi ditempa menjadi badik dan parewa bessi lainnya. Prosesnya tidak sembarang. Sang Pandai Besi (Panre Bessi) mesti tahu jenis senjata dan sissik yang sesuai dengan penggunanya. Setelah pemilihan material dan mengetahui jenis senjata yang akan dibuat, maka dipilih hari yang baik untuk memulai penempaan. Selama proses penempaan, kondisi jiwa panre besi sangat berpengaruh terhadap kualitas badik atau parewa bessi yang dihasilkan
Keris Lekuk dan Lurus Bugis (lamba dan sapukala) dengan gagang yang khas

3. Pemasangan Badik/Parewa Bessi pada Gagang (Pamussa')
Pemasangan bilah pada gagang disebut Pamussa' atau Panetta'. Bilah badik/parewa bessi lain yang sudah selesai ditempa akan dipasang digagang supaya prosesnya sempurna. Bilah tidak asal dipasang di gagang. Ada niat, doa dan gau tertentu sebelum dipasang.
4. Bentuk Fisiologis dan Suke'
Badik dan Parewa bessi mesti menyatu dengan penggunanya pada sebuah pertarungan. Oleh karena itu, desain gagang mesti cocok dengan bentuk dan ukuran tangan pengguna. Demikian ukuran besi tersebut. Untuk kelewang/sudang/alameng/la'bo sepanjang lengan. Sehingga tidak terlalu ringan juga tidak terlalu berat. Untuk badik dan keris, ukuran umumnya adalah sejengkal. Sehingga tidak terlalu pendek dan tidak terlalu panjang.
Bentuk gagang pedang alameng/la'bo/sudang/sinangke sedemikian rupa. Sehingga saat diayun, memberikan kekuatan maksimal pada bagian ujung pedang.
Bentuk gagang keris dan badik sangat mantap untuk digengam. Sehingga kemungkinan terlepas dari pegangan bisa lebih kecil. Demikian pula tumpuan ditapak tangan selurus dengan bagian gagang yang bengkok (rekko) sehingga daya dorong dari tangan bisa dimaksimalkan ke ujung besi.
Badik jenis gecong memiliki keseimbangan, ditambah rekko pada gagangnya memaksimalkan genggaman penggunanya.

5. Pandai Besi (Panre Bessi)
Bagi orang Sulawesi, badik dan parewa bessi bukan sekedar barang yang terbuat dari besi. Tapi lebih dari itu. Badik/parewa bessi dianggap saudara. Sebab pada kondisi terburuk, hanya badik/parewa bessilah yang menemani orang Sulawesi hingga diakhir hayatnya pada sebuah pertarungan. Oleh karena itu, badik dan parewa bessi lainnya haruslah memiliki keunggulan. Faktor paling berpengaruh adalah pandai besi itu sendiri. Dengan kualitas spiritual sang pandai besi, bukan hanya mampu membuat badik/parewa bessi yang baik. Namun juga memiliki tuah tertentu.

Silakan kunjungi artikel yang terkait

Todilaling, Maraqdia Pertama Balanipa

Telah menjadi tradisi di Balanipa Mandar dizaman dahulu kala. Apabila ada dua lelaki yang berselisih, maka diselesaikan dengan cara baku tikam keris. Apabila ada yang terlebih dahulu terluka, maka dilerai dan dianggap bersalah. Apabila ada yang terbunuh, maka yang hiduplah yang dianggap benar.


Apabila ada dua perempuan Mandar yang berselisih, maka dimasak air hingga mendidih. Lalu kedua perempuan yang berselisih itu disuruh masukkan tangannya dalam air mendidih tersebut. Barangsiapa yang terlebih dulu mengangkat tangannya dari air mendidih tersebut, itu yang dianggap bersalah. Begitupun sebaliknya.

Hal tersebut terus berlangsung hingga dizaman Todilaling, Maraqdia pertama Balanipa. Todilaling menyaksikan langsung hal tersebut bersama Tomakaka di Nepo. Setelah itu, beliau bersedih. Sebab memikirkan masa depan negerinya. Bila hal itu terus berlangsung, maka lelaki di Balanipa akan berkurang. Sementara para perempuan tidak bisa berbuat banyak sebab tangannya sakit.

Untuk mengatasi hal tersebut, Todilaling mengutus I Puang di Pojosang ke Gowa untuk meminta hukum adat. Sesampai di Gowa, I Puang di Pojosang naik ke istana bertemu Karaeng Gowa dan menyampaikan maksudnya. Karaeng ri Gowa pun menanyakan bagaimana hukum adat di Balanipa Mandar. I Puang di Pojosang menjawab secara seksama dan Karaeng pun mengerti.

Dengan persetujuan Gallarang, maka Karaeng ri Gowa pun menitahkan pada Gallarang agar menuliskan di lontara ikhwal hukum adat. I Puang menerima lontara tersebut, berterimakasih dan pamit. Oleh Karaeng ri Gowa, memberi bekal pada I Puang untuk perjalanan pulang bersama pelaut Makassar.

Pantai Mandar
Sesampai di Balanipa, Maraqdia bersama hadat Balanipa duduk bersama dan mendengarkan isi lontara hukum adat tersebut dan disepakati dijadikan sebagai pusaka. Pusaka yang diwariskan turun temurun. Adapun pelaut Makassar tersebut diminta untuk menginap di Balanipa, namun ditolak dengan halus sebab kapalnya sedang membawa barang yang harus diantarkan. Todilaling pun meminta pada pelaut Makassar yang mengantar I Puang tersebut agar bila selesai mengantar barang, hendaknya singgah di Balanipa sebelum pulang ke Makassar.
Todilaling kemudian meminta kepada hadatnya agar mengumpulkan hasil bumi untuk dikirim ke Makassar sebagai bentuk terimakasih pada Karaeng ri Gowa dan Gallarang. Beberapa hari kemudian, tibalah pelaut Makassar di Balanipa yang telah mengantar barang. Ia menghadap menemui Todilaling. Oleh Todilaling, berpesan agar hasil bumi dari Balanipa tersebut dikirim pada Karaeng ri Gowa dan Gallarang. Sekaligus menitip salam rindu untuk Karaeng ri Gowa yang memang telah lama Todilaling tak bersua dengannya.

 ~ disadur dari Transliterasi dan Terjemah O DIADAQ O DIBIASA (NASKAH LONTAR MANDAR)